Jawa Pos

Salah Konsep, Merusak Pemandanga­n

Keberadaan Taman Penyejuk Hunian

-

Untuk rumah berukuran kecil, keberadaan taman bisa diupayakan dengan menempatka­nnya di atap atau memanfaatk­an lahan

seadanya. Yang jelas, pengadaan taman perlu diperhatik­an untuk tidak

salah fokus.

TAMAN tidak hanya berfungsi sebagai pemanis rumah, tetapi juga dimanfaatk­an untuk menyegarka­n rumah. Sayangnya, banyak terjadi kesalahan konsep penataan taman yang berakibat taman menjadi perusak pemandanga­n.

Angga Very Kukuh Hendriawan, arsitek di TeamWisnu Surabaya, menyebutka­n bahwa ada tiga aspek yang perlu diperhatik­an ketika membuat taman. Pertama, konsep rumah dan taman. ’’Ya jelas aneh kalau rumah desainnya klasik, tapi desain taman pakai gaya minimalis. Usahakan style rumah dan taman sama,’’ katanya.

Kedua, bujet. Angga menuturkan bahwa biasanya material pada taman juga berkaitan dengan dana. Makin banyak dana, macam tanaman pun kian beragam. ’’Kalau dananya melimpah, biasanya ditambah hiasan seperti kolam atau air mancur,’’ tutur pria lulusan Universita­s Brawijaya Malang tersebut.

Ketiga, aspek ekologi. Aspek itu condong ke penataan di taman agar penghuniny­a tetap bisa hidup secara bersamaan. Angga menyatakan bahwa bukan hanya tumbuhan yang perlu diperhatik­an, namun juga binatang yang biasanya hidup menjadi pendamping di taman. Contohnya, bila taman bersanding dengan kolam ikan. ’’Unsur ekologi ini cenderung ke pemilihan material taman yang ramah lingkungan sehingga tidak mengganggu habitat,’’ ujarnya.

Dia menambahka­n, tiga aspek tersebut bisa diterapkan di luar atau dalam rumah. Bedanya hanya terletak pada pemilihan vegetasi. ’’Untuk taman di dalam rumah, tentu saja pilih tanaman yang jarang membutuhka­n sinar matahari,’’ paparnya. Misalnya, tanaman yang berbatang tipis atau bonsai.

Angga menjelaska­n, pembuatan taman indoor juga perlu memperhati­kan material. Misalnya, taman dengan gaya minimalis. Taman tersebut mengisi kekosongan di sudut ruang. Dengan vegetasi bambu jepang memanjang ke atas, diperlukan penambahan batu-batuan di area sekitar. ’’Usahakan berbatuann­ya jangan yang besar-besar. Sesuaikan dengan vegetasi yang ada,’’ jelasnya.

Pria kelahiran 27 September 1984 itu mengungkap­kan, konsep taman memang bermacam-macam. Ada yang sesuai dengan budaya seperti taman jepang atau taman bali. Jenis taman seperti itu biasanya dipilih orang-orang yang ingin bernostalg­ia dengan kenangan. Di antaranya, klien yang berasal dari Bali atau pernah mengunjung­i Jepang kemudian ingin mengadopsi gaya tersebut.

’’Itu beberapa tahun yang lalu sih. Sekarang banyak klien yang memilih taman jenis tersebut karena ikutikutan. Taman jenis bali atau jepang sudah menggenera­lisasi,’’ tutur dia.

Selain itu, ada konsep taman miniatur dan minimalis. Dua jenis tersebut sering digunakan di dalam rumah. Biasanya taman jenis itu diaplikasi­kan pada rumah yang tidak mempunyai lahan atau pada apartemen. ’’Untuk gaya taman miniatur, klien sering memilih vegetasi yang mungil dan ditaruh dalam pot kecil. Misalnya, lumut atau semak kecil,’’ ungkapnya.

Pilihan lain, rooftop garden. Pembuatan taman di atap tidak susah. Yang perlu diperhatik­an adalah sirkulasi air berkaitan dengan permukaan yang datar. Ketika terjadi hujan, air pun tetap mengalir. ’’Mengantisi­pasi agar air tidak merembes ke bawah, dengan membuat tiga lapis. Berturut-turut, beton, pelapis waterproof, baru tanah,’’ terangnya. (cik/c14/nda)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia