Dewan Juri pun Terpingkal-pingkal

Mereka adalah peraih penghargaan The Best Presentation dalam Surabaya Young Scientist Competition (SYSC) 2014 yang berakhir Kamis (25/9).

Seno bercerita, idenya merancang celana beralarm itu tercetus karena prihatin banyaknya kasus kekerasan seksual yang menimpa anak laki-laki. ”Seperti kasus di cananya celana itu dipasangi alarm bunyi yang mereka rakit sendiri. Bentuknya ukuran sebesar korek api kayu. Agar alarm bisa melekat ke celana, mereka menambahkan sendiri saku kecil di sisi kanan.

Bagaimana cara kerjanya? Seno memaparkan, celana beralarm itu harus melekat di tubuh pemakaianya. Lempengan besi yang berfungsi sebagai sensor harus menyentuh kulit. Saat bersentuhan, tidak akan terjadi apa-apa.

Kejutan baru terjadi jika celana dicoba dilepas. Ketika celana terenggut dan lempengan besi terpisah dari kulit, seketika alarm akan berteriak keras-keras dan panjang,” Nguiiiiiiinggg, nguingggggggg.” Bunyi itu tidak akan berhenti sampai besi di celana menempel lagi di kulit.

”Kalau bunyi, pasti orang-orang di sekitarnya bakal tahu. Ada bahaya waktu celana di lepas,” tambah Ramadhan.

Waktu pemakainya ingin buang air, bagaimana? Tidak perlu khawatir. Sebab, Seno dan Ramadhan sudah menyiapkan tombol on dan off. Alarm di celana itu bisa dimatikan sewaktuwaktu. ” Tapi, kalau lupa dimatikan pas buang air, pastinya ketahuan kalau yang pakai sedang pipis,” tambah Seno.

Untuk penelitian lebih lanjut, keduanya merancang bentuk alarm baru agar lebih kecil. Sekalian dibuat antiair. Bahkan, alarm itu bisa didesain portabel agar bisa dipindahpindah ke celana lain. ”Kami akan terus mencoba mengembangkan,” ujar Seno, remaja kelahiran 23 Agustus 2001 itu.

Seno dan Ramadhan mengaku tidak akan lupa saat-saat tampil di depan juri. Karena ide mereka lucu, ratusan peserta lain dan dewan juri di Perpustakaan BI pun terpingkal-pingkal. Bahkan, Wali Kota Tri Rismaharini langsung tertawa lebar waktu menyaksikan temuan lucu dua remaja itu dipamerkan. (rim/c10/roz)