Sulit Cari Penari, Datangkan Bantuan dari Seoul
Hello Korea, Program Hiburan di Arena Asian Games 2014
Untuk menyemarakkan perhelatan Asian Games,
warga Incheon dan kota-kota di sekitarnya berinisiatif mengadakan aneka pertunjukan. Selain menghibur, acara tersebut bertujuan melestarikan
budaya setempat. RATUSAN orang berkerumun di pelataran depan Gyeyang Gymnasium, Incheon. Suara drum yang ditabuh kencang menarik perhatian pengunjung venue bulu tangkis dan panahan Asian Games itu. Mereka tampak antusias menonton pertunjukan yang diselenggarakan oleh Folk Community of Incheon tersebut.
Pertunjukan itu menampilkan sekitar 30 penari. Penari perempuan membentuk barisan di belakang penari laki-laki. Mereka mengenakan pakaian khas Korea, hanbok, dan melakukan gerakan tarian yang lembut. Lemah gemulai. Penari perempuan yang lain membawa drum kecil.
Sementara itu, penari laki-laki melakukan tarian yang lebih dinamis dan agresif. Mereka bergerak memutar, maju-mundur, bahkan melompat. Sebagian lagi membawa drum kecil yang terus dipukul untuk mengiringi irama gerakan.
Semakin cepat iramanya, gerakan penari yang tidak membawa drum semakin atraktif. Tidak hanya berputar, mereka juga setengah bersalto dan melompat. Para penari juga menggerakgerakkan kepala yang memakai sangmo (topi dengan tali berwarna putih).
Gerakan memutar kepala itu membuat tarian semakin bagus. Sebab. tali yang terpasang di topi ikut bergerak memutar. Hebatnya, para penari itu tidak terlihat sempoyongan saat tarian berakhir.
Penonton puas. Mereka bersorak, bertepuk tangan, dan meminta para penari kembali beraksi. Sayang, permintaan itu tidak terkabul. Sebab, para penari sudah tampil empat kali sejak siang hingga sore. Karena hari gelap, pergelaran usai.
Lee Chasn Soo, salah seorang member Folk Community menjelaskan, kegiatan tersebut dirancang jauh-jauh hari. Mereka adalah orang-orang yang berjuang melestarikan kebudayaan lokal. ’’Ini budaya kami, tarian yang dulu selalu dilakukan oleh orang-orang tua kami,’’ katanya saat ditemui setelah mendokumentasikan acara.
Lelaki 37 tahun itu menjelaskan, dirinya dan beberapa mahasiswa di sekitar Incheon memiliki perkumpulan yang membahas pelestarian budaya. Bagian tersulit bukan menjaga, tetapi mencari anak-anak muda yang ingin bergabung dan belajar menari pungmul dan sogo choom tersebut.
Karena itu, dia harus menghubungi rekan-rekannya di kota lain seperti Seoul untuk mendapat tambahan penari. ’’Ada enam orang yang baru berlatih bersama dari Seoul. Kami kekurangan orang di sini,’’ ucapnya.
Menjelang penampilan di Asian Games yang mulai dilakukan sejak 23 September lalu, mereka memiliki waktu berlatih sekitar sebulan. Kesulitannya bukan menyatukan gerakan, tapi mencari waktu yang tepat untuk berlatih bersama. ’’Kami baru bisa berkumpul sekali pada akhir pekan. Tapi, karena sudah menguasai, kami bisa langsung baik,’’ tuturnya.
Sementara itu, salah seorang panitia Sung Joungok membeberkan bahwa tarian itu dahulu adalah ta rian para petani. Ada bentuk gerakan yang menunjukkan bahwa para petani sedang menanam benih. Ada juga gerakan yang menyimbolkan sedang mencangkul dan menyirami tanaman.
’’Dahulu tarian ini rutin digelar ketika masa bertani. Tapi, sekarang lebih banyak digelar saat hari thanksgiving Korea (Chuseok),’’ jelas perempuan 31 tahun itu.
Program mengadakan hiburan di arena Asian Games itu diberi nama Hello Korea. Tidak semua venue dipilih. Hanya di tempat-tempat tertentu yang dihadiri banyak suporter, misalnya arena renang, sepak bola, bulu tangkis, dan bisbol. (*/c4/ca)