Keita Menilai Mirip Guardiola
Jika Mourinho mengawali karir sebagai translator bahasa untuk Bobby Robson saat melatih Barcelona, Garcia menjadi reporter televisi Canal Satellite. Tak lama kemudian, pria kelahiran Nemours, Prancis, itu akhirnya menjadi komentator televisi untuk acara review pertandingan bola pada pertengahan 90-an.
Terkait dengan julukan The New Mourinho yang disematkan publik Italia, Garcia mengaku tak merasa bangga. Sebab, dia merasa belum menyamai prestasi pelatih Chelsea tersebut. ’’Saya disebut The New Mourinho? Dia adalah pelatih jempolan, namun saya tak tertarik dengan perbandingan tersebut. Mari kita lihat pencapaian saya akhir musim nanti,’’ ungkap Garcia kepada Daily Mail.
Tapi, sama halnya Mourinho, Garcia benar-benar menapaki karir kepelatihan dari kasta terbawah. Berawal dari fisioterapis tim, Garcia kemudian menjadi tim pemandu bakat untuk klub Saint Etienne. Setelah itu, dia mendapat kesempatan berduet dengan Jean-Guy Wellemme untuk memoles Saint Etienne. Sayangnya, duet ini gagal. Bahkan, Les Verts –julukan Saint Etienne– terdegradasi ke kasta kedua alias Ligue II pada musim 2001–2002.
Setelah tak bersama Saint Etienne, Garcia sempat kembali menjadi komentator televisi. Namun, karena impian menjadi pelatih begitu kuat, Garcia kembali terjun menangani tim amatir Prancis, Dijon, pada 2002. Di klub ini, perlahan Garcia menemukan jalannya menuju sukses.
Di ajang Piala Liga 2004, Dijon berhasil mencapai babak semifinal. Tangan dingin Garcia mulai dilirik tim Ligue 1. Dia resmi menangani Lille pada 2008 dan mempersembahkan gelar tiga tahun kemudian. Prestasi membawa Lille menjadi juara terbilang fenomenal. Sebab, Garcia harus bersaing dengan kekuatan tradisional macam PSG, Marseille, Lyon, dan Bordeaux.
Prestasi itulah yang membuat Roma terpikat. Apalagi, Garcia tak hanya piawai dalam melatih. Dia juga bisa menjalani peran sebagai fisioterapis, pemandu bakat, bahkan penyanyi.
’’Saya banyak belajar di karir sepak bola saya. Mungkin masih ada yang menyangsikan kemampuan saya. Tapi, kita lihat saja bagaimana perjalanan saya dan Roma ke depan,’’ kata Garcia sebagaimana diberitakan Football Italia.
Sementara itu, pujian buat Garcia datang dari mantan pemain Barcelona yang kini berkostum Roma, Seydou Keita. Keita me- nyebut filosofi bermain Roma mengingatkan dirinya saat dilatih Pep Guardiola di Barcelona.
’’Saya datang di klub yang tepat. Rudi Garcia mengingatkan saya soal kemampuan komunikasi di kamar ganti. Dia sangat tahu bagaimana mendorong motivasi pemain di kamar ganti. Seperti Pep, Garcia punya pemikiran yang sama. Kemenangan datang setelah memainkan sepak bola yang bagus,’’ papar Keita. (dra/c17/bas)
head,