EKSPRESI MERINGIS
Ekspresi wajah merupakan keunikan dari manusia untuk mewakili apa yang sedang dirasakannya. Salah satunya adalah meringis ketika merasakan sakit. Cirinya adalah mengernyitkan dahi atau memejamkan mata.
Pada tahun 2010, para peneliti di Montreal, Kanada menyatakan bahkan tikus (sebagai mamalia) juga menunjukkan karakteristik ekspresi wajah yang meringis ketika merasa sakit di bagian tubuhnya. Dalam penelitian yang menggunakan rekaman video super cepat itu, mereka mendokumentasikan setidaknya lima pergerakan ekspresi di wajah ketika ia merasa sakit.
Nah, sama halnya dengan manusia. Sekalipun rasa sakit itu tidak pada wajah, ketika merasakan sakit di bagian tubuh lain, kita akan meringis. Otot-otot wajah bergerak membentuk ekspresi kesakitan seolah rasa sakit itu juga terasa di wajah.
Pertanyaannya, mengapa ya kita meringis? Apakah rasa sakit itu menjalar hingga ke wajah? Apakah meringis mengurangi rasa sakit? Apakah meringis merupakan reaksi saraf?
Bukan. Satu-satunya alasan mengapa kita tersugesti untuk meringis ketika merasakan sakit adalah untuk memberitahu pada orang sekitar bahwa kita sedang merasakan sakit. Poinnya adalah untuk mengomunikasikan keadaan kita pada orang lain.
Secara tidak langsung meringis juga menunjukkan stimulus pada kita dan orang yang melihat bahwa sesuatu yang menimbulkan rasa sakit itu adalah berbahaya. Sehingga di waktu-waktu selanjutnya kita atau orang lain bisa lebih berhati-hati agar rasa sakit tidak perlu terjadi.
Meringis bukanlah reaksi saraf yang spontan terjadi ketika kita merasa nyeri. Sebab saraf sensorik nyeri dan aktivasi motorik saraf di wajah merupakan jenis yang berbeda yang tidak saling berhubungan.