KITA BERDIET DEMI TREN?
Apabila kita mengamati lukisan-lukisan abad pertengahan, perempuan kerap digambarkan sebagai sosok yang kelebihan berat badannya. Sementara lukisanlukisan pada abad kita, memiliki standar yang berbeda tentang bentuk tubuh ideal dibandingkan masa sebelumnya. Apakah setiap zaman memiliki definisi tentang ukuran tubuh ideal?
Sejatinya kita tidak tahu persis sejak kapan nenek moyang kita memiliki gambaran tubuh ideal sebagai standar hidup.
Sejauh ini kita hanya mengetahui tentang asal-usul kata "diet". Orang-orang Yunani kuno menggunakan kata “diaita” untuk merujuk keseluruhan gaya hidup, yang mencakup makanan, minuman, dan olahraga. Berbeda dengan kita yang setiap kali mendengar atau menyebut kata “diet” sebagai pola bersantap makanan tertentu untuk menurunkan berat badan.
Seorang kawan, yang berprofesi sebagai paleoantropolog, pernah melontarkan pertanyaan yang mengusik. “Bagaimana manusia purba berdiet?” ia beretorika. “Mengapa diet mereka mampu menjaga stamina, kebugaran dan keberlasungan hidupnya bahkan mampu meneruskan reproduksi sampai ke generasi kita saat ini?”
Dia mencoba meyakinkan kita bahwa manusia kian ragu dengan pola dietnya sendiri. Bagaimana tidak? Kita hidup dalam masa berkelimpahan makanan, namun angka orang-orang yang terjangkit penyakit makin bertambah. Jadi, di sisi manakah kealpaan kita?
Dalam edisi akhir tahun ini kami menyajikan tema pengingat untuk kita yang gemar berdiet—coba-coba ikutan tren atau kebutuhan. Cerita “Jalur Ekstrem Penurun Berat Badan” yang ditulis oleh jurnalis Trisna Wulandari memberikan gambaran ragam diet dari yang lumrah sampai yang entahlah. Namun, dalam edisi ini juga jurnalis Agus Surono turut mewanti-wanti, “Jangan main-main dengan diet sebab akibatnya bisa fatal bagi tubuh.”
Diet sejatinya soal cara berpikir. Apabila kita merasakan diet sebagai sebuah aturan atau ikut-ikutan teman, mungkin kita baru mengawali datangnya sebuah penderitaan.