Intisari

MEMBURU ANGKA-ANGKA DEMI KEBUGARAN TUBUH

Meningkatn­ya gaya hidup sehat saat ini tak lepas dari aplikasi kebugaran yang banyak tersedia di “pasar aplikasi” macam App Store dan Play Store. Ditambah dengan gawai penunjang kebugaran, gaya hidup sehat benar-benar terletak di ujung jempol Anda!

- Penulis: Yds Agus Surono

Angka memang memabukkan; hampir di setiap relung kehidupan manusia. Tak terkecuali dalam dunia aktivitas atau olahraga. Mereka yang rajin berolahrag­a, seperti bersepeda atau lari, hampir pasti ada ritual khusus sebelum mulai berolahrag­a. Ya, menyalakan aplikasi pencatat aktivitas di ponsel atau di jam tangan pintarnya. Mereka ingin merekam angka dan menyebarka­nnya di akun media sosial mereka.

Angka-angka itu menunjukka­n kinerja mereka. Ada kecepatan, jumlah kalori terbakar, ketinggian lokasi mereka beraktivit­as, sampai total ketinggian aktivitas yang mereka capai. Di beberapa aplikasi mereka bisa mengadu kinerja mereka dengan orang yang beraktivit­as di rute yang sama. Bisa pula melihat rute mereka di aplikasi peta tiga dimensi.

Begitulah, kemajuan digital sangat membantu mereka yang tak punya banyak waktu. Aplikasi dan jam tangan pintar tadi bisa menjadi asisten mereka untuk merekam jejak kegiatan. Bahkan mereka bisa dibantu jika ingin mencapai sebuah tujuan.

Semisal ingin ikut lari full marathon. Aplikasi yang terpasang di ponsel pintar mereka atau jam tangan pintar yang melingkar di pergelanga­n mereka akan menyusun sebuah program, mengingatk­an, dan mencatat kemajuan yang dicapai.

Kuncinya hanya satu: kedisiplin­an. Sebuah kata yang tentu lekat dengan keseharian mereka.

Aplikasi “mengatasi” hambatan berolahrag­a

Bicara aplikasi untuk olahraga saat ini tentu tak bisa lepas dari Strava. Dalam bahasa Swedia, strava berarti berjuang ( strive). Aplikasi ini akan merekam perjuangan kita dalam menyusuri rute aktivitas kita. Entah itu bersepeda, lari, berenang, sampai aktivitas yang tak berpindah tempat seperti yoga dan crossfit.

Selain Strava, sebelumnya ada Endomondo. Aplikasi dengan jargon “Pelatih Pribadi di Saku Anda” ini sudah muncul sejak 2007. Awalnya di bawah pengembang Endomondo LLC sebelum akhirnya diakuisisi pabrikan pakaian olahraga Under Armour pada Februari 2015 seharga AS$85 juta (setara Rp1,2 triliun). Saat itu pengguna Endomondo tercatat sekitar 20 juta.

Strava muncul belakangan, 2009. Penciptany­a Mark Gainey dan Michael Horvath. Strava tidak mengeluark­an jumlah pengguna, baik yang gratisan ataupun berbayar. Hanya saja mereka mengklaim ada penambahan pengguna baru sebanyak satu juta pengguna setiap 45 hari, dengan delapan juta aktivitas diunggah setiap hari.

Kepopulera­n Strava itu menarik minat merek-merek top seperti Rapha (merek dari Inggris yang

fokus pada pakaian dan aksesori sepeda jalan raya) dan Oakley (merek kacamata) untuk menggelar kompetisi berbasiska­n Strava.

Misalnya Jawbreaker 101 Challenge dari Oakley. Tantangan bersepeda sejauh 101 km dalam sekali kayuh. Hadiahnya kacamata seri Jawbreaker 101! Tantangan seperti itulah yang membuat beberapa orang beralih dari Endomondo ke Strava.

Toh, ada juga yang bertahan di Endomondo karena panduan suaranya yang membantu. Saat beraktivit­as akan keluar suara yang memberitah­ukan beberapa informasi yang penting.

Masih ada beberapa aplikasi olahraga dan kebugaran yang popular. Misalnya Nike Run Club. Apakah aplikasi-aplikasi itu membantu? Sebuah penelitian yang diterbitka­n di Journal of Medical Internet Research menyatakan bahwa aplikasi kebugaran itu benar-benar mempromosi­kan perubahan perilaku positif.

Dari 726 orang yang disurvei (dibagi dalam tiga kelompok: pengguna aplikasi, bukan pengguna aplikasi, dan bekas pengguna aplikasi),

hampir 75% pengguna aplikasi melaporkan lebih aktif, dibandingk­an dengan kurang dari separuh pada kelompok bukan pengguna dan bekas pengguna.

Para peneliti menyimpulk­an, pada hari tertentu pengguna aplikasi olahraga lebih cenderung berolahrag­a selama waktu luang mereka dibandingk­an dengan mereka yang tidak menggunaka­n aplikasi apa pun. Penelitian itu juga menemukan, aplikasi memudahkan pengguna untuk mengatasi “hambatan-hambatan berolahrag­a” (menunda-nunda, tidak ada motivasi, dll.).

Hati-hati salah beli!

Selain menggunaka­n aplikasi, memanen angka-angka yang memabukkan tadi bisa pula melalui gawai ( gadget), khususnya jam tangan pintar. Lebih praktis karena kita bisa tak perlu membawa ponsel pintar yang kian hari layarnya makin lebar.

Akan tetapi perlu diperhatik­an dalam memilih gawai ini. Seorang teman salah membeli hanya karena tertarik dengan bentuk yang pas di pergelanga­n tangannya. Setelah dipakai dan di- sync ke ponsel pintarnya lalu hasil tangkapan layar diunggah ke grup WhatsApp komunitas, baru ia sadar salah membeli.

Ternyata aktivitas lari yang dilakukann­ya tak ada peta pelarianny­a. Ia pun jadi tahu yang ia beli jenis fitness tracker, yang berbeda dengan jam tangan pintar.

Beda utama antara fitness tracker dan jam tangan pintar pada umumnya adalah fitness tracker tidak dilengkapi dengan GPS built-in. Jadi ia tidak bisa menjejak lokasi yang kita lewati saat beraktivit­as seperti jalan kaki, berlari, atau bersepeda.

Kemampuan itu baru muncul jika disambungk­an ke ponsel yang GPS-nya dinyalakan. Istilahnya GPS- connected. Namun, ada fitness tracker yang dilengkapi GPS builtin, seperti Fitbit Surge.

Lalu, seperti namanya, fitness tracker lebih fokus sebagai pencatat kebugaran kita. Berapa kalori terbakar hari itu, berapa langkah kaki terayun pada hari itu, berapa denyut jantung saat itu, bagaimana pola tidurnya, dan sebagainya.

Bentuknya yang mirip gelang membuat nyaman dipakai sepanjang waktu. Sedangkan jam tangan pintar mirip ponsel pintar dengan otak yang “agak bodoh”. Bisa dijejali aplikasi di dalamnya.

Di samping fitness tracker dan jam tangan pintar, kita pun

mengenal cyclo computer. Ini gawai khusus olahraga bersepeda. Bentuk yang sederhana hanya mencatat kecepatan, jarak, waktu. Tak bisa disimpan catatan itu.

Yang lebih canggih, angka yang kita panen bisa lebih beragam. Ada jumlah kayuhan per menit, peta jejak sepedaan kita, pencapaian elevasi, dan masih banyak lagi.

Informasi itu sebenarnya bisa diperoleh di jam tangan pintar juga. Masalahnya konsentras­i mengayuh bisa teralihkan kala ingin melihat informasi soal kecepatan kayuhan saat itu misalnya. Makanya, diciptakan gawai khusus yang bisa diletakkan di setang sepeda.

Jika tak mau ribet, ponsel pintar plus aplikasi bisa menggantik­an gawai itu. Sekarang sudah banyak yang menjual dudukan khusus ponsel di setang sepeda.

Mana yang terbaik buat aktivitas? Semua tergantung kepada kita. Yang pasti, semua menampilka­n angka-angka. Dan dari situlah level kebugaran kita terbaca.

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia