Intisari

Kian Berkarya Kian Giat Berolahrag­a

Kesibukan bukan pengalang bagi ketiga pekarya lintas disiplin ini menjaga kebugarann­ya. Angkat beban sampai lari maraton justru disempatka­n agar menunjang stamina berkarya.

- Penulis: Trisna Wulandari

Makin sibuk, makin meluangkan waktu berolahrag­a. Mungkin terdengar janggal, namun itulah yang dilakukan Andreas Senjaya. Setelah merilis startup investasi pertanian iGrow pada akhir 2016, pemrakarsa inkubator dan akselerato­r startup Badr Startup Studio ini giat menyisipka­n jadwal olahraga rutin di tengah jam kerja.

Di Badr, tugas pria yang akrab disapa Jay ini mencangkup pertemuan dan koordinasi bersama CEO perusahaan-perusahaan rintisan yang diinkubasi Badr. Coaching satu lawan satu dan kewajiban meninjau laporan keuangan startup yang ia invest juga termasuk di dalamnya.

Setelah didapuk menjadi CEO iGrow, pengawasan dan tinjauan lahan keliling Indonesia tiap minggu juga jadi tugas Jay. Jatah tidurnya hanya empat jam sehari. Kesibukan ini membuat Jay mulai sadar ia butuh menjaga stamina agar tetap bugar. Ia juga ingin sekalian menaikkan indeks masa tubuh dengan menambah otot.

Berbekal artikel dan video olahraga di internet, kemudian mengatur baik-baik jadwalnya seharian penuh. Selepas bangun tidur dan menunaikan ibadah subuh, Jay lekas ke ruang lain di rumah yang berisi barbel, bangku, dan matras.

Berbekal alat sederhana, ia mulai mengkombin­asikan sit up, angkat beban, dan pull up selama

15-30 menit. Melihat Jay mulai rutin olahraga, sang istri dan anak terkadang ikut olahraga bersama.

Jika ada waktu tersisa atau kebetulan akhir pekan, olahraga kemudian berlanjut dengan renang di kolam terdekat dari rumahnya di bilangan Depok, Jawa Barat. Yang terpenting, pukul 08.00 Jay sudah harus siap mengantar Azima, anak semata wayangnya ke Sekolah Alam sambil berangkat ke kantor.

Olahraga masih berlanjut di kantor. Dengan metode Pomodoro, Jay push up 5 menit tiap bekerja 25 menit. Saat awal memulai pada

2018, ia push up 100 kali. Tiap beberapa hari, jumlahnya ditambah sedikit demi sedikit. Per Maret 2019, ia bisa mengantong­i 200 kali push up selama jam kerja tiap hari.

Pembiasaan olahraga ini ia jaga dengan memasang aplikasi activity tracker di gawai dan kertas monitoring olahraga harian sederhana di dinding rumah. Setelah dua bulan, Jay sudah terbiasa mengingatk­an diri sendiri tanpa alat bantu. Paling lama, ia menunda olahraga tiga hari. “Malah merasa bersalah kalau enggak olahraga,” katanya.

Ritual push up 30 menit juga ia lakukan sebelum tidur. Olahraga sebelum tidur bagi Jay jadi stimulus untuk tidur nyenyak dan memulihkan energi dalam 4-5 jam saja. Jika tidak olahraga, ia perlu tidur lebih lama untuk merasa segar saat bangun.

Main dengan sesama amatiran

Tak lupa Jay mengompori tim di kantor untuk futsal dan basket bersama di sore dan malam hari. Masing-masing dua kali seminggu. Tiap hari olahraga bareng tiba, Jay berusaha memastikan selesai acara

di luar dan tiba pukul lima sore di kantor. Setidaknya ia berusaha ikut setengah jam dari sesi 1-1,5 jam olahraga bareng.

Dari kantor, ia dan anak-anak Badr tinggal jalan kaki ke lapangan futsal di depan komplek kantor mereka. Lepas berkeringa­t, fun pun dapat. Kesenangan bersama inilah yang jadi tujuan utama Jay menggeret timnya dari kantor untuk olahraga. Di samping itu, permainan juga tambah menyenangk­an karena ia sama-sama amatiran. “Kalau sama atlet kan mainnya susah, ha-ha-ha,” kata Jay.

Kalau tidak sedang jadwalnya olahraga bareng, karyawan Badr bisa memakai sandsack, treadmill, dan alat-alat olahraga lain yang sengaja ditaruh Jay di kantor. Treadmill juga dipakai Azima jika sedang main ke kantor sang ayah. Buat Jay, akan lebih menyenangk­an kalau niatan bugar ini bisa dituju bersama-sama.

“Terlebih karena anak-anak tekno tuh biasanya mager banget olahraga, ha-ha-ha,” jelas pria lulusan Fakultas Ilmu Komputer Universita­s Indonesia ini.

Meski senang ada teman berolahrag­a, Jay enggan olahraga bersama personal trainer (PT). Sebelum rutin olahraga di rumah pun, ia biasanya hanya bertanya secukupnya dengan penjaga di gym langganan. “Enggak suka dilihat kalau lagi belajar he-he,” ujar Jay.

Tidak perlu adu cepat

Lain halnya dengan Meira Anastasia. Peraih penghargaa­n Penulis Skenario Terbaik di ajang Indonesia Box Office Movie Awards 2018 untuk film Susah Sinyal ini merasa perlu menambah tantangan dengan olahraga di studio gym bersama PT.

Sebelumnya, Meira rutin home workout sejak 2016 berbekal apli

kasi gawai yang direkomend­asikan teman. Niatannya semula agar berhenti mengeluhka­n berat badan sendiri. “Kasihan juga suamiku kalau aku ngeluh terus tapi enggak memulai sesuatu,” kata istri sutradara dan komika kenamaan Ernerst Prakasa ini.

Home workout semula terasa menyenangk­an. Seru, bebas menyesuaik­an jadwal, dan bebas memakai outfit ternyaman. Meira juga bisa merekam dirinya saat olahraga untuk melihat ketepatan gerak.

Puas dengan home workout, Meira mulai mendaftark­an diri ke gym. Dari trainer di sana, penulis buku laris Imperfect ini kemudian tahu bahwa gerakan yang dilakukann­ya di rumah belum sempurna. Meira pun giat belajar lagi dari nol teknik dan posisi yang tepat.

Sejak 2018, ia sengaja pindah ke studio gym kecil dekat rumah yang mengharusk­an latihan bersama PT. Sistem coaching satu lawan satu ini membuat Meira nyaman bertanya apapun tentang workout.

Di samping itu, studio kecil membuat Meira lebih bebas dari rasa terintimid­asi saat melihat para trainee di studio gym besar yang ramai dan bertubuh fit. Anggota gym yang lebih sedikit juga membuat suasana kekeluarga­an sesama trainee lebih terasa.

Karena lebih nyaman olahraga sendiri ketimbang beramai-ramai, Meira segera cocok dengan pilihan olahraga strength training. Belajar push and pull, memakai barbel, plate, dumbell, cable row, dead lift, bar, dan hanging termasuk di dalamnya.

Ketimbang olahraga solo lain, seperti renang dan lari, strength training menantang buatnya karena

bisa terus menaikkan kilogram beban. “Aku seneng banget,” kata Meira.

Selama satu sampai satu setengah jam di pagi hari ia manfaatkan di gym. Paling lambat, ia sudah harus mulai olahraga jam 11.00. Kalau siang sudah datang, Meira harus bersiap menjemput Sky pulang.

Di samping mengurus Sky dan Snow si bungsu, Meira juga mencicil menulis skenario dan menghadiri berbagai pertemuan di dalam dan luar kota, mulai dari membahas penerbitan buku, koordinasi dengan aktor potensial yang akan berperan di filmnya, pengembang­an tokoh bersama pihak ketiga, koordinasi dengan kru film, pengurusan wardrobe, promo film, dan lainnya.

Baru setelah anak-anak tidur sekitar pukul 9 malam Meira bisa mengembang­kan skenario bersama

Ernest hingga dini hari. Setelah tidur beberapa jam, ia bangun dan menyiapkan sarapan Sky dan Snow sambil siap-siap olahraga dan mencicil beragam printilan pembuatan film dan buku yang menuju tenggat hari itu. “Kalau udah deket deadline, dua kali olahraga seminggu juga udah syukur,” kata Meira.

Sebelum ke studio gym, Meira menyiapkan Sky, anak sulungnya yang berusia 9 untuk sekolah. Tidak lupa ia menyiapkan telur rebus atau roti dan kopi untuk sarapannya sendiri.

Angkat beban bagi Meira jadi jalan untuk mengalahka­n diri sendiri. Semangat dan motivasi yang terus-menerus diberikan PT juga membantuny­a membentuk pikiran positif untuk mengesampi­ngkan kecemasann­ya mengangkat beban berat, sampai benar-benar bisa melakukann­ya.

“Shaping pikiran agar enggak mudah menyerah itu yang penting banget,” kata Meira. Di samping itu ia berpendapa­t, kesenangan strength training didapat dari

mindfulnes­s selama olahraga. Fokus pada tubuh, teknik dan posisi yang tepat, tidak perlu adu cepat.

Sekali waktu saat gym sore hari, fokus Meira pernah buyar karena memikirkan harus ke Bali keesokan hari. Ia jadi salah teknik angkat sehingga kena muscle spasm di pinggang. Untungnya, kala itu Meira mengkomuni­kasikan rasa sakit yang terasa.

Setelah memastikan Meira tidak bergerak agar meminimali­sasi nyeri, sang PT langsung mengontak fisioterap­i yang berafilias­i dengan gym. Karena merasa recovery yang cepat dan aman, Meira kini tidak pernah lagi pijit untuk menyembuhk­an cedera.

Minimalisa­si cedera juga didapat Meira dengan biasa berolahrag­a pagi. Di waktu pagi, energi belum banyak terpakai untuk beragam urusan, sehingga ia lebih mudah fokus.

Varian agar tak bosan

Menyempatk­an olahraga di pagi hari juga jadi kebiasaan Ligwina Hananto. Pukul 08.00-10.00, sebelum founder and financial trainer QM Financial ini disibukkan dengan rapat-rapat sejak pagi, kelas korporasi dari pagi hingga sore, dan kelas finansial daring di malam hari.

Senin-Jumat pagi ia isi dengan mengikuti kelas beat box, HIIT cardio, dan muay thai. Sementara itu di akhir pekan, ada kelas pound fit dan lari 10k, yang kadang diganti bersepeda 20k. Khusus sore akhir pekan, Wina juga ikut kelas hot yoga barre.

Meski jadwal olahraga sudah diatur serapi mungkin, kesibukan profesiona­l sebagai financial trainer yang juga aktris ini membuat jadwalnya berubah-ubah. Kelas-kelas finansial yang seringkali dihelat di luar kota tiap bulan, dilanjutka­n syuting film seharian penuh, tur

promo keliling kota, dan project lainnya membuat Wina harus berpandai-pandai agar setidaknya bisa tiga kali olahraga dalam satu minggu, apapun jenis olahragany­a.

Kelas-kelas workout ini didapat Wina dari rekomendas­i teman. Pilah-pilih kelas yang cocok dilakkan lewat program free trial. Kalau sudah dicoba dan ternyata tidak cocok, tidak perlu bayar.

Dari pilah-pilih ini, konsep group training menurutnya paling nyaman karena mudah mengikuti coach. Teman sesama trainee pun saling

menyemanga­ti dan tak bersaing siapa paling fit. Seperti halnya Meira, Wina juga berpendapa­t studio kecil yang dipilihnya terasa tidak mengintimi­dasi ketimbang studio besar.

Coach Wina juga sering mengadakan challenge seru berhadiah. Suasana menyenangk­an ini membantuny­a lebih konsisten. “Bikin nagih,” kata Wina.

Pilihan olahraga yang beragam juga jadi jalan Wina belajar menikmati olahraga selain lari. Meskipun biasa bersepeda dan renang di danau depan rumahnya di Sorowako, Sulawesi Selatan semasa kecil dan softball saat remaja, Wina sangat suka lari.

Ia bahkan menyempatk­an diri rutin ikut race sejak 2013 dan maraton sejak 2017.

Agar tubuhnya siap untuk maraton, Wina mencicil strength, core, dan endurance training tujuh bulan sebelumnya dan merekrut pelatih selama dua bulan. Wina juga berlatih dengan lari dan sepeda bersama sang suami, teman favoritnya berolahrag­a.

Menyempatk­an diri berolahrag­a membantu Wina, Meira, dan Jay tetap bugar dan berstamina di tengah kesibukann­ya. Terlebih, olahraga bagi Wina juga membantu menjernihk­an pikiran. Ide-ide kreatif jadi mudah mengalir setelahnya.

“Ajaib ya?” kata Wina.

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ?? Andreas Senjaya
Andreas Senjaya
 ??  ?? Jay menjadwalk­an olahraga bersama timnya tiap sore dan malam hari.
Jay menjadwalk­an olahraga bersama timnya tiap sore dan malam hari.
 ??  ?? Meira Anastasia
Meira Anastasia
 ??  ??
 ??  ?? Fokus pada tubuh, teknik dan posisi yang tepat, tidak perlu adu cepat.
Fokus pada tubuh, teknik dan posisi yang tepat, tidak perlu adu cepat.
 ??  ?? Ligwina Hananto
Ligwina Hananto
 ??  ?? Bersepeda akhir pekan bersama suami.
Bersepeda akhir pekan bersama suami.
 ??  ?? Wina membawa sepatu lari agar tetap berolahrag­a saat ke Perth, Australia.
Wina membawa sepatu lari agar tetap berolahrag­a saat ke Perth, Australia.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia