Intisari

PEREMPUAN DI TOKO ES KRIM

-

Sore itu toko dan kafe es krim Flavor Parlor cukup sepi ketika Ajun Komisaris Besar Polisi Madha Adiputra datang. Ia sempat kaget karena kursi kulit yang hendak didudukiny­a sangat dingin. Selain hujan sepanjang hari, pendingin ruangan tampaknya bekerja amat baik.

“Oh, maaf Pak, kursi itu ada pemiliknya. Orangnya baru saja permisi ke kamar kecil. Sebaiknya Bapak duduk di sebelah sini saja,” Karmin Deswana, penjaga sekagus pemilik kafe yang saat itu bertugas sendirian, mempersila­kan. “Nah, Bapak mau es krim rasa apa?” “Jangan es krim, saya mau ice blend saja. Rasa taro,” ujar Madha.

Saat Karmin membuatkan pesanan Madha, dua orang perempuan memasui kafe. Mereka memesan es krim dengan dua macam rasa serta seporsi kentang goreng. Tak lama kemudian, salah seorang permisi ke toilet. Baru beberapa langkah ia masuk ke kamar itu, terdengar jeritan yang amat keras.

“Tolong! Ada orang mati!” pekik gadis itu sambil berlari keluar.

Buru-buru Karmin ke toilet perempuan. Madha pun mengikuti.

“Astaga Bu Astia!!” Kenapa jadi begini!” Karmin berteriak.

Perempuan cantik yang disebut Bu Astia itu tergantung pada balok beton yang merintang di langitlang­it ruangan. Lehernya terikat ikat pinggang, matanya melotot, dan lidahnya menjulur. Wajahnya membiru dan menurut Madha yang kemudian memeriksa nadinya, badan Astia sudah dingin. Perempuan cantik itu telah meninggal.

“Anda kenal dia?” tanya Madha pada Karmin.

“Ya, dia sering ke sini. Tapi biasanya dengan teman-temannya. Sepertinya dia ada masalah, Pak. Satu jam lebih dia duduk di kursi yang tadi mau Bapak duduki itu, curhat tentang rumah tangganya. Bukan soal materi, karena suaminya seorang pengusaha dan pimpinan partai politik, tapi soal kelakuanny­a.”

“Sejak toko buka menjelang sore, belum ada. Bu Astia pengunjung pertama, baru kemudian Bapak datang saat dia ke toilet.”

“Ya, tapi saya bukan alibi Anda,” ujar Madha tenang.

“Lho, kok alibi. Bapak mencurigai saya?”

“Betul. Kematian Bu Astia ini belum tentu bunuh diri. Mungkin pembunuhan. Dan Anda tersangka utama,” jawab Madha sambil mengeluark­an borgol serta kartu tanda anggota kepolisian.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia