Intisari

LENTERA

- Penulis: Agus Surono

Seorang anak yang rajin sembahyang tiba-tiba mogok karena melihat hal-hal di tempat sembahyang yang menurutnya membuat orang tak bisa lagi fokus dalam bersembahy­ang. Hati mereka menyeru Tuhan, tapi tangan-tangan mereka asyik dengan gawai. Mulut-mulut yang mengagungk­an nama Tuhan sekaligus bergosip.

Sang ayah yang tahu hal itu hanya meminta satu syarat sebelum si anak mengambil keputusan.

“Isilah gelas penuh dengan air dan bawalah berkelilin­g di tempat sembahyang. Ingat, jangan sampai ada air yang tumpah.”

Si anak pun membawa segelas air berkelilin­g tempat sembahyang dengan hati-hati hingga tak setetes air pun jatuh.

Sesampai di rumah sang ayah bertanya, “Bagaimana, sudah kamu bawa air itu keliling tempat sembahyang?” “Sudah Ayah.” “Apakah ada yang tumpah?” “Tidak.” “Apakah di tempat sembahyang tadi ada orang yang sibuk dengan gawainya?”

“Wah, saya tidak tahu karena pandangan saya hanya tertuju pada gelas ini,” jawab si anak.

“Apakah di tempat sembahyang tadi ada orang-orang yang membicarak­an kejelekan orang lain?” tanya sang ayah lagi.

“Wah, saya tidak dengar karena saya hanya konsentras­i menjaga air dalam gelas.”

Sang ayah pun tersenyum lalu berkata, “Begitulah hidup anakku, jika kamu fokus pada tujuan hidupmu, kamu tidak akan punya waktu untuk menilai kejelekan orang lain. Jangan sampai kesibukanm­u menilai kualitas orang lain membuatmu lupa akan kualitas dirimu.”

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia