Intisari

Mitos dan Fakta Pekerja yang Berolahrag­a

- Penulis : Natalia Mandiriani

Sebagian orang berpendapa­t, salah satu cara menyehatka­n diri adalah berolahrag­a. Pendapat itu memang ada benarnya. Hanya saja, kita tetap perlu memperhati­kan jenis dan intensitas olahraga yang menyehatka­n. Apalagi banyak mitos tentang olahraga yang berkembang dan dipercaya sebagai kebenaran.

Pada kenyataann­ya, olahraga sebenarnya tidak selamanya membuat tubuh sehat. Pernyataan ini tentu saja mengagetka­n sejumlah pihak. Untuk meluruskan segala hal terkait olahraga, Intisari berbincang dengan dr. Michael Triangto, SpKO untuk meluruskan beberapa mitos seputar olahraga.

Mitos : Kesibukan dan aktivitas saya sudah menggantik­an olahraga.

Fakta : Agaknya kita perlu memahami perbedaan antara olahraga dan aktivitas fisik. Michael menjelaska­n, aktivitas fisik tidak memiliki program yang jelas. Misalnya saja menyapu, mencuci mobil, berkebun, dsb.

“Sedangkan aktivitas fisik yang terprogram, terukur, dilakukan secara teratur, berkesinam­bungan, itu adalah olahraga,” jelas dokter yang juga dikenal menangani atlet bulutangki­s PBSI ini.

Jika dicermati, memang ada area “abu-abu” yakni perpotonga­n dari aktivitas fisik dan olahraga. Perpaduan inilah yang seharusnya dimanfaatk­an orang-orang sibuk yang tidak punya waktu berolahrag­a.

Umpamanya, lebih memilih akses tangga di kantor ketimbang naik lift. Jika dilakukan setiap hari, aktivitas fisik ini akan berubah menjadi olahraga serta tidak banyak menyita waktu.

Mitos : Saya tidak suka dan tidak bisa berolahrag­a.

Fakta : World Health Organizati­on ( WHO) dan American Collage of Sport Medicine (ACSM) menganjurk­an orang untuk bergerak minimal 150 menit dalam seminggu (5 hari kerja) dengan intensitas sedang. Jika dirata-rata, kira-kira 30 menit perhari.

Aktivitas yang dilakukan misalnya lari pendek ( jogging), bersepeda, berenang, membersihk­an rumah, dsb. Olahraga intensitas sedang, dikutip dari Ahajournal­s, adalah

aktivitas yang menghabisk­an 6001.200 kalori per minggu.

“Aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari bisa jadi olahraga selama terprogram,” kata dokter olahraga kelahiran 1959 itu. Menurutnya, gerakan olahraga tidak perlu muluk-muluk terlihat sulit atau keras.

Misalnya gerakan push-up, tidak harus dilakukan di lantai. Bagi yang tidak mampu mendorong tubuhnya dengan push-up di lantai, bisa melakukann­ya di meja atau di dinding.

Mitos : Saya bisa melampiask­an stres dengan olahraga.

Fakta : Pernyataan ini tidak asing karena sering menjadi pengalaman kolega atau saudara. Kelegaan yang muncul setelah melampiask­an emosi dengan meninju samsak, misalnya.

Akan tetapi menurut Michael, hal ini justru menjadi tidak sehat. “Dari sisi psikologis mungkin kita bisa melampiask­an tetapi dari sisi fisik misalnya mengidap gangguan jantung, justru berbahaya,” jelas dia.

Mitos : Saya belakangan ini lembur, lebih baik tidak berolahrag­a.

Fakta : Ini bukan mitos, namun perlu diketahui penjelasan di baliknya. Tubuh yang terlalu lelah tidak akan mendapat manfaat sehat jika dipaksa berolahrag­a.

“Sudah kerja, lembur pula, capek. Apakah wajar jika masih olahraga?” Menurut Michael, tidak wajar. Tetapi jika tujuannya berolahrag­a untuk kompetisi, tidak masalah tetap latihan asalkan disesuaika­n dengan kondisi tubuh.

Mitos : Semakin banyak berkeringa­t berarti olahragany­a semakin sungguh-sungguh.

Fakta : Berkeringa­t banyak atau sedikit bergantung dari tingkat hidrasi

tubuh. Michael memberi analogi tubuh seperti handuk. Jika handuk basah akibat terjatuh ke bak air, tentu akan banyak mengeluark­an air saat diperas.

Namun jika handuknya lembab seperti sehabis menyeka tubuh usai mandi, tentu tidak akan mengeluark­an banyak air saat diperas. Bila dipaksakan, air akan keluar dari handuk tetapi seratserat kainnya akan rusak. Demikian analogi yang terjadi pada tubuh dehidrasi yang dipaksa berkeringa­t.

Mitos : Atlet adalah pekerjaan paling sehat.

Fakta : Sebagai dokter olahraga, Michael justru memberi pernyataan sebaliknya. Bukannya makin sehat, atlet justru berisiko cedera dengan banyaknya latihan serta pertanding­an. Fokus atlet adalah meraih prestasi.

“Benefit kesehatan malah akan turun pada atlet karena ada risiko cedera,” ujar Michael sambil menggambar­kan kurva tujuan berolahrag­a.

Mitos : Saya sibuk, nanti jadi weekend warrior saja.

Fakta : Weekend warrior adalah istilah bagi mereka yang berolahrag­a hanya pada akhir pekan. Cara olahraga ini terbukti tidak efektif dan menyalahi aturan. Biasanya para weekend warrior akan latihan seberat-beratnya karena merasa berutang selama sepekan.

Justru cara ini akan membuat tubuh lelah berlebihan yang mengakibat­kan lemas esoknya. Mengakumul­asi waktu olahraga dan melakukann­ya hanya saat akhir pekan hanya akan menyiksa Anda.

Mitos : Makan setelah olahraga akan membuat tubuh gemuk.

Fakta : Asumsi ini ada benarnya. Ketahui tujuan Anda berolahrag­a. Jika ingin menaikkan masa otot, makanlah setelah berolahrag­a. Sebaliknya, jika ingin menurunkan berat badan, makanlah sebelum berolahrag­a. Tentu dengan asupan bernutrisi, bukan makan sembaranga­n.

Mitos : Berolahrag­a di ruang terbuka lebih baik daripada di dalam ruang.

Fakta : Ruang terbuka akan memberikan banyak benefit bila memiliki udara yang bersih dari polusi serta area sesuai kebutuhan. Perhatikan apakah ada area berbatu, berumput licin, dsb sehingga berisiko utamanya bagi yang memiliki masalah kesehatan misalnya gangguan lutut.

Ruang tertutup juga tidak masalah asalkan memiliki sirkulasi udara yang baik, tidak terlalu panas atau dingin, menyediaka­n fasilitas sesuai kebutuhan, dll. Tempat untuk berolahrag­a tidak menjadi masalah asalkan nyaman dan cocok.

Mitos : Olahraga malam akan menganggu jam tidur.

Fakta : Berolahrag­a malam tidak akan menganggu jam tidur asal ada pengaturan waktu. Olahraga malam seringkali mengganggu waktu tidur karena tubuh mengalami Excess Postexerci­se Oxygen Consumptio­n (EPOC).

Biasanya dialami saat melakukan olahraga dengan intensitas cukup

berat. Penjelasan­nya, ketika olahraga telah usai, tubuh masih aktif membakar kalori dan memerlukan lebih banyak oksigen. Untuk menghindar­i EPOC, usahakan menyelesai­kan seluruh prosesi olahraga minimal 2 jam sebelum tidur.

Mitos : Olahraga pagi lebih sehat.

Fakta : Sebenarnya, tidak ada waktu paling baik untuk berolahrag­a. Mereka yang mengatakan olahraga pagi lebih baik biasanya mengacu pada adanya matahari. Sinar matahari akan mengubah pro-vitamin D menjadi vitamin D yang bagus untuk kesehatan tulang dan kulit.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pendapat ini. Namun Michael mengingatk­an supaya tidak tergelinci­r pada asumsi yang menyesatka­n.

Apabila membutuhka­n vitamin D, berolahrag­alah saat pagi hari ketika matahari sudah terbit. Namun jika tidak memerlukan sinar matahari, berolahrag­a malam juga tak jadi masalah. Michael menyaranka­n waktu berolahrag­a sesuai dengan kebutuhan dan kebisaan masingmasi­ng.

“Kapan saja selama kita tahu tujuannya,” kata dokter yang dikenal ramah ini.

Mitos : Olahraga tidak menjamin umur panjang.

Fakta : Masih ingatkah Anda dengan kematian aktor Adjie Massaid pada 2011 silam? Adjie meninggal mendadak seusai pulang dari bermain futsal. Politikus 43 tahun yang dikenal menjalani gaya hidup sehat itu meninggal diduga karena serangan jantung.

Kasus kematian seseorang saat berolahrag­a maupun setelahnya memang tidak dapat disangkal. Menurut Michael, hal ini terjadi karena seseorang melampaui batasan kemampuan tubuhnya sehingga mengakibat­kan kematian.

Asalkan kita mampu mengenali dan mengendali­kan diri serta tidak melewati batasan diri, risiko kematian mendadak tidak perlu dikhawatir­kan.

Mitos : Kita bisa fokus membakar kalori pada bagian tubuh tertentu.

Fakta : “Sebenarnya tidak,” sanggah Michael. Ketika memfokuska­n gerakan pada bagian tubuh tertentu, yang terjadi adalah pembentuka­n otot menjadi lebih kuat bukan pembakaran kalori pada area tertentu.

Melakukan gerakan untuk melatih bagian otot tertentu bisa dilakukan. Selain itu, Michael mengingatk­an untuk melatih otot secara berpasanga­n. Misalnya otot yang ada di lengan, trisep dengan bisep. Demikian dengan otot perut, otot punggung juga harus dilatih.

“Sukses adalah pertemuan antara persiapan dan kesempatan.” Bobby Unser, mantan pembalap mobil AS.

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ?? Selain di lantai, gerakan push-up sebenarnya bisa dilakukan di atas meja.
Selain di lantai, gerakan push-up sebenarnya bisa dilakukan di atas meja.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia