Korsel dan Jepang Sulit Mengejar
Hingga kemarin 282 di antara 439 medali emas yang disediakan sudah terdistribusi. Hasilnya, Tiongkok menguasai 40 persen dengan raihan 112 medali emas.
Di antara 157 emas yang diperebutkan, Tiongkok masih mempunyai cadangan cabang olahraga (cabor) untuk terus menambah medali. Misalnya, atletik, kano, equestrian, dan soft tennis. Jika dipersentase, sisa medali yang diperebutkan tinggal 36 persen hingga hari penutupan pada 4 Oktober.
Kedigdayaan Tiongkok bertumpu pada cabor-cabor akurasi (menembak), terukur (renang), dan bela diri (wushu). Misalnya, di cabor menembak. Di antara 44 nomor yang dilombakan, atletatletnya merajarela dengan menyabet 26 medali emas.
Dominasi Tiongkok juga terja di di lintasan renang. Di antara 38 emas yang diperebutkan, 22 emas dibawa pulang perenang- pere nang dari Negeri Tirai Bambu, julukan Tiongkok, itu. Lalu, di wushu, di antara 15 nomor yang ditandingkan, atlet Tiong kok mendapatkan sepuluh emas.
Dominasi Tiongkok sebagai juara umum Asian Games memang tidak terbendung selama kurang lebih tiga dasawarsa. Se jak berpartisipasi pada Asian Games 1974 di Teheran (Iran), Tiongkok hanya dua kali gagal menjadi pe- ngumpul medali terbanyak. Yakni, pada edisi 1974 dan 1978 (Bangkok/Thailand).
Sementara itu, dua negara lain, Korsel dan Jepang, sulit mengejar perolehan medali Tiongkok. Ada dua cabor andalan Jepang dan Korsel untuk mengeruk medali di sisa penyelenggaraan Asian Games kali ini. Jepang berharap pada karate yang mulai dilombakan besok (1/10). Karate menyediakan 13 medali emas.
Di sisi lain, Korsel pasti membidik sapu bersih di taekwondo yang mendonasikan 16 medali mulai hari ini (30/9). Hingga kemarin Korsel sudah mengumpulkan 44 emas. Kalaupun berhasil meraup semua medali emas di cabang taekwondo, Korsel tidak bisa menyalip pencapaian Tiongkok. Medali emas tuan rumah diperkirakan 60-an.
Sementara itu, Jepang hingga kemarin sudah mengemas 35 emas. Jika karate disapu bersih atlet Jepang, mereka paling banter bakal mengoleksi 50-an emas. (dra/c20/ca)