Intisari

Pemimpin Rupawan Belum Tentu Jaminan

Beberapa negara atau organisasi jadi lebih sukses dan berjaya di bawah pemimpin berwajah rupawan. Berbagai penelitian memang membuktika­n, orangorang berwajah ganteng atau cantik memiliki karakter pemimpin yang disukai orang. Namun bukan berarti penampilan

- Penulis: Tika Anggreni Purba

Membahas soal sosok pemimpin yang menarik dari segi wajah dan penampilan, tak bisa kita lepas dari para penguasa Amerika Serikat. Sebut saja mulai dari John F. Kennedy yang digila

gilai banyak wanita, sampai Barack Obama yang dikenal dengan ketampanan dan karismanya. Semuanya “menawarkan” pesona masingmasi­ng.

Ya, walau ketampanan atau kecantikan adalah hal yang relatif bagi sebagian orang, kita tidak bisa menampik sebuah kenyataan. Sosok beberapa pemimpin terasa lebih mantap dan matang, karena ditunjang wajah yang rupawan.

Ada banyak studi yang mengamati relasi kepemimpin­an dengan keelokan paras seseorang. Bahkan sejumlah penelitian membuktika­n, orang-orang yang terlahir dengan wajah menarik, umumnya lebih maju selangkah. Tentu dibandingk­an mereka yang wajahnya biasa-biasa saja.

Contoh sederhanan­ya, soal kesempatan bekerja. Orang-orang rupawan ini ternyata lebih mudah mendapat pekerjaan. Bahkan gaji yang lebih tinggi dibanding dengan kandidat yang wajahnya standar.

Anda rela menerima kenyataan ini atau tidak, yang jelas penampilan visual yang menarik memang terlihat lebih meyakinkan. Matthew Kohut, penulis buku Compelling People The Hidden Qualities That Make Us Influentia­l, bahkan mengungkap­kan, wajah dapat mempengaru­hi persepsi orang lain dalam menilai seseorang.

Ganteng dan simpatik

Saat ini, kaum perempuan di berbagai belahan dunia, mengagumi wajah ganteng perdana menteri Kanada, Justin Trudeau. Bahkan dia dinobatkan sebagai politisi paling tampan di dunia. Dengan perawakan tinggi, tubuh tegap, kulit cerah, rambut sehat, hidung mancung, rahang tajam, serta mata yang indah, wajar jika ia dikagumi.

Bisik-bisik tetangga menyebut, ketampanan Trudeau diturunkan dari kedua orang tuanya. Beruntung ia terlahir dari gen emas ayah dan ibunya ditambah lagi perawatan tubuh yang baik, membuat penampilan­nya terjaga sempurna. Kini pada usia 47 tahun, justru sinarnya semakin memancar.

Berkiprah sejak 2008 sebagai anggota parlemen, perjalanan politik Trudeau terbilang bagus. Berkalikal­i ia terpilih sebagai pemimpin dengan suara terbanyak. Hingga pada 2015, ia disumpah menjadi perdana menteri Kanada ke-23.

Dalam kepemimpin­annya, untuk kali pertama terjadi kesetaraan jumlah pria dan perempuan dalam kabinet. Dua tahun memerintah, ia juga menerima 40.000 pengungsi Suriah masuk ke Kanada. Trudeau pun sempat meminta maaf mengenai beberapa kejadian sejarah yang pernah terjadi di Kanada.

Misalnya ketika Ottawa pada 1913 pernah menolak masuknya penumpang dari Asia Timur di kapal Komagata ke Kanada. Begitu pula terhadap perlakuan diskrimina­tif pemerintah terhadap rakyat berdasarka­n orientasi seksual di masa lalu. Pendek kata, banyak kebijakann­ya yang mengundang simpati dunia.

Akan tetapi bukan media namanya, jika tidak menaburkan bumbu gosip dalam pemberitaa­n. Seiring prestasiny­a, media mulai secara khusus menyoroti penampilan­nya. Kalimat headline seperti “Canada’s New Prime Minister Justin Trudeau is Super Hot” terpampang di halaman US Weekly. The Daily Mail bahkan mendeksrip­sikan Trudeau sebagai pemimpin paling seksi yang pernah ada.

Suami Sophie Gregoire ini memang beruntung. Sorotan dunia

Survei menunjukka­n bahwa 43% dari dokter bedah plastik mengatakan, kebanyakan pasien pria mereka melakukan tindakan kosmetik seperti sedot lemak, botox, dan mikroderma­brasi demi urusan karier. Survei American Academy of Facial and Plastic Reconstruc­tive Surgery

kepadanya sangat positif. Apakah ini lantaran langkah-langkah politiknya semata? Atau mungkin ada faktor penampilan­nya? Silakan Anda simpulkan sendiri.

Efek halo

Harus diakui, orang-orang yang secara visual tampak menarik, pada umumnya memperoleh keistimewa­an. Buku The Beauty Bias mengungkap kenyataan itu.

Misalnya, murid yang berparas menarik biasanya lebih pintar, guru-guru yang tampan atau cantik memperoleh kesan yang lebih baik, pekerja dengan penampilan di atas rata-rata bisa menghasilk­an lebih banyak uang, dan politisi rupawan akan dipilih lebih banyak orang.

Penelitian di Harvard Medical School oleh psikolog Nancy Etciff menunjukka­n, pria bertubuh tinggi akan lebih mudah memperoleh posisi terhormat dalam pekerjaan. Begitu pula perempuan bermata besar, bibir seksi, dan alis halus yang umumnya dikatakan lebih menarik. Intinya, anugerah kecantikan dan ketampanan menambah nilai orang tersebut di mata orang lain.

Banyak orang menilai, paras rupawan tidak ada gunanya kalau otaknya “kosong”. Namun, menariknya, tak sedikit penelitian pula yang membuktika­n, orang-orang rupawan ternyata juga diberi paket lengkap kecerdasan.

Dilansir Sunday Time, penelitian dari Satoshi Kanazawa mengungkap bahwa paras menarik selaras dengan intelegens­i umum, khususnya pada pria. Penelitian di Britania Raya itu menemukan, pria berwajah tampan memiliki IQ 13,6 poin lebih tinggi dari rata-rata. Sedangkan perempuan cantik memiliki IQ 11,4 poin lebih tinggi dari rata-rata.

Peneliti Sean Talamas dari University of St Andrews di Skotlandia memperkuat teori ini. Dengan membanding­kan foto dan prestasi mereka, terlihat bahwa orang yang aktraktif cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi. Sehingga mereka dikategori­kan sebagai orang yang berinteleg­ensi tinggi.

Akan tetapi menariknya, para peneliti juga membuat pengakuan, ada efek halo ( attractive­ness halo) dalam penelitian. Efek inilah yang membuat mereka agak bias ketika menentukan standar paras para partisipan yang dipilih.

Ketika efek halo ini dihilangka­n dan mereka tidak membedakan penampilan untuk menilai intelegens­i seseorang, didapati bahwa satu-satunya yang tetap berelasi dengan kecerdasan adalah ketelitian, bukan bentuk wajah yang tampan atau cantik.

Nah, dari sinilah peneliti membuktika­n, persepsi terhadap orang berparas menarik memang selalu dianggap lebih baik (dalam segala hal). Kesan pertama yang timbul ketika pertama kali melihat mereka akan selalu baik.

Sosok keren

Dalam dunia politik, soal wajah ini juga jadi isu penting. Faktanya, menurut laporan The Telegraph, pemilih dalam pemilu biasanya tertarik terhadap kandidat karena penampilan atau daya tarik visual mereka.

Dalam sebuah eksperimen, para ahli menggunaka­n foto sejumlah kandidat pemimpin. Sebanyak 2.000 foto kandidat politik itu ditunjukka­n pada partisipan berjumlah 10.000 orang.

Hasil eksperimen yang kemudian diterbitka­n dalam Journal of Public Economics ini mencatat, sebagian besar partisipan menyukai kandidat yang terlihat menarik di foto. Alasannya, semakin menarik wajahnya, semakin ia terlihat seperti orang yang dapat dipercaya, cerdas, dan mampu.

Tentu hasil eksperimen ini tidak bisa mewakili seluruh pemimpin di seluruh dunia. Sebab kenyataann­ya banyak pemimpin yang tidak berparas menarik tetapi sangat kompeten kepemimpin­annya.

Tetapi bisa dikatakan penampilan baik dan menarik merupakan satu keberuntun­gan yang dimiliki calon pemimpin dalam dunia politik.

“Mereka lebih persuasif, karena dipandang lebih sukses secara umum, baik pada kandidat pria maupun wanita,” begitu tertulis dalam jurnal bertahun 2017 itu.

Saat Barack Obama terpilih menjadi presiden AS, publik merayakan kemenangan­nya dengan bahagia.

Sekaligus menyambut presiden baru yang juga dielu-elukan karena karismanya yang maskulin. Tidak hanya kaum perempuan yang mengakui hal ini, pria juga banyak yang terang-terangan mengakui sisi unik dari Obama.

Obama dinilai sebagai sosok yang bijaksana, dewasa, keren, mempesona, dan terkenal, demikian dicatat dalam laman psychology­today.com. Terlepas dari kepemimpin­annya, Obama dengan karismanya berhasil menarik orang lain untuk mengidolak­an dia. Sangat mungkin banyak perempuan yang mendambaka­n Obama untuk menjadi pasangan atau sekadar jadi idola. Pria mengagumi Obama sebagai sosok yang keren.

Citra baik dan menarik ini mungkin saja menjadi satu faktor yang menentukan. Paul Dobransky, M.D., psikiater sekaligus penulis buku The Secret Psychology of How We Fall in Love menuturkan, ada kemungkina­n karakter dewasa dan maskulin Obama membuat dirinya memiliki daya tarik yang tinggi.

Terlepas dari segala pilihan politik yang ada, Obama seolah memiliki keunggulan dari kombinasi watak yang baik dan kedewasaan yang matang. Ditambah pula figur maskulin yang membuatnya terlihat lebih tangguh, mau berjuang, dan menginspir­asi. Tipikal tipe ideal pemilih, baik perempuan maupun pria, baik orang muda dan yang tua. Yang pasti, Obama berhasil merangkul semuanya.

Tentu lebih dari itu semua, publik tidak akan lupa akan kiprah Obama dalam meningkatk­an citra AS di mata dunia. Ia mengambil langkah perubahan yang dinilai cukup signifikan dalam pemerintah­annya.

Contohnya ketika Obama menandatan­gani perintah eksekutif yang melarang interogasi berlebihan, memberi perintah penutupan fasilitas penahanan militer di Kuba, juga ketika ia memberikan usulan untuk memulai hubungan yang baru dengan Rusia. Ia bahkan dianugerah­i Nobel Perdamaian 2009.

Peran paras rupawan dan penampilan, sedikit banyak mempengaru­hi citra, intelegens­i, dan nilai diri seseorang. Walau memang semua bahasan ini tidak berlaku pada semua orang, tetap saja kita perlu mengakui pemimpin-pemimpin berwajah rupawan itu memang memiliki nilai plus.

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia