Hubungan antara Vitamin D dan Autoimun
Pertanyaan: Dok, saya membaca artikel bahwa kekurangan vitamin D erat kaitannya dengan penyakit autoimun. Apa benar begitu?
Denis di Tangerang Selatan
Jawaban: Sebelumnya perlu kita tahu bahwa bahwa vitamin D punya peran penting dalam sistem imun kita. Vitamin D merupakan vitamin yang dapat diproduksi dalam tubuh manusia. Cukup dengan bantuan sinar matahari, hati, dan ginjal, kulit manusia secara biokimiawi memproduksi vitamin D yang aktif.
Vitamin D terikat pada reseptor vitamin D ( VDR) untuk siap untuk menjalankan fungsinya. Reseptor vitamin D juga hadir pada sel-sel imun kita.
Keberadaan vitamin D membantu sistem imun innate seperti kelenjar air mata, dan kelenjar air ludah pada reaksi awal untuk melawan infeksi virus, bakteri, dan protozoa. Vitamin D juga bekerja pada sistem imun adaptif atau spesifik, misalnya sel B dan sel T yang mampu melawan sel kanker.
Penyakit autoimun juga dapat dihalau dengan vitamin D jika dideteksi sejak dini. Kita tahu, autoimun adalah kondisi saat sistem imun mengalami kegagalan menjalankan fungsi normalnya, sehingga menyerang tubuh manusia normal dan menimbulkan penyakit.
Keberadaan vitamin D pada pasien autoimun dapat menghambat aktivitas dan proliferasi sel Th1 dan Th17, penyebab inflamasi dan penyakit autoimun. Vitamin D dalam tubuh juga menurunkan produksi
sitokin yang menyebabkan inflamasi.
Di samping itu, vitamin D meningkatkan produksi immunoglobulin atau antibodi untuk melawan bakteri dan virus.Karena itu, kekurangan vitamin D diduga mengganggu sistem imun kita.
Akan tetapi kondisi ini berlangsung dua arah. Contoh, pada pasien lupus, penyakit autoimun yang ditandai dengan bercak merah di wajah. Lupus bisa menyebabkan kadar vitamin D rendah. Karena kulit pasien lupus sensitif, ia diminta untuk mengurangi paparan sinar matahari.
Paparan matahari juga bisa mencetuskan flare ( kumat), padahal sinar matahari sumber vitamin D yang sangat baik. Sementara itu, vitamin D yang rendah diduga mengganggu sistem imun sehingga dapat mencetuskan Lupus. Namun, proses mana yang terjadi lebih dahulu belum dapat dibuktikan secara ilmiah.
Obat tertentu yang biasa digunakan pasien lupus juga dapat mengganggu metabolisme vitamin D, sehingga terjadi kekurangan. Obat tersebut misalnya golongan steroid, anti kejang, anti malaria, dan golongan penghambat calsineurin.
Akan tetapi tidak perlu khawatir berlebihan. Berdasarkan indikasi tertentu, rhematolog tetap akan memberikan obat tersebut untuk menjaga kestabilan lupus pasien. Solusinya adalah tetap melakukan pemantauan kadar vitamin D secara teratur dan pemberian suplementasi vitamin D.
Secara umum kekurangan vitamin D bisa saja tidak bergejala. Beberapa mengeluh nyeri pada otot dan sendi. Ada juga yang mengeluh ototnya lemah sehingga cepat capek.
Para ahli saat ini menyepakati kadar vitamin D di atas 30 ng/ml (80nmol/L) dapat mempertahankan kesehatan tulang dan berfungsi baik untuk sistem imun kita. Untuk mengetahui kadar vitamin D tubuh, lakukan tes vitamin D per tiga bulan dan berikan suplementasi vitamin D untuk mencapai kadar vitamin D yang normal.