Jawa Pos

Pengontrol Makanan, Pendukung ABK Belajar

-

SURABAYA – Pernah kewalahan mengajar anak-anak hiperaktif? Siswa yang tergolong anak berkebutuh­an khusus (AKB) seperti itu perlu gizi tepat. Lima mahasiswa Unair menyusun program pengontrol pola makan ABK agar perilaku mereka sejalan dengan proses pembelajar­an. Temuan tersebut mendapat medali perak.

Lima mahasiswa itu adalah Winni Aprillia Putri, Raissa Virgy Rianda, Nadhya Nur Fitri, Aras Amila Husna, dan Suryaning Rasyidah. Mereka merupakan mahasiswa pendidikan kedokteran. Temuan program tersebut mereka namakan EKG Imut. Kepanjanga­nnya, edukasi dan kontrol gizi seimbang untuk anak autis.

Ide EKG Imut berawal dari pengamatan Winni terhadap saudaranya yang autis. Menurut dia, anak autis memiliki kecenderun­gan pola makan yang tidak terkontrol. Bila ada makanan kesukaan, anak-anak akan melahap sesukanya. Sebaliknya, jika makanannya tidak cocok, mereka tidak bakal menyentuhn­ya. ’’Beberapa anak autis akhirnya overweight. Ada juga yang kurus banget,’’ kata Winni kemarin (28/9).

Apa manfaat EKG Imut? Fungsi kontrol pola makan adalah menekan perilaku hiperaktif anak-anak autis. Caranya, memberikan daftar cek ( checklist) dan buku kecil ( booklet) kepada orang tua untuk memantau anak-anaknya. ’’Memang nggak lang- sung berpengaru­h pada perkembang­an anak autis. Tapi, setidaknya perilaku hiperaktif­nya bisa ditekan,’’ papar Winni.

Kontrol gizi dilakukan dengan cara menulis. Dalam booklet, terdapat food diary bagi anak. Orang tua juga memanfaatk­an checklist makanan apa saja yang dikonsumsi anak-anak. Misalnya, makan sayur berwarna hijau, merah, dan lain-lain.

Winni menjelaska­n, anak-anak autis perlu menghindar­i makanan yang mengandung gluten, MSG ( monosodium glutamate), dan kafein. Banyak makanan yang diperboleh­kan. Misalnya, daging ayam, ikan segar, sapi, sayur-sayuran, dan lain-lain.

Bukan cuma daftar, dalam EKG Imut itu, Winni dkk juga membuat diet rotasi. Anak- anak autis menjalani diet empat hari dengan beragam menu. Mereka telah mengujicob­akan EKG Imut kepada 40 anak autis di Surabaya. Mereka berada di yayasan, sekolah, maupun komunitas.

Hasilnya, dalam dua bulan, anak-anak autis tersebut bisa lebih tenang. Perilaku hiperaktif turun. ’’Kalau sudah tenang, anak-anak dapat menerima pelajaran dengan baik,’’ tutur Winni.

Orang tua juga gembira karena dapat mengontrol makanan yang akan dimasak dan berbagi cara mengolah makanan yang bakal dikonsumsi anak.

Winni berharap nanti bisa mengembang­kan program tersebut ke luar Surabaya. ’’Selama ini program kami hanya ada di Surabaya,’’ jelasnya. (der/c14/roz)

scientific.

 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia