METEMATIKA PENGHARAPAN DI TENGAH BADAI
“Semangat matematika adalah sebuah kekayaan primordial manusia yang selalu memperlihatkan dirinya, di mana pun manusia hidup atau di mana ada sisa-sisa materi kehidupan sebelumnya.” Willi Harmer menulisnya dalam buku Zahlen und Zahlsysteme bei Primitive-un Hochkulturyolkern, terbit awal 1940-an. Beragam ekspresi angka telah muncul dan berkembang di berbagai kebudayaan.
Setiap awal tahun, majalah mungil ini selalu menampilkan proyeksi kehidupan menurut shio— perhitungan matematika dari dua belas satwa dalam tradisi Tiongkok. Perhitungan ini pertama kali muncul pada abad kelima sebelum masehi. Sampai hari ini, shio pun masih populer untuk menentukan tahun kelahiran seseorang.
Beberapa minggu lagi, shio tikus akan berganti dengan shio kerbau. Dalam tradisi Tiongkok, tikus adalah satwa yang cerdas dan kerbau adalah satwa yang rajin.
Ada cerita rakyat Tiongkok yang memberi alasan mengapa shio tikus mendahului shio kerbau. Kaisar
Langit ingin memilih 12 hewan untuk menjadi pengawalnya. Barang siapa lebih dahulu melewati Gerbang Surgawi, berarti semakin tinggi pangkatnya.
Tikus bangun lebih awal. Ia berlari menuju gerbang itu, namun terhenti karena terhalang sungai. Setelah menunggu lama, tikus melihat kerbau hendak menyeberang sungai. Tikus dengan sigap melompat ke telinga kerbau.
Kerbau tidak keberatan dengan penumpang itu. Setelah menyeberangi sungai, kerbau berlari menuju istana Kaisar Langit. Tiba-tiba, tikus melompat keluar dari telinga kerbau dan berlari ke kaki Kaisar. Tikus memenangi sayembara itu, dan kerbau di tempat berikutnya.
Gunawan Wwidjaja, pakar shio dan kontributor Intisari di Jakarta, menyelisik Shio Kerbau Logam pada edisi ini. Pesannya sangat lugas, “Bertahan di Tengah Badai yang Belum Mereda.”
Tahun lalu, badai ini telah membuat kita lebih mawas diri dan cerdas menyiasatinya. Semoga kita bersiap untuk bangkit menyongsong Sang Kerbau Logam.