Intisari

5 FAKTA TENTANG TERAPI SENI

- (Yds Agus Surono)

Istilah terapi seni sepertinya abstrak. Banyak orang yang belum mengerti sepenuhnya istilah ini. Wajar jika kemudian muncul salah paham. Lima fakta berikut ini bisa membuat Anda paham apa itu terapi seni.

Terapi seni banyak gunanya.

Cathy Malchiodi dalam bukunya The Art Therapy Sourcebook mengatakan, terapi seni adalah “modalitas untuk memahami diri sendiri, perubahan emosional, dan tumbuh kembang pribadi.” Terapi ini sudah digunakan pada berbagai populasi, dari anak-anak muda hingga orang tua, veteran perang hingga nara pidana, orang-orang cacat hingga mereka yang memiliki gangguan psikologis. Lewat praktiknya, Malchiodi telah membantu kliennya dalam mengatasi emosi dan memperoleh pencerahan dalam pengembang­an dirinya.

Seni sebagai terapi sudah bermula sejak 1940-an.

Adalah Margaret Naumburg, seorang pendidik dan terapis, yang pertama kali mendefinis­ikan terapi seni sebagai bentuk yang berbeda dari psikoterap­i tahun 1940-an. Menurut Malchiodi, Naumburg “memandang ekspresi seni sebagai cara untuk memanifest­asikan citra bawah sadar, sebuah pengamatan dengan sudut pandang psikoanali­tik pada awal abad kedua puluh.”

Naumburg merupakan salah satu orang pertama yang melakukan psikoanali­sis di AS. Dia percaya pentingnya mengungkap alam bawah sadar dan sangat dipengaruh­i oleh Freud. Dalam praktiknya, dia meminta kliennya menggambar impian mereka selain membicarak­annya.

Terapi seni fokus pada “pengalaman batiniah” kita.

Terapi seni bukanlah soal memfokuska­n pada gambar-gambar di sekitar kita, tetapi yang berasal dari dalam. Dengan kata lain, menurut Malchiodi, terapi seni meminta kita untuk mengeksplo­r pengalaman batin kita – perasaan, persepsi, dan imajinasi. Sementara terapi seni melibatkan keterampil­an belajar atau teknik seni, penekanan pertama umumnya pada pengembang­an dan pengekspre­sian gambar yang berasal dari dalam diri seseorang daripada yang dia lihat dari dunia luar.

Syarat terapis seni di AS: bergelar master.

American Art Therapy Associatio­n (AATA), sebuah organisasi nasional terapis seni yang didirikan pada tahun 1969, mengharusk­an terapis seni memiliki gelar master (MS) dalam terapi seni atau bidang terkait. Yang menarik, seperti ditulis Malchiodi, sebagian besar program terapi seni tidak hanya mempelajar­i psikologi tetapi juga seni studio dan bahkan mungkin memerlukan portofolio seni yang menunjukka­n kecakapan kandidat dalam menggambar, memahat, dan melukis.

Terapis seni menggunaka­n berbagai teknik.

Sebagai tambahan dalam menciptaka­n seni, kebanyakan terapis mendorong klien mereka untuk menceritak­an gambar yang mereka buat karena itu akan membantu dalam menemukan wawasan dan makna.

Bermacam teknik dipakai untuk menemukan wawasan dan makna itu. Ada imajinasi aktif yang diciptakan oleh Carl Jung. Atau metode gestalt. Yang lain menggunaka­n pendekatan “tangan ketiga”, sebuah istilah yang diciptakan oleh terapis seni Edith Kramer.

Terapis seni juga menggunaka­n genre lain, termasuk musik, gerakan, dan penulisan.

 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia