Pastikan Temuan Obat Dipatenkan
SURABAYA – Fakultas Farmasi Unair terus berinovasi. Dalam setahun terakhir, belasan jenis obat herbal diproduksi. Semua telah dipatenkan agar tidak diakui pihak lain.
Salah satu yang terbaru adalah obat antimalaria dari ekstrak cempedak. Temuan itu diuji coba kepada anggota TNI-AD yang menjalani tugas militer di perbatasan Malaysia–Kalimantan pada Juni-Juli 2014.
Nenny Purwitasari, dosen Departemen Farmakologi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Unair, menjelaskan, obat-obatan yang dipatenkan itu dibuat dari bahan alami. Umumnya berasal dari tetumbuhan. Jenis obat-obatannya pun tergolong fitofarmaka. Yakni, obat-obatan dari bahan alam yang telah diuji praklinik dan klinik.
”Sudah diujikan kepada manusia,” ujar Nenny. Dia menyebut, antara lain, daun wungu untuk obat anti tuberkulosis ( graptophyllum pictum) dan formulasi minyak kencur sebagai obat antikanker. ”Ada juga obat kolesterol dan kontrasepsi untuk pria. Semua telah memiliki hak paten,” ungkap Nenny.
Penemuan obat-obatan itu melalui proses panjang. Mulai pengamatan penyakit, riset laboratorium, proses ekstraksi bahan, hingga produksi dalam skala pilot. Setelah lolos uji klinis pada manusia, produk akhirnya bisa dipatenkan dan memperoleh izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Lewat Institute of Tropical Disease (ITD) Unair, berbagai obat-obatan itu gencar diproduksi. Harapannya, perkembangan dunia farmasi terus meningkat. ”Agar farmasis dapat melayani dokter maupun pasien,” paparnya. (rim/c6/roz)