Jawa Pos

Dilempari Batu, Satpol PP Balik Kucing

- Trotoar pun Tetap Jadi Kandang Hewan Kurban

JAKPUS – Penertiban pedagang kambing di sepanjang Jalan Hasyim Asyari kemarin (30/9) berakhir ricuh. Operasi yang dipimpin Camat Tanah Abang Hidayatull­oh itu terpaksa berhenti sebelum selesai dilakukan. Sebab, 50 petugas gabungan satpol PP dan polisi dipukul mundur para pedagang.

Awalnya, penertiban dimulai sekitar pukul 10.00. Dengan berjalan kaki, pasukan yang dipimpin Hidayatull­oh bergerak dari kantor Kecamatan Tanah Abang. Tidak jauh dari kantornya, dua kandang kambing yang ditemui kali pertama langsung dibongkar. Pemilik kandang pun lari terbirit-birit sambil berusaha menyelamat­kan hewan peliharaan­nya.

Petugas lalu bergerak ke barat. Saat petugas memasuki pertengaha­n Jalan Hasyim Asyari, tiba-tiba terdengar teriakan-teriakan yang keras. Berdasar pantauan Jawa Pos, ratusan orang berupaya mengusir petugas dengan berbagai cara. Ada yang hanya berteriak mencaci-maki. Ada pula yang melempar batu dan botol. Selain itu, beberapa warga terlihat membawa senjata tajam yang diselipkan di belakang baju.

Sebelumnya, petugas berusaha tidak meme- dulikan teriakan pedagang. Mereka terus merangsek ke tengah kerumunan. Namun, hal itu justru memancing emosi pedagang. Suasana pun semakin memanas. Pedagang dan warga terus berdatanga­n memenuhi jalan di depan Gang Mess, Jalan Hasyim Asyari.

Jarak antara rombongan petugas dan warga semakin dekat. Beberapa meter sebelum petugas dan warga bertemu, lemparan batu dari arah warga menghujani rombongan petugas. Serangan mendadak tersebut membuat satpol PP dan polisi panik. Barisan petugas langsung kocar-kacir. Melihat situasi semakin tidak menguntung­kan, para petugas akhirnya balik kucing. ’’Mundur, mundur, semua mundur,’’ seru Hidayatull­oh memberi aba-aba.

Para petugas akhirnya mundur kembali ke kantor Kecamatan Tanah Abang. Kandangkan­dang kambing yang menjadi target penertiban pun tetap menguasai trotoar, halte bus, hingga jalur pejalan kaki.

Beberapa warga yang dikonfirma­si Jawa Pos mengaku menolak penertiban itu. Misalnya, Ahmad Khotib. Pria 62 tahun tersebut menyatakan, pedagang menolak karena bukan pedagang tetap. ’’Kami berdagang kan cuma sementara, lima hari doang. Mumpung mau Lebaran haji. Setelah itu, kami udah enggak di sini lagi,’’ ungkap warga Kebon Kacang itu.

Menurut dia, pemprov seharusnya memberikan kesempatan kepada pedagang untuk berjualan. Instruksi gubernur soal larangan berjualan di fasilitas publik, tutur dia, mengganggu usaha musiman milik warga. ’’Seharusnya nggak usah dilarang. Kalau sudah selesai salat Idul Adha, pedagang pasti bubar semua,’’ cetusnya.

Sementara itu, Hidayatull­oh mengaku terpaksa mundur dari lokasi penertiban untuk menghindar­i bentrokan. Apalagi jumlah pasukan yang dia bawa kalah dengan warga. ’’Daripada jatuh korban, semua personel mending ditarik. Penertiban batal,’’ paparnya.

Dia menegaskan bahwa penertiban dilakukan karena para pedagang hewan kurban tersebut merusak fasilitas publik. Mereka berjualan seenaknya di trotoar, halte, dan pedestrian. Padahal, Kecamatan Tanah Abang sudah menyiapkan tempat khusus di Jalan Stainless.

Lokasi itu merupakan sentra penjualan hewan kurban. Para pedagang dijamin tidak akan ditertibka­n jika berjualan di tempat tersebut. ’’ Yang penting, kami sudah berupaya. Kalau ada perlawanan dari warga, ya kami cuma bisa melapor kepada pemimpin,’’ pungkasnya. (bad/oni/c20/any)

 ??  ??
 ?? HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS ?? MAKAN TROTOAR: Deretan hewan kurban di Jalan Mas Mansyur, Jakarta.
HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS MAKAN TROTOAR: Deretan hewan kurban di Jalan Mas Mansyur, Jakarta.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia