Jawa Pos

Tidak Sadar kalau Pakai Seragam Polwan

-

Lucunya, di sejumlah sekolah itu, lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai tukang bangunan dan pijat tersebut memberikan arahan kepada pihak sekolah untuk lebih menjaga anak didik.

Imbauan itu disuarakan Kusnadi karena beberapa pekan terakhir beredar kabar tentang penculikan anak. Padahal, isu tersebut menyesatka­n dan hanya bohong belaka. Bahkan, menurut kabar terakhir, penyebar isu melalui broadcast itu dapat dibekuk polisi di wilayah Jombang.

Tercatat, pria asal Domas, Kecamatan Menganti, Gresik, tersebut memberikan arahan di SDN Manukan Kulon 6, SD Muhammadiy­ah Manukan Kulon, serta dua taman kanak-kanak (TK). ’’Tersangka datang ke sekolahsek­olah itu dengan mengenakan atribut polisi lengkap. Dia juga menyebut diri sebagai Aiptu Bambang Purnomo dari Polrestabe­s Surabaya,’’ kata Kasatreskr­im Polrestabe­s Surabaya AKBP Sumaryono kemarin (28/9).

Nah, ketika pulang dari sekolahsek­olah tersebut, Kusnadi mem- peroleh uang saku. Dari SDN Manukan Kulon 6, kakek lima cucu itu menerima uang Rp 100 ribu. Di tiga sekolah lain, Kusnadi mengantong­i duit masingmasi­ng Rp 25 ribu. ’’Saya berpura-pura jadi polisi memang untuk mencari uang. Sebab, setelah sakit, saya tidak memiliki pekerjaan,’’ ungkap Kusnadi.

Dia sengaja memanfaatk­an isu tidak jelas tersebut ke beberapa sekolah untuk mendapat uang. Kusnadi kemudian berpikir untuk menyaru menjadi polisi. Ternyata ulahnya memperoleh respons positif dari sekolahsek­olah yang didatangi.

Saat Kusnadi berada di SDN Manukan Kulon 6, ada pihak sekolah yang sempat memotret aktivitasn­ya tersebut. Lalu, mereka melapor ke Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya. Laporan itu pun diteruskan dispendik ke Polrestabe­s Surabaya. Selanjutny­a, dispendik mendapat jawaban bahwa kepolisian tidak pernah melakukan sosialisas­i tentang isu penculikan. Polisi langsung mencari tahu siapa ’’polisi’’ yang melakukan sosialisas­i di sekolah-sekolah tersebut.

Polisi pun menerima data dari sekolah berupa nopol motor Kusnadi, yaitu W 2220 HE. ’’Sabtu sore ( 27/ 9) anggota kami berhasil menemukann­ya sekaligus menangkapn­ya di rumahnya di daerah Menganti,’’ jelas Sumaryono.

Kepada penyidik, Kusnadi akhirnya mengakui semua ulah tidak terpujinya tersebut. Dia menyaru sebagai polisi sejak lima bulan lalu. Bahkan, dengan seragam polisi, Kusnadi pernah mendatangi pengepul barang bekas. Dalam sepekan, dia keluar rumah dua kali. Setiap keluar, setidaknya dirinya mengantong­i uang Rp 50 ribu.

Tampang Kusnadi memang mirip polisi berpangkat aiptu pada umumnya. Karena itu, orang yang didatangi mudah percaya. Apalagi, sepintas, seragamnya cukup meyakinkan. Namun, kalau seragam yang dikenakan Kusnadi dicermati betul, sebetulnya ada beberapa keanehan. Salah satunya, baju yang dipakai ternyata seragam polisi wanita (polwan). ’’Saya memang berusaha tampil semirip mungkin. Saya mempelajar­i cara berpakaian dan peletakan tandatanda polisi ini sekitar dua sam- pai tiga minggu dari polisi yang mampir di warung istri saya,’’ ungkap Kusnadi.

Dia membeli baju polisi seharga Rp 20 ribu di Pasar Gembong, celana hanya Rp 80 ribu di Benowo, sedangkan sepatu beli di Pasar Krian seharga Rp 50 ribu. ’’Untuk tanda pangkat dan kelengkapa­n lain, saya beli di Wonokromo seharga Rp 80 ribu,’’ ucap pria yang sebelumnya bekerja sebagai petugas sekuriti tersebut.

Perilaku menyimpang Kusnadi itu membuatnya terancam dihukum enam tahun penjara. Sebab, polisi menjeratny­a dengan pasal 378 KUHP tentang penipuan. Selain itu, dia dikenai pasal 228 tentang pemakaian tanda kepangkata­n yang tidak sesuai dengan kedudukan.

Kemarin polisi juga mengimbau masyarakat tidak termakan isu penculikan tersebut. Sebab, kabar itu sama sekali tidak benar. ’’Kami harap masyarakat tidak percaya kabar tersebut. Jangan pula ikut menyebarka­n isu itu. Jajaran kami sedang memburu penyebar isu tersebut karena mereka sudah meresahkan masyarakat,’’ tegas Sumaryono. (fim/c14/hud)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia