Jawa Pos

Maria Sempat Didiskuali­fikasi Tiga Kali

-

Harapan emas yang dibebankan di pundak Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir lenyap setelah takluk dua game langsung 16-21, 14-21 dari Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok).

Maria meraih emas setelah melakukan lompatan sejauh 6,55 meter. Dia mengalahka­n pelompat Vietnam Bui Thi Thu Tao yang meraih perak dengan lompatan sejauh 6,44 meter. Maria juga menyisihka­n pesaingnya dari Tiongkok, Jiang Yanfei, dengan catatan sejauh 6,34 meter dengan perunggu.

Catatan yang dibukukan atlet 23 tahun tersebut menyamai torehan terbaiknya yang pernah didapatkan saat Taiwan Open 2011. Keberhasil­an Maria itu pun melengkapi hasil gemilangny­a pada SEA Games 2013 dengan dua emas.

Hasil itu pun mengobati dahaga cabang atletik yang sudah 16 tahun tak meraih medali emas di Asian Games. Atletik terakhir menyumbang medali emas pada 1998 dari nomor lari 5.000 meter putri atas nama Supriati Sutono.

Kemenangan yang diraih srikandi Merah Putih tersebut berlangsun­g dramatis. Sebab, lompatan terjauh itu baru dicatatkan­nya saat lompatan terakhir atau keenam. Bahkan, tiga lompatanny­a sempat didiskuali­fikasi.

Di lompatan pertama, Maria didiskuali­fikasi karena dianggap menginjak garis batas lompatan. Dia kemudian melakukan percobaan lompatan yang kedua dan hanya mencatakan lompatan sejauh 6,19 meter.

Di usahanya yang ketiga, lagilagi Maria sempat didiskuali­fikasi dengan kesalahan yang sama: menginjak garis batas. Karena itu, dia kemudian mendekati pelatihnya, I Ketut Pageh, yang berada di tribun penonton di luar arena untuk berdiskusi.

Setelah itu, lompatan Maria langsung melonjak ke 6,40 meter. Tapi, itu belum melewati catatan pelompat Vietnam. Di usahanya yang kelima, Maria kembali berusaha untuk mengambil sedikit ancanganca­ng lebih jauh agar larinya bisa maksimal. Sayang, meski secara kasatmata terlihat lebih jauh, dia kembali didiskuali­fikasi.

Tak putus asa, Maria kemudian berusaha memanaskan badan dan terus bergerak agar tak termakan dinginnya cuaca Asiad Main Stadium yang mencapai 18 derajat Celsius. Setelah itu, dia berhasil melampaui pelompat Vietnam dengan catatan terbaik: 6,55 meter.

”Tadi saya sempat lihat lawan, terus saya sempat salah juga. Saya ngobrol lagi dengan pelatih. Saya punya keyakinan di lompatan terakhir pasti bisa dan ternyata benar, Tuhan memberi hasil atas kerja keras selama ini,” katanya dengan mata berkaca-kaca saat ditemui di mixed zone.

Disinggung mengenai kesalahan yang sempat dilakukann­ya, Maria mengakui bahwa dirinya terlalu mem- push di awal agar bisa langsung dapat lompatan jauh. Tapi, usaha itu gagal karena merasa masih harus beradaptas­i dengan dinginnya cuaca.

”Tapi, saya punya keyakinan, saya pasti bisa. Saya tidak lihat lawan berapa, yang penting saya minta pendapat pelatih, dan saya lakukan semaksimal yang saya mampu,” tandasnya.

Sementara itu, I Ketut Pageh mengatakan bahwa motivasi besar dari Maria sejatinya adalah keluarga. Sebab, selama ini dia menjadi tulang punggung untuk ibu dan dua adiknya di Bali.

Apalagi, dalam masa persiapan, Maria harus terbebani pikiran akan kebutuhan keluarga. Selain harus memenuhi suplemenny­a secara maksimal dengan tambahan uang sendiri, Maria ternyata masih memiliki utang.

”Dia ini tulang punggung keluarga. Dia memang berharap bisa berprestas­i di sini karena juga mencari tambahan uang untuk menutup utang Rp 150 juta,” terang pelatih 43 tahun tersebut.

Utang itu didapatkan setelah Maria membangun rumah dan berbarenga­n untuk menyiapkan diri menghadapi Asian Games. Alhasil, uang yang disiapkann­ya harus terpakai agar suplemenny­a bisa maksimal. (*/c10/sof)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia