Mitos dan Fakta Pekerja yang Berolahraga
Sebagian orang berpendapat, salah satu cara menyehatkan diri adalah berolahraga. Pendapat itu memang ada benarnya. Hanya saja, kita tetap perlu memperhatikan jenis dan intensitas olahraga yang menyehatkan. Apalagi banyak mitos tentang olahraga yang berkembang dan dipercaya sebagai kebenaran.
Pada kenyataannya, olahraga sebenarnya tidak selamanya membuat tubuh sehat. Pernyataan ini tentu saja mengagetkan sejumlah pihak. Untuk meluruskan segala hal terkait olahraga, Intisari berbincang dengan dr. Michael Triangto, SpKO untuk meluruskan beberapa mitos seputar olahraga.
Mitos : Kesibukan dan aktivitas saya sudah menggantikan olahraga.
Fakta : Agaknya kita perlu memahami perbedaan antara olahraga dan aktivitas fisik. Michael menjelaskan, aktivitas fisik tidak memiliki program yang jelas. Misalnya saja menyapu, mencuci mobil, berkebun, dsb.
“Sedangkan aktivitas fisik yang terprogram, terukur, dilakukan secara teratur, berkesinambungan, itu adalah olahraga,” jelas dokter yang juga dikenal menangani atlet bulutangkis PBSI ini.
Jika dicermati, memang ada area “abu-abu” yakni perpotongan dari aktivitas fisik dan olahraga. Perpaduan inilah yang seharusnya dimanfaatkan orang-orang sibuk yang tidak punya waktu berolahraga.
Umpamanya, lebih memilih akses tangga di kantor ketimbang naik lift. Jika dilakukan setiap hari, aktivitas fisik ini akan berubah menjadi olahraga serta tidak banyak menyita waktu.
Mitos : Saya tidak suka dan tidak bisa berolahraga.
Fakta : World Health Organization ( WHO) dan American Collage of Sport Medicine (ACSM) menganjurkan orang untuk bergerak minimal 150 menit dalam seminggu (5 hari kerja) dengan intensitas sedang. Jika dirata-rata, kira-kira 30 menit perhari.
Aktivitas yang dilakukan misalnya lari pendek ( jogging), bersepeda, berenang, membersihkan rumah, dsb. Olahraga intensitas sedang, dikutip dari Ahajournals, adalah
aktivitas yang menghabiskan 6001.200 kalori per minggu.
“Aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari bisa jadi olahraga selama terprogram,” kata dokter olahraga kelahiran 1959 itu. Menurutnya, gerakan olahraga tidak perlu muluk-muluk terlihat sulit atau keras.
Misalnya gerakan push-up, tidak harus dilakukan di lantai. Bagi yang tidak mampu mendorong tubuhnya dengan push-up di lantai, bisa melakukannya di meja atau di dinding.
Mitos : Saya bisa melampiaskan stres dengan olahraga.
Fakta : Pernyataan ini tidak asing karena sering menjadi pengalaman kolega atau saudara. Kelegaan yang muncul setelah melampiaskan emosi dengan meninju samsak, misalnya.
Akan tetapi menurut Michael, hal ini justru menjadi tidak sehat. “Dari sisi psikologis mungkin kita bisa melampiaskan tetapi dari sisi fisik misalnya mengidap gangguan jantung, justru berbahaya,” jelas dia.
Mitos : Saya belakangan ini lembur, lebih baik tidak berolahraga.
Fakta : Ini bukan mitos, namun perlu diketahui penjelasan di baliknya. Tubuh yang terlalu lelah tidak akan mendapat manfaat sehat jika dipaksa berolahraga.
“Sudah kerja, lembur pula, capek. Apakah wajar jika masih olahraga?” Menurut Michael, tidak wajar. Tetapi jika tujuannya berolahraga untuk kompetisi, tidak masalah tetap latihan asalkan disesuaikan dengan kondisi tubuh.
Mitos : Semakin banyak berkeringat berarti olahraganya semakin sungguh-sungguh.
Fakta : Berkeringat banyak atau sedikit bergantung dari tingkat hidrasi
tubuh. Michael memberi analogi tubuh seperti handuk. Jika handuk basah akibat terjatuh ke bak air, tentu akan banyak mengeluarkan air saat diperas.
Namun jika handuknya lembab seperti sehabis menyeka tubuh usai mandi, tentu tidak akan mengeluarkan banyak air saat diperas. Bila dipaksakan, air akan keluar dari handuk tetapi seratserat kainnya akan rusak. Demikian analogi yang terjadi pada tubuh dehidrasi yang dipaksa berkeringat.
Mitos : Atlet adalah pekerjaan paling sehat.
Fakta : Sebagai dokter olahraga, Michael justru memberi pernyataan sebaliknya. Bukannya makin sehat, atlet justru berisiko cedera dengan banyaknya latihan serta pertandingan. Fokus atlet adalah meraih prestasi.
“Benefit kesehatan malah akan turun pada atlet karena ada risiko cedera,” ujar Michael sambil menggambarkan kurva tujuan berolahraga.
Mitos : Saya sibuk, nanti jadi weekend warrior saja.
Fakta : Weekend warrior adalah istilah bagi mereka yang berolahraga hanya pada akhir pekan. Cara olahraga ini terbukti tidak efektif dan menyalahi aturan. Biasanya para weekend warrior akan latihan seberat-beratnya karena merasa berutang selama sepekan.
Justru cara ini akan membuat tubuh lelah berlebihan yang mengakibatkan lemas esoknya. Mengakumulasi waktu olahraga dan melakukannya hanya saat akhir pekan hanya akan menyiksa Anda.
Mitos : Makan setelah olahraga akan membuat tubuh gemuk.
Fakta : Asumsi ini ada benarnya. Ketahui tujuan Anda berolahraga. Jika ingin menaikkan masa otot, makanlah setelah berolahraga. Sebaliknya, jika ingin menurunkan berat badan, makanlah sebelum berolahraga. Tentu dengan asupan bernutrisi, bukan makan sembarangan.
Mitos : Berolahraga di ruang terbuka lebih baik daripada di dalam ruang.
Fakta : Ruang terbuka akan memberikan banyak benefit bila memiliki udara yang bersih dari polusi serta area sesuai kebutuhan. Perhatikan apakah ada area berbatu, berumput licin, dsb sehingga berisiko utamanya bagi yang memiliki masalah kesehatan misalnya gangguan lutut.
Ruang tertutup juga tidak masalah asalkan memiliki sirkulasi udara yang baik, tidak terlalu panas atau dingin, menyediakan fasilitas sesuai kebutuhan, dll. Tempat untuk berolahraga tidak menjadi masalah asalkan nyaman dan cocok.
Mitos : Olahraga malam akan menganggu jam tidur.
Fakta : Berolahraga malam tidak akan menganggu jam tidur asal ada pengaturan waktu. Olahraga malam seringkali mengganggu waktu tidur karena tubuh mengalami Excess Postexercise Oxygen Consumption (EPOC).
Biasanya dialami saat melakukan olahraga dengan intensitas cukup
berat. Penjelasannya, ketika olahraga telah usai, tubuh masih aktif membakar kalori dan memerlukan lebih banyak oksigen. Untuk menghindari EPOC, usahakan menyelesaikan seluruh prosesi olahraga minimal 2 jam sebelum tidur.
Mitos : Olahraga pagi lebih sehat.
Fakta : Sebenarnya, tidak ada waktu paling baik untuk berolahraga. Mereka yang mengatakan olahraga pagi lebih baik biasanya mengacu pada adanya matahari. Sinar matahari akan mengubah pro-vitamin D menjadi vitamin D yang bagus untuk kesehatan tulang dan kulit.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pendapat ini. Namun Michael mengingatkan supaya tidak tergelincir pada asumsi yang menyesatkan.
Apabila membutuhkan vitamin D, berolahragalah saat pagi hari ketika matahari sudah terbit. Namun jika tidak memerlukan sinar matahari, berolahraga malam juga tak jadi masalah. Michael menyarankan waktu berolahraga sesuai dengan kebutuhan dan kebisaan masingmasing.
“Kapan saja selama kita tahu tujuannya,” kata dokter yang dikenal ramah ini.
Mitos : Olahraga tidak menjamin umur panjang.
Fakta : Masih ingatkah Anda dengan kematian aktor Adjie Massaid pada 2011 silam? Adjie meninggal mendadak seusai pulang dari bermain futsal. Politikus 43 tahun yang dikenal menjalani gaya hidup sehat itu meninggal diduga karena serangan jantung.
Kasus kematian seseorang saat berolahraga maupun setelahnya memang tidak dapat disangkal. Menurut Michael, hal ini terjadi karena seseorang melampaui batasan kemampuan tubuhnya sehingga mengakibatkan kematian.
Asalkan kita mampu mengenali dan mengendalikan diri serta tidak melewati batasan diri, risiko kematian mendadak tidak perlu dikhawatirkan.
Mitos : Kita bisa fokus membakar kalori pada bagian tubuh tertentu.
Fakta : “Sebenarnya tidak,” sanggah Michael. Ketika memfokuskan gerakan pada bagian tubuh tertentu, yang terjadi adalah pembentukan otot menjadi lebih kuat bukan pembakaran kalori pada area tertentu.
Melakukan gerakan untuk melatih bagian otot tertentu bisa dilakukan. Selain itu, Michael mengingatkan untuk melatih otot secara berpasangan. Misalnya otot yang ada di lengan, trisep dengan bisep. Demikian dengan otot perut, otot punggung juga harus dilatih.
“Sukses adalah pertemuan antara persiapan dan kesempatan.” Bobby Unser, mantan pembalap mobil AS.