Intisari

Ekonomi Maju yang Menggusur Hantu

Perjalanan sejarah kelam Rumania, meninggalk­an ribuan rumah tua yang kosong dan mangkrak di Bukares. Beberapa katanya berhantu.

- Penulis dan fotografer : Yuli Cesari di Bukares

Sudah lebih dari dua tahun saya tinggal di Bukares, Rumania. Saya sangat suka jalan-jalan berkelilin­g kota dengan berjalan kaki, terutama di musim semi atau musim panas. Sambil berjalan, saya bisa melihat dan menemukan hal-hal baru yang tidak pernah saya lihat sebelumnya.

Bukares memiliki jalan–jalan besar “grande avenue” serta taman– taman, dengan tata kota yang baik. Semua itu merupakan hasil pembanguna­n pada masa Rumania berada di bawah kerajaan serta pada masa pemerintah­an Komunis.

Kota ini juga punya keunikan lain, yakni kita dapat menemukan begitu banyak bangunan dengan sentuhan arsitektur tradisiona­l. Begitu cantiknya. Bangunan beberapa lantai dan dibangun secara besar-besaran itu mirip rumahrumah susun. Masyarakat sekitar menyebutny­a bangunan blok.

Sayangnya, bangunan-bangunan tua ini ternyata banyak yang kosong tidak terawat. Meski begitu, kita hanya bisa mengagumi dari luar saja. Karena meski terbengkal­ai, tak sembarang orang bisa memasukiny­a.

Masih kokoh

Bangunan-bangunan ini umumnya memang tak berpenghun­i. Seandainya ada yang menempati, mereka bukanlah pemilik bangunan, melainkan orang-orang Tsigane. Masyarakat nomad di Eropa ini menghuniny­a secara ilegal. Atau kadang ada izin dari pemilik bangunan, batasnya sampai bangunan runtuh sendiri.

Banyak bangunan blok dibangun saat Rumania ada di bawah pemerintah­an komunis, yakni setelah 1945 sampai kejatuhan komunis pada 1989. Setelah era itu, gedung-gedung dibangun dengan arsitektur modern, sementara bangunan-bangunan tuanya direnovasi perlahan-lahan.

Bukan hanya rumah, pada masa pemerintah­an Komunis, banyak pula pabrik dibangun di dalam kota. Pabrik-pabrik itu pun banyak yang kosong atau ditinggal pemiliknya. Bahkan ada pula beberapa gedung yang belum selesai pembanguna­nnya, tapi sudah ditinggal.

Bagi wisatawan yang tertarik untuk mengeksplo­rasi bangunanba­ngunan yang cantik tersebut, sebenarnya bisa menghubung­i pemandu lokal ( guide) yang tentu sudah mengenal seluk beluknya. Mungkin tempat-tempat semacam ini dianggap cukup berbahaya karena bisa tiba-tiba runtuh dan mencelakai pengunjung. Karena itu harus ada pendamping.

Walaupun dilarang, tak sedikit wisatawan yang tetap mencobacob­a mengunjung­i bangunanba­ngunan tua ini. Entah untuk

sekadar melihat-lihat atau mengambil gambar baik foto maupun video. Sementara, anakanak muda menjadikan­nya tempat bermain dengan berbagai aktivitas ekstrem yang membakar adrenalin.

Karena saya tinggal di kawasan kota tua, maka di lingkungan sekitar juga banyak bangunanba­ngunan tidak terurus itu. Saya perhatikan, sebenarnya pondasi dari rumah atau vila-vila itu masih terlihat kokoh.

Karena itulah saya merasa sangat sayang jika tidak ada yang memanfaatk­an. Entah disewakan atau malah dijual. Karena saya melihat di kota ini juga masih banyak orang yang belum punya tempat tinggal dan tinggal di pinggir jalan.

Banyak penghuni liar

Sekian waktu hidup bersama bangunan-bangunan tua, membuat saya penasaran tentang penyebab begitu banyaknya (ribuan mungkin)

rumah atau vila yang kosong. Bangunan berarsitek­tur tradisiona­l aristokrat dan borjuis ternyata dibangun sekitar tahun 1840-an, pada masa Rumania diperintah oleh Monarki atau kerajaan.

Awal tahun 1940, hampir 8.000 rumah masyarakat Yahudi dirampas oleh rezim Ion Antonescu yang pro-Nazi. Ditambah lagi, pada 1945, sekitar 210.000 rumah disita saat Komunis berkuasa. Saat itu banyak orang Rumania yang kehilangan properti, baik tanah maupun bangunan.

Setelah tumbangnya pemerintah­an komunis tahun 1989, orangorang yang kehilangan hartanya berusaha mengambil kembali milik mereka. Hanya saja, prosesnya tak

mudah. Karena satu rumah bisa saja ada banyak pemilik. Untuk melacak pemilik aslinya tentu butuh waktu. Dan upaya ini terus berlangsun­g hingga hari ini.

Pemerintah Rumania juga tidak tinggal diam. Mereka terus berupaya mempercepa­t prosedur hukum untuk mengembali­kan bangunan tersebut kepada pemiliknya. Namun, sekali lagi, semua itu tidaklah mudah.

Pada hari ini, kondisi rumah dan vila itu sangat beragam. Ada yang masih layak huni dengan sedikit perbaikan, namun ada juga yang sudah tergolong parah karena sudah runtuh atapnya. Di dalamnya banyak penghuni liar seperti burung merpati, burung hantu, tikus, kucing, atau anjing.

Kalau dipandangi sekilas, mungkin tidak mudah membedakan antara rumah yang berpenghun­i dengan yang kosong. Namun kalau kita menelisik lebih teliti, terlihat pagar atau jendela yang rusak dan berantakan, serta sampah

di mana-mana. Namun di malam hari, situasinya lebih jelas lagi, yakni bangunan-bangunan itu gelap tak berlampu.

Kondisi inilah yang membuat bangunan-bangunan itu terlihat menyedihka­n atau lebih tepatnya menyeramka­n, terutama di malam hari. Nah, bisa jadi dari sinilah lahir cerita-cerita misteri yang menyeramka­n.

Cerita yang sering terdengar adalah tentang “rumah darah hitam”. Rumah di ujung Jalan Mantuleasa ini sudah tidak dihuni sejak 1948. Konon, pada masa lalu salah satu penghuniny­a adalah Mircea Eliade, seorang penulis Rumania terkenal.

Kabarnya, dari rumah ini, orangorang di sekitar sering mendengar suara-suara aneh dari pintu masuk rumah pada malam hari. Pagi harinya, kadang ditemukan nodanoda hitam mirip darah.

Ada pula rumah yang dinamai “rumah iblis” terletak di Jalan Praporgesc­u. Rumah tua ini tertutup tanaman liar yang menjalar hingga sampai atap rumah. Menurut cerita,

saat Perang Dunia II, seorang pria membunuh seorang wanita di rumah ini. Sejak itulah, katanya sih, sering ada penampakan seorang wanita di rumah ini.

Sudah jadi restoran

Di kota tua Lipscani, juga terdapat rumah besar berjendela kayu. Menurut cerita masyarakat setempat, rumah ini sempat jadi penampunga­n anak-anak. Namun pemiliknya sangat kejam, sehingga anak-anak dikurung tanpa diberi makan minum. Padahal sang pemiliknya hidup bermewah-mewah.

Karena itulah, orang-orang sering mendengar suara ingar bingar pada malam hari dari rumah yang berada di pusat kota tua ini. Di antara suara-suara itulah, terdengar pula suara anak-anak yang menangis dan berteriak-teriak minta minum, “Haus... haus....”

Akan tetapi, terakhir saya lewat di kawasan tersebut, rumah itu sudah berubah fungsi jadi restoran. Sementara di atasnya, dijadikan tempat tinggal. Kemungkina­n tempat tinggal pemilik restoran. Jadi, mungkin saja sekarang para hantu itu sudah tidak “kehausan“lagi.

Perlahan-lahan, perubahan di Rumania memang semakin terasa ke arah perbaikan. Sejak masuknya negeri itu ke dalam Uni Eropa, perekonomi­an semakin membaik. Kondisi ini ditandai pula dengan para pemilik bangunan, rumah, vila

yang merenovasi bangunanny­a. Ada yang sekadar direnovasi, ada yang diruntuhka­n dan dibangun yang baru.

Pabrik-pabrik yang dibangun pada zaman komunis dan tidak berfungsi lagi, kini digunakan untuk perkantora­n, pesta ulang tahun, dan juga tempat permainan laser game. Sementara rumah-rumah tua berubah fungsinya menjadi butik pakaian, toko buku, dan kafe.

Kini, Bukares sedikit demi sedikit kurang menakutkan dan lebih dinamis. Pembanguna­n di kota ini cukup cepat dan pesat, terutama didalam hal perdaganga­n dan bisnis. Bangunan-bangunan baru terus bertambah terutama di pinggir-pinggir kota.

 ??  ??
 ??  ?? Gedung kasino di KotaGapura­ConstantaN­ationalyan­g dibangun oleh Raja CarollPala­ceItahunMu­seum.1909.
Gedung kasino di KotaGapura­ConstantaN­ationalyan­g dibangun oleh Raja CarollPala­ceItahunMu­seum.1909.
 ??  ?? Karena tidak terawat, penghuni gedung berubah menjadi binatang dan pepohonan liar. Pemandanga­n semacam ini lazim di Rumania, terutama Bukares.
Karena tidak terawat, penghuni gedung berubah menjadi binatang dan pepohonan liar. Pemandanga­n semacam ini lazim di Rumania, terutama Bukares.
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ?? Rumah yang terletak di Jalan Praporgesc­u nomer 19, Kota Bukares ini menurut cerita warga setempat sering terdengar suara wanita menangis di malam hari. Pada akhir Perang Dunia II, terjadi peristiwa pembunuhan terhadap 2 wanita dan 1 wanita lain bunuh diri di rumah ini.
Rumah yang terletak di Jalan Praporgesc­u nomer 19, Kota Bukares ini menurut cerita warga setempat sering terdengar suara wanita menangis di malam hari. Pada akhir Perang Dunia II, terjadi peristiwa pembunuhan terhadap 2 wanita dan 1 wanita lain bunuh diri di rumah ini.
 ??  ?? Rumah yang terletak di Jalan Mantuleasa nomor 33 ini pernah menjadi tempat tinggal dari penulis Rumania, Mircea Eliade. Menurut cerita tetangga, pada malam hari sering terdengar suara-suara aneh dari dalam rumah dan ada noda-noda hitam di depan pintu utama pada pagi harinya. Rumah ini sudah tidak dihuni sejak 1948.
Rumah yang terletak di Jalan Mantuleasa nomor 33 ini pernah menjadi tempat tinggal dari penulis Rumania, Mircea Eliade. Menurut cerita tetangga, pada malam hari sering terdengar suara-suara aneh dari dalam rumah dan ada noda-noda hitam di depan pintu utama pada pagi harinya. Rumah ini sudah tidak dihuni sejak 1948.
 ??  ??
 ??  ?? Di rumah yang terletak di jalan Strada Francesa nomer 13 di kota tua Lipscani, Bukares, ini kadang terdengar suara anak-anak yang berteriak-teriak kelaparan. Di masa lalu, rumah ini menjadi tempat penampunga­n anakanak yatim namun ternyata si pemilik rumah sadis dan tidak memenuhi kebutuhan mereka secara cukup. Kini tempat ini sudah sedikit direnovasi dan dibuat warung kopi.
Di rumah yang terletak di jalan Strada Francesa nomer 13 di kota tua Lipscani, Bukares, ini kadang terdengar suara anak-anak yang berteriak-teriak kelaparan. Di masa lalu, rumah ini menjadi tempat penampunga­n anakanak yatim namun ternyata si pemilik rumah sadis dan tidak memenuhi kebutuhan mereka secara cukup. Kini tempat ini sudah sedikit direnovasi dan dibuat warung kopi.
 ??  ??
 ??  ?? Meski sudah tidak terawat, sisa-sisa arsitektur pada masa lalu masih memancarka­n kecantikan dari gedung-gedung tua ini.
Meski sudah tidak terawat, sisa-sisa arsitektur pada masa lalu masih memancarka­n kecantikan dari gedung-gedung tua ini.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia