COVID-19 DI MUSIM HUJAN, BERTAHAN ATAU MUSNAH?
Di Indonesia, kelembaban udara berkisar 70-95%, sedangkan temperatur udara pada saat curah hujan tinggi berkisar 25-28oC dan di musim kemarau berkisar 26-30oC. Peningkatan temperatur udara serta kelembabannya secara prinsip tidak disukai virus Covid-19.
Namun, perlu diwaspadai perubahan pola perilaku manusia saat musim hujan cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan hangat dan tertutup. Selain itu, udara dingin juga mempengaruhi sistem imun tubuh dan memicu kerentanan pada infeksi virus, serta memengaruhi fleksibilitas reseptor ACE2 terhadap virus Covid-19.
Meskipun belum ada riset tentang viabilitas virus SarsCov-2 di luar ruangan saat musim hujan, air hujan yang membasuh percikan droplet yang menempel di atas permukaan tanah, jalanan, atau berbagai benda di ruang terbuka tentunya diharapkan dapat mengurangi penyebaran virus COVID-19.
Sebaliknya juga perlu diwaspadai, dengan terbawanya droplet oleh air hujan, mungkin terjadi penyebaran sumber penularan jika tidak diikuti perubahan perilaku manusia ketika datangnya musim hujan.
Menghadapi musim hujan dan mengurangi risiko peningkatan penalaran COVID-19, masyarakat perlu menjaga kondisi tubuh guna meningkatkan sistem imun, terutama untuk virus atau patogen yang biasa muncul pada musim hujan seperti influenza. Kita dapat melakukan vaksinasi influenza untuk mencegah terjadinya ko-infeksi dan meningkatnya kerentanan terhadap COVID -19.
Kita juga sebaiknya tetap melaksanakan 3 M secara ketat, yakni menggunakan masker sesuai standar, mencuci tangan dan menjaga jarak. Selain itu, saluran air juga diperbaiki agar droplet yang terbawa oleh air hujan tidak menggenang di satu tempat yang memungkinkan menjadi sumber penularan.