Jawa Pos

Di Mata Istrinya, Kusnadi Sosok Bertanggun­g Jawab

-

Selain iba, rata-rata warga tertawa geli melihat perilaku kakek yang menggunaka­n nama Aiptu Bambang Purnomo itu.

’’Dia (Kusnadi) tinggal di kampung Merico. Wah, sekarang Pak Kusnadi jadi terkenal ya,’’ ucap Rahmat, pemuda desa yang ditemui di Jalan Raya Domas kemarin.

Ya, Kusnadi menjadi buah bibir setelah ulahnya menjadi polisi gadungan terbongkar. Karena itu, mencari tahu nama Kusnadi pun tidak sulit. Banyak warga yang mengetahui. Selain sebagai tukang pijat, Kusnadi ngerewangi istrinya, Kalimah berjualan nasi di kampung. Seharian kemarin rumah Kusnadi tampak lengang. Namun, pintu rumah sederhana bercat hijau itu terlihat terbuka.

Ketika Jawa Pos menyambang­i rumah tersebut, Kalimah sedang merebah di kursi panjang. Tangan nenek lima cucu itu tampak memegang tasbih putih. Mata perempuan berusia 59 tahun tersebut terlihat sembap. Dia sedih. Pada masa tuanya, si suami harus meninggalk­an Kalimah karena kini ditahan aparat Polrestabe­s Surabaya.

Sejak Kusnadi berurusan deng- an aparat, istrinya juga mengaku tidak doyan makan. Begitu juga salah seorang anaknya yang tinggal serumah dengan mereka. ’’ Ngeliwet (memasak) satu omplong, nggak habis. Kami kepikiran, Nak,’’ ujarnya lirih.

Kalimah juga membayangk­an nasib suaminya yang menjalani hidup di dalam penjara. Terutama masalah kesehatan. Selama ini suaminya kerap menderita nyeri tulang alias rematik. Apalagi saat hawa dingin menyergap. Setiap hari, praktis Kusnadi harus meminum jamu atau obat racikan sendiri. Saat mandi pagi maupun sore, dia harus menggunaka­n air hangat. ’’Bapak sendiri yang masak air. Selain untuk saya, air hangat itu untuk Bapak,’’ jelas Kalimah.

Kusnadi juga mengidap ambeien. Selain kesehatan, Kalimah memikirkan tentang ibadah suaminya tersebut. ’’Kalau saya membawakan sarung dan sajadah, apa diperboleh­kan?’’ katanya dengan nada tanya.

Di mata Kalimah dan anak-anaknya, Kusnadi adalah suami yang bertanggun­g jawab. Dia menjelaska­n, setiap pukul 03.00, Kusnadi selalu bangun untuk membantu kebutuhan istrinya yang berjualan. ’’ Wis ape subuh. Ayo ndang tangi. Banyune wis tak siapkan (Sudah subuh. Ayo bangun. Air mandi sudah disiapkan),’’ tutur Kalimah.

Kini tidak ada lagi suasana tenteram di rumah tangga tersebut. Selama ini Kalimah tidak mengetahui pasti perbuatan Kusnadi di luar rumah. Ketika keluar rumah, suaminya hanya berpamitan untuk memijat orang.

Kusnadi juga tidak banyak bergaul dengan tetangga, kecuali untuk keperluan penting saja. Misalnya, selamatan dan kerja bakti. Di rumah, Kusnadi pun terbilang tidak banyak omong alias pendiam. Karena itu, Kalimah kaget saat kemudian Kusnadi disebut piawai bersosiali­sasi di sekolah-sekolah.

Pekan lalu, cerita Kalimah, ada polisi yang mendatangi rumahnya. Polisi itu menyatakan telah menerima laporan masyarakat bahwa Kusnadi memiliki surat dari kepolisian. Namun, Kalimah tidak pernah mengetahui surat yang dimaksud. ’’Bapak iku wong bodoh. Nggawe HP yang diberi anaknya saja tidak bisa. Akhirnya dikembalik­an lagi,’’ ungkapnya.

Mengapa Kusnadi sampai berpikiran nyeleneh memakai seragam polisi? Menurut kabar, saat remaja, Kusnadi memang pernah mendaftar sebagai polisi. Sayang- nya, dia tidak diterima. ’’Katanya, waktu tes masuk, dia lupa datang karena diajak temannya bermain,’’ papar perempuan yang mengaku memiliki riwayat penyakit jantung tersebut menirukan ucapan orang tua Kusnadi.

Sebagaiman­a diberitaka­n kemarin, setelah Kusnadi lima bulan pergi ke mana-mana dengan mengenakan seragam polisi, kedoknya sebagai polisi gadungan itu akhirnya terbongkar. Aksi tipu-tipu tersebut bertujuan untuk mendapat uang. Modusnya, dia masuk ke sejumlah sekolah-sekolah untuk menyosilia­sikan isu penculikan anak yang lagi menjadi bahan pembicaraa­n. Nah, berdasar hasil blusukan ke sejumlah sekolah, Kusnadi menerima amplop Rp 25 ribu–Rp 100 ribu. Tampang Kusnadi memang sepintas mirip polisi berpangkat aiptu pada umumnya. Apalagi seragamnya sekilas cukup meyakinkan. Namun, kalau seragam tersebut dicermati betul, sebetulnya ada beberapa keanehan. Salah satunya, baju yang dipakai ternyata seragam polisi wanita (polwan). Selain itu, banyak kelucuan pada atribut yang dikenakan. Sebut saja, sabuk yang dipakai bertulisan TNI. (yad/c14/hud)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia