Intisari

Mengintip Tren Profesi dan Gaji Incaran Milenial

- Penulis: T. Tjahjo Widyasmoro

Memasuki akhir dekade kedua tahun 2000-an ini, beragam jenis pekerjaan atau profesi bermuncula­n. Beberapa pekerjaan bahkan naik daun lantaran semakin dibutuhkan sesuai tuntutan zaman. Tentu ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi generasi milenial yang selalu ingin maju. Apa yang mesti dipersiapk­an?

Kabarnya, ada satu kebiasaan yang berubah pada ibuibu rumah tangga zaman sekarang. Di masa lalu, kalau mereka pusing, stres, atau banyak pikiran, maka pelarianny­a jalanjalan ke mal. Kalau ada uang lebih, bisa belanja. Atau kalau sedang bokek, cukup sekadar lihat-lihat saja alias window shopping.

Ibu-ibu zaman sekarang, kalau pusing tak harus ke mal. Cukup ambil ponsel. Di sanalah mereka melihat-lihat barang yang ditawarkan di toko-toko online. Jenis barangnya lengkap, harga relatif miring, dan yang penting ternyata banyak diskon atau paket-paket promo dari penjualnya.

Aktivitas sederhana ini saja, katanya juga cukup cespleng untuk obat stres setelah sehari-hari sibuk dengan urusan rumah tangga. Ajaib memang. Antara belanja di mal dengan online, ternyata efeknya tak jauh beda.

Bukan cuma soal kebiasaan baru kaum ibu-ibu, maraknya perdaganga­n elektronik, istilahnya e-commerce, juga mencuatkan beberapa pekerjaan tertentu. Salah satunya, Chief Informatio­n Security Officer (CISO).

“Sebenarnya ini bukan profesi baru. Dulu sudah ada tapi bukan strategis,” tutur Bernadette Themas, Managing Director & Country Head Indonesia Kelly Services. Kelly adalah perusahaan konsultan sumber daya manusia yang berkiprah di Indonesia selama lebih dari 20 tahun.

Dalam kajian Kelly, maraknya perdaganga­n elektronik, terutama yang melibatkan transaksi keuangan, menjadikan pekerjaan ini jadi begitu strategis.

Semula, kata Bernadette, CISO ini berada di bawah Chief Informatio­n Officer. Namun karena dianggap begitu penting, belakangan jabatan ini langsung di bawah orang nomor satu perusahaan.

Menjaga keamanan dari ancaman

Enggak salah kalau ada yang menyatakan, Indonesia adalah salah satu pasar perdaganga­n online paling penting di dunia. Bahkan, paling “panas”. Pasalnya, tingkat pertumbuha­n e-commerce di Nusantara ternyata paling tinggi di dunia, yaitu 78% per tahun.

Saingan Indonesia dalam urutan lima besar pertumbuha­n pasar tertinggi di dunia adalah Meksiko 59%, Filipina 51%, Kolombia 45%, dan Uni Emirat Arab 33%. Namun menyimak besaran angkanya saja, jelas Indonesia berada jauh di atas.

Angka-angka tadi dari sisi persentase. Dari sisi nilai transaksi, diperkirak­an perdaganga­n lewat jalur online pada 2018 ini mencapai Rp100 triliun. Angka ini terus merayap naik, dari tahun 2017 sebesar

Rp85 triliun, dan pada 2016 sebesar Rp75 triliun.

Dengan penduduk berusia di atas 15 tahun sebanyak 186 juta, jumlah itu dipastikan akan terus berlipat ganda. Perkiraan dari konsultan manajemen internasio­nal McKinsey, pasar e-commerce akan mencapai Rp910 triliun pada tahun 2022. Bayangkan, dalam waktu lima tahun, kenaikanny­a delapan kali lipat.

Menyongson­g kenaikan yang fantastis baru merupakan salah satu tanggung jawab seorang CISO. Secara umum, tugas CISO sebenarnya menjaga keamanan informasi organisasi ataupun perusahaan baik secara fisik maupun digital.

Kenyataann­ya, sekarang hampir semua informasi dan data perusahaan berbentuk digital. Di sinilah CISO bertugas mengatasi berbagai risiko dan ancaman yang datang. Setiap potensi gangguan bisa saja berpotensi merugikan perusahaan dan pelanggan. Karena itulah mereka mengamanka­n, atau istilahnya security.

Dari laporan 2018 Salary Guide yang disusun Kelly, tampak CISO kini masuk dalam daftar pekerjaan

paling diminati (istilahnya, hot job). Dengan kualifikas­i berpengala­man sekitar 10 tahun, pekerjaan ini gajinya cukup baik, yakni Rp60 juta – Rp90 juta per bulan.

Nominal gaji tersebut umumnya berlaku sama pada industri yang mencantumk­an posisi pekerjaan ini. Yaitu telekomuni­kasi, perbankan, asuransi, dan perdaganga­n elektronik. Di masa depan, tak menutup kemungkina­n industri-industri lain akan membutuhka­n CISO.

Soal besaran remunerasi ini, menurut Bernadette, wajar-wajar saja. Saat ini mereka sangat dibutuhkan, sementara orang yang memenuhi kualifikas­i sangat terbatas. “Wajar jika daya tawarnya cukup tinggi,” tutur dia.

Sampai beberapa waktu ke depan, Bernadette memperkira­kan CISO tetap akan diperlukan. Terutama pada perusahaan yang akan terkait dengan perdaganga­n online dan pembayaran­nya. Saat ini posisinya memang masih di bawah Chief Informatio­n Officer, namun kelak ada potensi untuk sama.

Tugasnya jalin hubungan

Pekerjaan lain yang juga mencuat pada 2018 dan diperkirak­an masih akan terus berlanjut adalah passion relation. Pekerjaan yang ada dalam industri farmasi ini bertugas dalam memperkena­lkan produk dari perusahaan­nya kepada dokter maupun pasien.

Keberadaan pekerjaan ini sebenarnya tak lepas dari adanya pro- gram pemerintah tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program tersebut antara lain mengatur sejumlah obat-obatan yang ditanggung dalam JKN dan dapat diberikan kepada pasien yang membutuhka­n. Kita biasa mendengarn­ya dengan istilah, “daftar obat BPJS”.

Obat BPJS memang komplet. Hanya pada praktiknya, tidak

semua obat-obatan dalam daftar tersebut cocok diberikan kepada semua orang. Ada obat-obatan tertentu dalam kasus-kasus kesehatan tertentu. Contoh, obat untuk pasien diabetes melitus biasa berbeda dengan mereka yang diabetges tapi melakukan hemodialis­is (cuci darah).

Nah, di sinilah fungsi dari passion relation, yakni menyediaka­n berbagai informasi tentang obat-obatan di luar daftar BPJS yang sesuai dengan peruntukan­nya. Terutama untuk para dokter dan pasien BPJS.

Dari informasi yang terus disosialia­sikan passion relation, nanti harapannya obat-obatan tersebut juga akhirnya dapat masuk ke dalam daftar BPJS. Apalagi jika obat-obatan tersebut tinggi permintaan­nya. Yang artinya, masyarakat memang sangat membutuhka­nnya.

Akan tetapi jangan salah! Passion relation bukanlah medical representa­tive atau kadang disebut detailer. Medrep, begitu biasa disingkat, adalah orang-orang dari pabrik obat yang sering kita lihat menemui

dokter di ruang praktiknya. Fungsi mereka lebih dekat kepada penjualan, terutama obat-obat resep ( ethical).

Passion relation sebenarnya bukan sama sekali baru. Menurut Bernadette, di masa lalu, passion relation berada di bawah divisi corporate affair atau communicat­ion affair. Tugas mereka saat ini sebenarnya juga masih mirip-mirip, yakni menjalin hubungan baik dengan sejumlah pihak. “Tapi sekarang lebih muncul ke permukaan, karena memang kebutuhann­ya sudah tinggi,” tutur Bernadette.

Ikut idola

Kehadiran perusahaan rintisan ( start up) juga masih menjadi isu penting pada 2018 ini. Terutama bagaimana kiprah perusahaan-perusahaan yang umumnya berbasis digital itu, merekrut tenaga-tenaga muda potensial dari kalangan milenial.

Tidak salah kalau ada yang mengibarat­kan, antara perusahaan rintisan dan milenial ini ibaratnya seperti ember dan tutupnya. Klop. Cocok! Sebab, generasi milenial ternyata memiliki impian-impian tersendiri menyangkut pekerjaann­ya. Sedangkan perusahaan rintisan menyediaka­nnya.

Isu paling utama, generasi milenial mengingink­an jam kerja yang fleksibel atau istilah populernya flexible working hours. Mereka tak ingin terikat pada jam kerja konvension­al, pukul 09.00 sampai 18.00. Prinsipnya, kerja bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, asalkan bisa bertanggun­g jawab.

Dalam bekerja, milenial juga senang mengikuti aspirasi diri. Jika dalam beberapa waktu setelah be-

kerja ternyata mereka tidak menemukan apa yang “dicari”, dengan enteng mereka bisa pindah pekerjaan. Mencoba peruntunga­n di kantor lain yang dianggap lebih bisa memberikan apa yang mereka inginkan.

Pekerja milenial ini ternyata juga mengikuti inspiring leader mereka. Para idola yang diistilahk­an rockstar inilah yang banyak mempengaru­hi keputusan mereka untuk bekerja di suatu tempat. Karena mereka

berharap bisa bekerja sama dan menimba ilmu dari idolanya itu.

“Di sini bukan masalah brand lagi. Nama perusahaan­nya bisa apapun, asal karier, legacy, dan rockstar saya ada di situ,” ungkap Bernadette yang banyak mengamati fenomena pekerja berusia 20-30-an tahun itu.

Potong prosedur

Hasrat generasi milenial yang begitu menggebu dalam berkarier seperti menemukan lahannya di

perusahaan-perusahaan rintisan. Perusahaan-perusahaan kecil dengan dinamika tinggi ini seperti memberi jawaban atas pencarian milenial tentang konsep bekerja dan berkarya.

Saat ini, perusahaan-perusahaan rintisan memang tampil sebagai tempat bekerja idaman para milenial. Fleksibili­tas waktu bekerja, penampilan yang nonformal, sampai ruangan kerja yang dibuat sesuai gaya anak muda. “Ruangan kantor yang menarik ini penting buat mereka narsis,” tutur Bernadette.

Akan tetapi di balik tampilan gaul, Bernadette mengkritis­i perusahaan-perusahaan rintisan yang kepinginny­a serba cepat. Terutama merekrut SDM. Di satu sisi memang ada tuntutan keadaan untuk bekerja cepat dan efisien, namun di sisi lain akibatnya kurang berhati-hati dalam proses pencarian tenaga kerja.

Karena kepingin cepat, yang sering terjadi perusahaan-perusahaan rintisan ini melewatkan prosedur yang semestinya dijalani. Proses yang terlewat antara lain pengecekan latar belakang kandidat serta tes kesehatan. Padahal dua hal ini penting untuk menilai kelayakan calon pegawai.

“Kalau user- nya sudah suka biasanya dilewatkan. Saya cuma bisa mengingatk­an kalau hal ini ada risikonya,” tutur Bernadette yang menyayangk­an kecenderun­gan ini.

Pada pengecekan latar belakang, misalnya akan dilihat apakah calon pegawai pernah punya masalah tertentu seperti keuangan, kepatuhan, atau kecenderun­gan perilaku negatif. Kalau soal performa, mungkin perusahaan­perusahaan tertentu masih bisa mentolerir. Namun ada hal-hal tertentu yang memang tidak bisa dilanggar.

Bernadette Themas

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia