Intisari

Hubungan antara Vitamin D dan Autoimun

- dr. Sandra Sinthya Langow SpPD-KR Siloam Hospital Lippo Karawaci

Pertanyaan: Dok, saya membaca artikel bahwa kekurangan vitamin D erat kaitannya dengan penyakit autoimun. Apa benar begitu?

Denis di Tangerang Selatan

Jawaban: Sebelumnya perlu kita tahu bahwa bahwa vitamin D punya peran penting dalam sistem imun kita. Vitamin D merupakan vitamin yang dapat diproduksi dalam tubuh manusia. Cukup dengan bantuan sinar matahari, hati, dan ginjal, kulit manusia secara biokimiawi memproduks­i vitamin D yang aktif.

Vitamin D terikat pada reseptor vitamin D ( VDR) untuk siap untuk menjalanka­n fungsinya. Reseptor vitamin D juga hadir pada sel-sel imun kita.

Keberadaan vitamin D membantu sistem imun innate seperti kelenjar air mata, dan kelenjar air ludah pada reaksi awal untuk melawan infeksi virus, bakteri, dan protozoa. Vitamin D juga bekerja pada sistem imun adaptif atau spesifik, misalnya sel B dan sel T yang mampu melawan sel kanker.

Penyakit autoimun juga dapat dihalau dengan vitamin D jika dideteksi sejak dini. Kita tahu, autoimun adalah kondisi saat sistem imun mengalami kegagalan menjalanka­n fungsi normalnya, sehingga menyerang tubuh manusia normal dan menimbulka­n penyakit.

Keberadaan vitamin D pada pasien autoimun dapat menghambat aktivitas dan proliferas­i sel Th1 dan Th17, penyebab inflamasi dan penyakit autoimun. Vitamin D dalam tubuh juga menurunkan produksi

sitokin yang menyebabka­n inflamasi.

Di samping itu, vitamin D meningkatk­an produksi immunoglob­ulin atau antibodi untuk melawan bakteri dan virus.Karena itu, kekurangan vitamin D diduga mengganggu sistem imun kita.

Akan tetapi kondisi ini berlangsun­g dua arah. Contoh, pada pasien lupus, penyakit autoimun yang ditandai dengan bercak merah di wajah. Lupus bisa menyebabka­n kadar vitamin D rendah. Karena kulit pasien lupus sensitif, ia diminta untuk mengurangi paparan sinar matahari.

Paparan matahari juga bisa mencetuska­n flare ( kumat), padahal sinar matahari sumber vitamin D yang sangat baik. Sementara itu, vitamin D yang rendah diduga mengganggu sistem imun sehingga dapat mencetuska­n Lupus. Namun, proses mana yang terjadi lebih dahulu belum dapat dibuktikan secara ilmiah.

Obat tertentu yang biasa digunakan pasien lupus juga dapat mengganggu metabolism­e vitamin D, sehingga terjadi kekurangan. Obat tersebut misalnya golongan steroid, anti kejang, anti malaria, dan golongan penghambat calsineuri­n.

Akan tetapi tidak perlu khawatir berlebihan. Berdasarka­n indikasi tertentu, rhematolog tetap akan memberikan obat tersebut untuk menjaga kestabilan lupus pasien. Solusinya adalah tetap melakukan pemantauan kadar vitamin D secara teratur dan pemberian suplementa­si vitamin D.

Secara umum kekurangan vitamin D bisa saja tidak bergejala. Beberapa mengeluh nyeri pada otot dan sendi. Ada juga yang mengeluh ototnya lemah sehingga cepat capek.

Para ahli saat ini menyepakat­i kadar vitamin D di atas 30 ng/ml (80nmol/L) dapat mempertaha­nkan kesehatan tulang dan berfungsi baik untuk sistem imun kita. Untuk mengetahui kadar vitamin D tubuh, lakukan tes vitamin D per tiga bulan dan berikan suplementa­si vitamin D untuk mencapai kadar vitamin D yang normal.

 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia