Teknologi Tak Berhenti Cuma Gara-Gara Pandemi
Baru berjalan beberapa bulan, pandemi Covid-19 membuat kita membeku. Hibernasi. Tak banyak yang bisa dilakukan. Namun, revolusi terjadi di dunia informasi. Koneksi virtual menjadi jawaban untuk tetap tersambung satu sama lainnya.
Tahun 2020 sebenarnya tahun saat teknologi baru berkembang cepat. Misalnya saja adopsi jaringan 5G, implementasi AI seperti mobil tanpa pengemudi, atau teknologi ponsel pintar baru.
Akan tetapi ternyata dunia dilanda pandemi Covid-19, sehingga implementasi teknologi baru ini terhambat, terutama dua kuartal pertama. Di sisi lain, pandemi membawa “berkah”nya sendiri bagi perkembangan teknologi dan perubahan arah, bagaimana manusia belajar dan mengalami langsung apa yang diperlukan untuk teknologi di masa mendatang.
Work from home atau WFH menjadi istilah yang biasa kita kenal sekarang, termasuk PJJ atau pembelajaran jarak jauh. Padahal, sudah bertahun-tahun hal ini didengungkan perusahaanperusahaan teknologi besar seperti Google dan Facebook, bahwa konsep bekerja tidak harus di kantor, tetapi bisa dari rumah atau dari mana saja, selama tersambung dengan internet. Banyak universitas juga menerima mahasiswa lewat pembelajaran jarak jauh, bahkan beda negara.
Sayangnya, konsep tadi tidak pernah booming, sampai saatnya terjadi pandemi yang sama di semua negara dan banyak orang dipaksa bekerja dan belajar dari rumah. Begitu masifnya perubahan ini, membuat kita memiliki data baru, teknologi apa yang dibutuhkan untuk konsep bekerja dan belajar ini bisa berjalan lancar.
Kita menemukan di banyak negara, bahkan negara maju sekalipun, koneksi internet yang memadai, yang menjadi tulang punggung yang penting, dirasakan masih kurang. Sementara di negara kita, koneksi memadai ini bukan hanya dirasakan kurang, tetapi juga terbagi-bagi dengan kualitas yang
jomplang.
Banyak orang baru menyadari, dibutuhkan kuota internet yang besar untuk melaksanakan WFH. Bahkan lebih besar lagi untuk PJJ, sehingga melahirkan masalah baru seperti ketidaksanggupan membeli kuota, tidak memiliki ponsel pintar, tablet, atau PC untuk turut bekerja atau pembelajaran daring, sampai tidak siapnya pengajar untuk berganti cara mengajar yang tibatiba ini.
Apa yang dibayangkan dulu bahwa bekerja daring dari rumah menjadi lebih santai, ternyata banyak yang mengungkapkan lebih berat, dengan banyaknya video meeting yang menyita konsentrasi dan waktu kerja yang sering terlanggar.
Banyak yang berharap setelah masa pandemi lewat, kondisi kembali seperti biasa. Semua orang kembali ke kantor dan sekolah untuk bekerja dan belajar. Tetapi kemungkinan besar cara tersebut tidak sepenuhnya akan terjadi,
terutama dalam bekerja.
Setelah masa pandemi lewat, kemungkinan besar banyak pekerjaan tetap dikerjakan di rumah lewat WFH. Perusahaan sudah mempertimbangkan efektivitas selama pandemi ini. Bekerja dari rumah membuat perusahaan bisa berhemat dari sewa gedung, peralatan kantor, hingga transportasi.
Pertemuan atau meeting sesekali bisa dilakukan di co-working space atau gedung lain. Perusahaan teknologi besar seperti Microsoft dan Facebook sudah merencanakan para pekerjanya boleh bekerja dari rumah selamanya, bukan hanya saat pandemi.
Beberapa kejadian saat pandemi ini memberikan kita pandangan, apa teknologi yang akan berkembang di tahun 2021. Inilah beberapa di antaranya.
5G, sebuah titik balik
Saat ini sudah 100 operator di dunia menggelar jaringan generasi terbaru ini. Semua negara harus ikut menggelarnya, sesegera
mungkin, karena jaringan ini bukan sekedar masalah kecepatan, tetapi implikasinya sudah ke ekonomi. World Economic Forum memperkirakan, jaringan 5G ini akan berkontribusi sebesar AS$13.2 triliun hingga tahun 2035. Angka ini setara dengan Rp187 kuadriliun.
Generasi kelima menjadi jawaban problem WFH dan PJJ di atas. Soalnya, berbeda dengan jaringan 4G yang lebih sempit dan terbatas, 5G jauh lebih lebar bandwidth- nya. Selain koneksi internet dari PC dan ponsel pintar, ke depan IoT atau internet of things akan berlipat-lipat lebih banyak, dan dibutuhkan pita frekuensi yang lebar untuk menampung semua koneksi ini.
Karakteristik jaringan 5G yang penting lain adalah latensi atau delay yang kecil. Latensi ini adalah kesigapan gawai merespon input. Menjadi krusial ketika diaplikasikan ke dunia kedokteran, seperti pada operasi jarak jauh yang menggunakan robot, saat pasien dan dokter bisa berbeda kota.
Operasi pasien bisa segera ditangani tanpa membutuhkan kehadiran fisik dokter. Pembedahan ini tidak boleh delay, saat dokter menggerakkan tuas, harus presisi dengan pergerakan tangan robot. Hal ini baru bisa dilakukan jika latensi kecil. Latensi yang kecil juga berguna pada permainan game daring, ketika harus segera mengeksekusi gerakan saat layar ditekan.
Banyak misi kritikal akan membutuhkan latensi kecil ini yang akan mulai ramai tahun ini digelar. Ambil contoh kendaraan umum tanpa pengemudi atau autonomous car yang bisa “berbicara” satu kendaraan dengan lainnya, dan dengan peralatan-peralatan sensor di sepanjang jalan yang dilalui.
Juga transaksi perbankan, pasar saham. Semua butuh jaringan yang cepat dan bandwidth yang besar untuk saling terhubung. Terlebih
akan banyak eksekusi keuangan dilakukan di rumah atau kantor lewat jaringan internet.
Selama pandemi berlangsung, pabrik-pabrik ponsel pintar dan komponennya tutup. Gerai-gerai telepon juga tutup sehingga penjualan ponsel pintar global menurun cukup signifikan. Akan tetapi, dalam kondisi tersebut justru penjualan ponsel pintar berteknologi 5G meningkat. Alhasil,
kerugian pabrikan ponsel pintar sedikit terbantu. Diperkirakan ponsel pintar 5G akan semakin tinggi tingkat adaptasinya dan membuat penjualan ponsel pintar yang turun di 2020, bisa segera berbalik di 2021 dan 2022.
Antarbahasa berkomunikasi lewat AI
Sekarang ini, kata AI atau kecerdasan buatan dibicarakan atau ditulis lebih banyak. Baik dari sisi manfaatnya, atau ketakutan banyak orang bahwa dunia akan dikuasai atau digantikan dengan kecerdasan buatan ini.
Betul, AI yang dibenamkan pada robot dan sistem mesin akan menggantikan pekerja-pekerja yang melakukan pekerjaan repetisi, seperti memilah produk, memasang komponen elektronik, teller. Bahkan sebagian perusahaan sudah menggunakan AI ini sebagai customer service. Jadi, sangat diperlukan bagi para pekerja untuk meningkatkan kemampuannya untuk bisa mengambil kesempatan dalam pergantian ini, karena kehadiran AI juga akan menghadirkan pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya tidak ada.
Kalau diperhatikan, chipset ponsel pintar terbaru tidak lagi bicara soal kecepatan komputasi saja, tetapi fokus kepada kemampuan neural processing unit (NPU) yang kita kenal sebagai AI. Pada awalnya,
AI bermula dengan pengenalan kategori objek pada kamera ponsel pintar. Kemudian merambah hampir ke seluruh bagian ponsel pintar, termasuk meningkatkan kemampuan komputasi saat game berat dimainkan, selalu siap mendengarkan perintah suara, membedakan suara, menterjemahkan dan melakukan pembicaraan beda bahasa secara real time, mengatur daya baterai, mengenal kebiasaan pengguna, dan lain sebagainya.
Penggemar film fiksi Star Trek tentu melihat bagaimana antara spesies bisa bercakap-cakap langsung tanpa hambatan. Cerita fiksi ini mengisahkan ada sebuah alat yang namanya universal translator, yang menyatu dengan badge yang digunakan. AI pada chipset ponsel pintar juga menjadi tenaga bagi Natural Language Processing, yakni saat kita bicara, bahasa yang kita gunakan secara real time akan diubah menjadi bahasa lain untuk langsung bercakap-cakap.
Teknologi ini akan mendapat perhatian khusus di tahun ini, agar semua orang bisa bercakap-cakap dengan bangsa berbahasa lain tanpa kendala dan seminim mungkin jeda.
Data tersimpan di “awan”
Dengan segala kemampuan gawai sekarang ini seperti smartphone, tablet, laptop, PC, kamera digital, dan lain sebagainya, hasil akhirnya adalah data digital yang semakin hari semakin banyak dibuat oleh setiap individu. Diperkirakan ada 1,4 triliun foto dihasilkan pada
2020 oleh ponsel pintar saja. Setiap menit, ada lebih dari 500 jam konten video diunggah ke Youtube.
Bayangkan, keseluruhan data yang disimpan dan saling dikirimkan lewat platform lain seperti surat elektronik, media sosial, web, atau onlinegaming.
Semua data ini membutuhkan penyimpanan di awan atau
cloud dan juga komputasi awan. Dalam artian, data diproses di
servercloud, kemudian hasilnya dikirimkan ke perangkat kita.
Coba, perhatikan ponsel pintar saat ini. Semakin besar ruang penyimpanan internalnya ( internal
storage). Tak lagi 64GB, internal
storage 128GB kini seolah menjadi batas yang dianggap minimal.
Ini salah satunya dikarenakan kemampuan kamera ponsel pintar sekarang untuk mengambil foto dan merekam video semakin tinggi dan detail resolusinya. Kamera ponsel pintar kini sudah merambah ke ukuran resolusi 108MP dan sanggup merekam video 8K.
Tak pelak, data yang dihasilkan ukurannya cukup masif.
Begitu juga dengan game ponsel pintar yang dulu sederhana, sekarang tampilannya sangat kompleks. Mau tak mau ini menyita ruang penyimpanan hingga ukuran gigabyte.
Ketika koneksi 5G sudah bisa berjalan dengan baik, kecepatan unduh dan unggahnya akan sangat cepat. Bisa 100 kali lipat lebih cepat dari kecepatan jaringan 4G yang ada sekarang. Sebuah file film durasi 2 jam, butuh 6 menit diunduh via 4G, tetapi hanya butuh 3,6 detik saja di jaringan 5G.
Nantinya kecepatan akses data di internal storage ponsel pintar 5G atau via cloud akan sama. Penyimpanan di perangkat seperti ponsel pintar pun akan menjadi cadangan. Semua data kita akan bergantung dengan penyimpanan dan komputasi cloud.
Bayangkan, keseluruhan data yang disimpan dan saling dikirimkan lewat platform lain seperti surat elektronik, media sosial, web, atau online
gaming. Semua data ini membutuhkan penyimpanan di awan atau cloud dan juga komputasi awan.
Demikian juga aplikasi-aplikasi berat seperti rendering video, atau game dengan kualitas PC, akan bisa dijalankan di ponsel pintar. Bukan karena kemampuan chipset ponsel pintar yang tinggi, tetapi karena komputasi awan. Semua diproses di server dan datanya dikirimkan ke perangkat kita atau kita kenal sebagai streaming. Layanan ini sudah mulai booming sekarang seperti Stadia dari Google dan
Apple Arcade.
Cloud sebenarnya sudah berperan besar saat pandemi ini. Meeting tatap muka menggunakan aplikasi seperti Zoom atau Google Meet, mengandalkan penggunaan cloud yang masif. Meeting daring ini akan terus berlangsung walau nanti pandemi sudah lewat, karena kita sudah melihat manfaat, kemudahan, dan efektivitasnya selama pandemi yang panjang.
Di saat pandemi yang sama, layanan lain yang meningkat adalah streaming video dan belanja daring. Kita mengakses semua layanan ini via cloud, dan layanan ini akan terus berkembang lebih baik.
Pada akhirnya, cloud ini akan menjadi bagian sangat krusial dari era internet yang tidak bisa tidak ada, dan akan menjadi teknologi yang terus berkembang dari sisi kecepatan akses, besaran data, kecepatan komputasi, dan keamanan.
Transportasi berjalan sendiri
Mobil otonom tanpa supir sudah mulai dicoba di banyak negara. Mobil ini dianggap lebih patuh aturan dan tidak lelah atau lengah seperti pengemudi manusia. Mereka akan akan saling berkomunikasi dengan mobil sekitarnya, sehingga saat akan menyusul atau berbelok, mobil lain mendapat infonya.
Bahkan mobil-mobil khusus seperti ambulans dan pemadam kebakaran akan bisa berkomunikasi lebih jauh dengan kendaraan lain, menggunakan kamera kendaraan lain untuk melihat kondisi sekitar, untuk mendapat data lebih banyak soal pasien saat ada kecelakaan di jalan, dan mobil otonom lain bisa memberikan jalan agar ambulans bisa lebih cepat tiba untuk
Belum lama ini resto KFC mencoba mobil tanpa awak untuk menjual ayam goreng di Shanghai, China. Ini menjadi salah satu jawaban agar konsumen tetap bisa membeli makanan favorit mereka tanpa banyak berinteraksi dengan staff resto di saat pandemi.
menolong.
Belum lama ini resto KFC mencoba mobil tanpa awak untuk menjual ayam goreng di Shanghai, China. Ini menjadi salah satu jawaban agar konsumen tetap bisa membeli makanan favorit mereka tanpa banyak berinteraksi dengan staf resto di saat pandemi.
Jadi akan banyak implementasi dengan berbagai keperluan yang menggunakan mobil otonom.
Di bidang logistik, drone akan memainkan peran penting. Dulu drone hanya untuk keperluan militer dan pengintaian, tetapi sekarang sudah dibuat sangat kompak dan bisa digunakan para individu. Para kurir besar seperti Amazon, Fedex, DHL sudah mencoba drone ini untuk mengirimkan barang dengan cepat ke alamat, dan menghindari kemacetan jalan raya.
Pekerjaan pemetaan foto udara yang dulu harus dilakukan via pesawat, sekarang bisa dilakukan oleh drone. Juga pengambilan footage untuk film, dengan biaya yang lebih terjangkau.
Namun, sebagai alat pengintai dan keamanan drone makin mumpuni. Dengan bantuan kamera dan AI, drone bisa merekam, mengidentifikasi, dan melaporkan sebuah kejadian dengan cepat.
Kedepan drone direncanakan akan menjadi alat angkut manusia, layaknya helikopter. Kemudian drone juga akan banyak digunakan di pertanian untuk penyemprotan hama, pengawasan pertumbuhan tanaman, dan pengamatan cuaca.
Sementara itu robotik sekarang mengalami kemajuan pesat
berkat hadirnya AI dan 5G yang bisa menjadikannya mempunyai kemampuan dan koordinasi yang lebih baik, dari cara memimik gerakan orang atau binatang, keseimbangan, menganalisa, dan mengambil keputusan untuk beraksi.
Boston Dynamic adalah salah satu perusahaan terkemuka untuk robot yang salah satu produknya membuat robot berbentuk anjing. Robot anjing ini bahkan sudah digunakan pemerintah Singapura sebagai penjaga jarak di tamantaman terbuka. Saat melihat orang bergerombol, robot ini akan mendekat dan memberi peringatan untuk menjaga jarak agar pandemi tak meluas.
Robot juga sudah banyak digunakan di perusahaan penjualan online, misalnya Amazon dan
Alibaba. Mereka dengan cepat mengatur barang, mengambil barang yang dipesan, mengepak dan meletakkannya di ban berjalan untuk segera dikirimkan. Dibandingkan dengan manusia, robot memiliki banyak keunggulan. Seperti bekerja tanpa istirahat, ketelitiannya di atas manusia yang mudah terdistraksi karena kondisi sekitar dan kelelahan.
Robot-robot baru juga sedang dikembangkan untuk segala keperluan, termasuk untuk tinggal di rumah menjadi asisten rumah tangga. Bahkan banyak robot dikembangkan untuk menjadi penjaga dan perawat mereka yang sudah berusia lanjut.
Jadi, apa yang sebelumnya hanya bisa kita bayangkan dan saksikan dalam film-film, sebentar lagi akan menjadi nyata.