Intisari

NOVA CHOLIL: MELAWAN EFEK KEMO DENGAN JALAN KAKI

-

Pada 2015 awal, di payudara kanan Nova Cholil (52) muncul benjolan. Namun karena sedang sibuk menemani anak sulungnya yang mau UN Sekolah Dasar, Nova tak segera memeriksak­an benjolan itu. Di akhir tahun ketika urusan beres, baru dia periksa. Benjolan sebesar kira-kira 3,5 cm itu divonis sebagai kanker. Terlepas jinak atau ganas, dokter menyaranka­n untuk segera dioperasi. Begitu dioperasi, ternyata ketahuan kankernya termasuk ganas.

Hasil tes patologi Nova harus menjalani kemoterapi pasca-operasi. Tidak bisa diatasi dengan obat oral. “Operasi di RS Mayapada, Lebakbulus, Jakarta Selata, kemonya di RS MMC Kuningan, Jakarta Selatan, karena pembelian obatnya bisa menerapkan beli satu gratis satu,” kata Nova yang tinggal di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.

Nova harus menjalani enam sesi kemoterapi, dengan jarak antarkemo minimal tiga minggu dan maksimal empat minggu. “Like hell,” begitu ia menceritak­an kondisi badan sehabis kemo.

Efek kemo adalah menurunnya Hemoglobin (Hb) darah dan leukosit. Hb adalah protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Sementara leukosit

merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh, berfungsi sebagai penghasil antibodi yang dapat melawan virus, jamur, bakteri, dan parasit penyebab penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Untuk menjaga batas leukosit disarankan makan putih telur minimal 5 butir.

“Tapi boro-boro makan putih telur, minum madu saja muntahmunt­ah. Sekitar seminggu setelah kemo, makan apa saja pasti muntah. Makan dikit muntah. Minum dikit muntah. Tapi tetap harus makan,” kata Nova yang kehilangan berat badan sekitar 5 kg selama menjalani kemoterapi itu.

Perubahan di fisik juga mulai terasa. Lutut bermasalah, membuat Nova harus sedikit membungkuk untuk jalan kaki. Telapak kaki seperti ada besi yang menempel, berat untuk digerakkan. Sekitar 10 bulan setelah kemo ia kesulitan untuk berjalan kaki. Sarafsaraf di ujung jari tangan dan kaki menjadi sensitif, membuatnya terganggu saat jalan. “Malas berolahrag­a setelah kemo.”

Ketika teman-teman seangkatan di almametern­ya bikin

challenge berlari 100 km selama tiga bulan di akhir 2020, Nova pun tertarik ikut. Sayangnya, baru mencoba rutin jalan kaki ia sempat mengalami pingsan. “Bisa jadi karena setelah operasi kanker Nova mengurangi gula. Minum air putih terus. Setelah minum teh manis badan jadi mendingan,” jelas Nova.

Gagal ikut challenge di komunitas teman-teman seangkatan, Nova pun memberanik­an diri ikut Ultramarat­hon BNI – ITB 2020 yang berlangsun­g virtual. Karena virtual, lari bisa di mana saja, dan batasan waktu sangat longgar (dari pagi sampai sore), Nova pun ikut kategori estafet 10 orang. Jadi, jarak 100 km dibagi 10 orang, masing-masing 10 km.

Pas hari-H, bersama temannya Nova pun menyelesai­kan lomba lari 10 km-nya.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia