Menembak Jatim Haus Kejuaraan
SURABAYA – Kegagalan meraih juara umum dalam Kejurnas Awang Faroek III di Balikpapan pada 21–28 September lalu menyisakan PR (pekerjaan rumah) bagi olahraga menembak Jatim. Dalam kejuaraan tersebut, tim menembak Jatim finis ketiga dengan raihan 4 emas, 10 perak, dan 2 perunggu.
Di sektor putra, medali emas dipersembahkan Arianto di nomor 50 meter rifle prone senior putra dan Paragra Duncan (10 meter air rifle junior putra). Di sektor putri, medali emas disumbangkan tim 10 meter air pistol senior (Onny Rajaloa, Dwi Yulia, dan Fifa Yenithalia) dan tim 10 meter air pistol junior (Eva Julia, Dhika, dan Esa K.).
Sementara itu, sepuluh penembak Jatim yang diproyeksikan ke PON Remaja I/ 2014 pada 6–12 Desember mendatang hanya mampu mendonasikan tiga medali perak.
Pelatih menembak Jatim Maulan menilai, kegagalan meraih juara umum di Balikpapan tak terlepas dari minimnya jam terbang anak asuhnya. Itu memengaruhi mental tanding penembak, khususnya yang masih belia.
Minimnya event kejuaraan menembak selama setahun terakhir juga dipersoalkan Maulan. ’’Kalau jarang turun dalam kejuaraan, tidak hanya sulit mengukur kemampuan dan progres anak-anak, tetapi juga progres lawan-lawan kami,’’ ungkapnya kemarin (30/9). ’’Kami sadar peta kekuatan tiap-tiap daerah sudah berbeda dibandingkan PON 2012 d Riau,’’ lanjutnya.
Di Balikpapan, Jatim harus mengakui keunggulan penembak Jabar yang finis sebagai juara umum. Jabar menjadi yang terbaik dengan raihan 8 emas, 5 perak, dan 7 perunggu. Di peringkat kedua, ada penembak Kalsel dengan 5 emas, 2 perak, dan 6 perunggu.
Namun, Maulan menilai, Jabar menjadi juara lantaran baru saja mendatangkan tiga penembak dari dua provinsi berbeda. Mereka adalah Anang Yulianto dan M. Sholeh dari Riau serta penembak asal DKI Jakarta Sony Prabowo.
’’Kalau tidak ada mereka, Jabar mungkin tidak menjadi juara umum. Tapi, kami tetap bangga meski hanya peringkat ketiga. Sebab, boleh dibilang kami menjadi satu-satunya provinsi yang atletnya murni dari pembibitan sendiri,’’ bebernya.
Dari ajang di Balikpapan, Maulan juga mengantongi banyak catatan yang akan menjadi evaluasi pembinaan selama setahun terakhir. Di sisi lain, perubahan sistem poin dibandingkan PON 2012 tak kalah menjadi perhatian. (okt/c17/dns)