ANDRI YADI: IOT, SOLUSI BANYAK BIDANG
Jika Jovian berfokus pada produk utama, Andri Yadi (36) fokus pada produk sampingan. Spesifiknya di Internet of Things (IoT) melalui bendera DyCodeX. IoT merupakan sebuah solusi untuk banyak bidang. Salah satu bentuknya SMARTernak. Sebuah platform yang membantu peternak Indonesia memantau hewan ternak mereka.
Andri menjelaskan, SmarTernak merupakan perangkat precision live
stock farming (PLF) dengan sejumlah fitur untuk mengelola peternakan. Ada fitur pelacakan hewan ternak, deteksi aktivitas hewan ternak, estimasi kesehatan hewan ternak, hingga membaca kondisi lingkungan hewan ternak. Data tersebut dipancarkan secara real
time dan bisa dibantu melalui aplikasi yang ada di perangkat mobile.
“Contoh critical problem di peternakan ada hewan peliharaan sakit baru akan tahu 3 atau 4 hari kemudian. Tetapi dengan visual precision dari aplikasi, akan cepat terdeteksi dan dapat langsung ditangani,” klaim Andri kepada youngster.id.
Belum lama ini, Andri Yadi mengembangkan SmarterBike. Menggandeng JogjaBike, diluncurkanlah bike sharing yang memanfaatkan teknologi IoT.
SmarterBike merupakan sistem manajemen sepeda dan bike sharing dari DycodeX. Teknologi Smarterbike mengedepankan integrasi penuh keseluruhan sistem agar sisi piranti lunak dan kerasnya saling terkoneksi dalam sebuah ekosistem bike sharing.
Fitur di JogjaBike yang dikembangkan DycodeX meliputi sistem Smart Lock yang dapat dibuka dengan memindai QR code dengan aplikasi JogjaBike; layar LED untuk umpan balik pengguna saat berkendara, seperti jarak tempuh dan waktu sisa sewa sepeda; konektivitas daring via GSM untuk umpan balik data yang tak terputus; deteksi otomatis kecelakaan atau perusakan dengan akselerometer; serta panel surya untuk daya yang lebih lama.
sudah sejak pertama terjun ke bisnis agri. Selain karena secara pribadi ia menyukainya, pisang menurutnya juga komoditas asli Indonesia.
Dari data di tangan Jovian, dari 300 varietas pisang di Indonesia, baru sekitar 20 yang dibudidayakan. “Yang booming sekarang itu cavendish. Ini bibit dari kita, dikembangkan di luar, lalu dijual kembali ke kita,” katanya.
Pisang juga cocok dikembangkan karena bisa ditanam di mana pun, bernilai tinggi, bukan barang murah. Produk turunan juga banyak. Ada tepung pisang. Bisa dibikin camilan.
Kandungan karbohidrat juga tinggi, sehingga jika dikaitkan dengan ketahanan pangan pisang bisa menjadi salah satu alternatif pengganti nasi.
Yang jadi masalah, budi daya pisang di Indonesia umumnya masih tradisional. Artinya, masih mengandalkan anakan pisang untuk regenerasi pohon.
“Padahal kalau sudah tiga kali anakan, kualitas dan kuantitas buahnya sudah menurun. Mereka (para petani tradisional) berpikir asal enggak mati ya tanam terus,” kata Jovian.
Pisang ditanam di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Tidak jauh dari Geopark Ciletuh. Wilayah itu sendiri selama ini dikenal sebagai sentra pisang. Di Sukabumi ia merencanakan membuat semacam desa binaan khusus pisang. Bibitnya dari kultur jaringan sehingga tahan penyakit. Kualitas juga terjaga.
Pembinaan dilakukan mulai dari prapanen sampai pascapanen. Yang jadi masalah biasanya saat pascapanen. Saat dipetik bagus, tetapi handling dan proses seterusnya bikin kualitas pisang kurang bagus. “Sunpride bisa bagus karena penanganan pascapanen bagus,” kata Jovian.
Tiga jenis pisang sudah dikembangkan saat ini, yakni pisang tanduk, rajabuluh, dan ambon. “Kami mencoba mengangkat pisang lokal. Kami juga berencana mengembangkan jenis barangan dan emas. Fokus di lima jenis itu dulu,” tutur Jovian sambil bercerita bahwa di ITB ternyata sudah ada pusat riset khusus pisang, Banana Center, bekerja sama dengan Universitas Udayana, Bali.
Melihat hasil yang diperoleh dan rencana ke depan Jovian, siapa bilang pertanian tak bisa diandalkan secara materi?
Mutiara Kata “Agrikultur adalah pekerjaan manusia yang paling sehat, bermanfaat, dan berbudi.” George Washington (1773-1799), Presiden ke-1 Amerika.