Demonstran Duduki Pusat Finansial
HONGKONG – Demonstrasi yang digelar pelajar dan mahasiswa Hongkong berlangsung ricuh kemarin (28/9). Polisi menembakkan gas air mata berkali-kali saat massa berusaha memasuki jalan menuju distrik pemerintahan. Mereka memblokade jalan serta menyerang massa dengan semprotan merica dan tongkat.
Namun, aktivis yang ikut berdemo agaknya sudah siap. Mayoritas telah memakai masker dan kacamata khusus untuk melindungi diri. Beberapa orang di garis depan bahkan telah membawa payung untuk menepis serangan polisi. ’’Kami akan berjuang sampai akhir. Kami tidak akan menyerah,’’ ujar salah seorang demonstran, Peter Poon, 20.
Penggunaan gas air mata memang cukup mengejutkan. Sebab, sejak 2005 polisi Hongkong tidak pernah menggunakan gas air mata untuk menghalau aksi apa pun.
Polisi menyatakan bahwa pihaknya telah menangkap massa yang terlibat kericuhan. Mereka berusia 16–58 tahun. Sebelumnya, polisi menahan 78 orang yang ikut aksi sejak Senin lalu (22/9) itu.
Meski demikian, pemerintah bersikukuh bahwa langkah mereka tepat. ’’Polisi berusaha menguasai situasi sesuai dengan peraturan yang berlaku,’’ ujar Chief Executive Hong Kong Leung Chun-ying. Pemerintah pusat (Tiongkok, Red) men- dukung sepenuhnya tindakan Leung untuk mengatasi para demonstran.
Tindakan polisi tersebut pun sempat membuat massa mundur sementara. Namun, pada malam (Sabtu malam 27/9, Red) ribuan demonstran terus berdatangan. Mereka memenuhi jalan yang menuju distrik pusat finansial. Massa yang bergabung dalam kelompok Occupy Central itu memang berencana menguasai wilayah tersebut. Dengan begitu, para pelaku bisnis tidak bisa bekerja hari ini (28/9). Mereka berencana membuat distrik pusat finansial berhenti beroperasi sementara.
Leung pun mendesak masyarakat Hong Kong agar tidak ikut berpartisipasi dalam protes ilegal yang dilakukan para aktivis itu. Dia juga berjanji menggelar konsultasi publik terkait dengan masalah pemilihan pemimpin tersebut.
Sementara itu, pebisnis mulai merasa ketakutan dengan aksi massa tersebut. Mereka takut aksi itu hanya akan membuat kondisi Hongkong tidak stabil. Namun, tidak seluruhnya. Miliarder yang bergerak di bidang penerbitan, Jimmy Lai, justru pendukung gerakan demokrasi tersebut.
’’Semakin banyak warga Hong Kong yang datang, semakin tidak mungkin polisi membubarkan massa,’’ ujar Lai yang ikut aksi lengkap dengan kacamata pelindung dan mantel plastik. ’’Meski dipukuli, kami tidak akan membalas. Kami akan memenangkan (demokrasi) ini dengan cinta dan perdamaian,’’ tambahnya. (Reuters/ AFP/CNN/BBC/sha/c19/tia)