Intisari

Kepepet? DiAnton-kan Saja

-

Gambar-gambar hasil goresan tangannya terasa khas. Tokoh-tokohnya tampil komikal. Terkadang dialog-dialognya seperti menohok. Atau celoteh-celoteh liar dari unsur-unsur pendukung yang sepertinya tidak penting, tapi justru malah menggeliti­k. Tak lupa, segores tanda tangan di bawah gambar tegas tertulis dalam huruf kapital: ANTON.

Begitulah ciri khas dari ilustrasi-ilustrasi karya Anton Nugroho. Ilustrator senior yang karya-karyanya pernah mewarnai perwajahan Majalah Intisari pada periode 1992 – 2014. Bang Anton, begitu rekan-rekan Redaksi menyapa (sekaligus menggodany­a), telah berpulang pada Sabtu 17 Oktober 2020 karena sakit.

Pembaca yang sempat mengikuti majalah ini pada dekade 1990-an hingga 2000-an mungkin sempat mengenal karya-karya Anton. Kala itu Intisari memang cukup sering menampilka­n gambar-gambar hasil goresan tangan sebagai ilustrasi sebuah artikel. Bukan sekadar penghias belaka, ilustrasi gambar diniatkan juga jadi bagian dari artikel namun dengan cara penuturan yang berbeda. Lugas, sekaligus menghibur.

Menariknya, kadang ilustrasi yang tampil nonformal atau kadang jenaka itulah yang justru berhasil menyegarka­n suasana. Maka jangan heran kalau ada pembaca tertentu yang mengaku lebih suka melihatlih­at ilustrasin­ya saja, jika memang sedang jenuh.

Jujur saja, ada kalanya ilustrasi gambar sengaja dipasang sekiranya tidak ada foto atau gambar grafis yang layak tampil. Dalam situasi yang sangat kepepet ini, tim biasanya sepakat: “Ya sudah, diAnton-kan saja!” Artinya, Antonlah yang kebagian tugas mengisi dengan ilustrasi-ilustrasi karyanya.

Sering kali ini jadi pekerjaan yang tidak mudah, karena artinya gambar harus dihasilkan dalam tenggat waktu yang sempit. Malah tak jarang sudah memasuki detikdetik akhir sebelum materi disetor ke percetakan. Dalam situasi seperti inilah ide-ide segar dari Anton tiba-tiba bisa lahir secara cerdas. Sesuatu yang kadang tak

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia