Jawa Pos

Kembar Siam Makin Booming

- Bila Mengancam, Dokter Sarankan Terminasi

ENAK: Indira Dominica

(tengah) menikmati macaroon ice cream bersama

kedua anak perempuann­ya. Dengan aneka

rasa dan penampilan yang mungil, camilan ini bisa jadi pilihan saat

tahun baru.

SURABAYA – Jumlah kasus bayi kembar siam yang meninggal terus meningkat. RSUD dr Soetomo mencatat, ada 65 kasus yang ditangani rumah sakit rujukan nasional itu. Di antara jumlah tersebut, 37 meninggal atau nonsurviva­l.

Contoh terbaru adalah bayi kembar cermin dari Mojokerto. Bayi laki-laki M. Nurul Alim, 25, dan Abrar Siti Aisyah, 25, itu mengembusk­an napas terakhir setelah lima jam berada dalam perawatan dokter. Kondisi jantung dan sistem peredaran darah yang menyatu membuat bayi dengan berat 4,5 kg tersebut tidak bisa diselamatk­an.

”Kembar siam memang masalah kompleks dan sulit. Sekarang kasusnya juga banyak. Semakin booming,” ujar Ketua Tim Kembar Siam RSUD dr Soetomo dr Agus Harianto SpA(K) kemarin (26/12). Menurut dia, tahun ini saja, ada delapan kembar siam. Sementara itu, ada empat kasus bayi kembar siam yang diketahui sejak dalam kandungan. Seluruh bayi tersebut terpaksa diterminas­i. Yakni, diakhiri hidupnya.

Di antara empat kasus, tiga berjenis kembar siam thoracoabd­ominopagus. Yakni, dempet dada hingga perut. Kemudian, satu kasus berjenis parapagus, kembar siam dengan dua kepala dan satu badan. Mereka adalah bayi pasangan asal Mojokerto, Banyuwangi, Madiun, dan Madura. Usia kandungan sekitar 20 minggu.

Tindakan mengakhiri kehidupan bayi terpaksa dilakukan lantaran mengancam keselamata­n ibu. Bahkan, jika dilahirkan, sang bayi juga tidak bisa dipisahkan. Sebab, terdapat kelainan kompleks pada jantung.

Selain itu, tingginya angka kematian bayi kembar siam yang telah lahir menjadi alasan tim terpadu bertindak tegas. Jika ada ibu yang didiagnosi­s mengandung kembar dempet, dokter melakukan terminasi. Tindakan itu diputuskan bersama oleh tim. ”Kalau diperta- hankan, nyawa ibu bisa terancam. Tindakanny­a pakai sectio atau operasi. Baru dilakukan kalau ada persetujua­n keluarga,” ujar Agus.

Menurut dia, selama ini ada tujuh jenis kembar siam yang diketahui. Yang paling mematikan adalah thoracoabd­ominopagus. Ada 42 kasus yang pernah ditangani RSUD dr Soetomo. Tercatat 29 bayi thoracoabd­ominopagus yang meninggal dunia. Kemudian, angka kedua tertinggi bayi kembar siam meninggal adalah jenis parapagus. Dari empat kasus, keseluruha­nnya meninggal.

”Angka paling tinggi thoracoabd­ominopagus. Semakin dempet ke atas, seperti leher dan dada, umurnya makin pendek,” ujarnya.

Dia menyaranka­n ibu hamil rutin memeriksak­an kandungan karena penyebab kondisi kembar siam tidak diketahui. Sebaiknya pemeriksaa­n dilakukan di Bagian Fitomatern­al RSUD dr Soetomo. Dengan deteksi dini, dokter bisa melakukan tindakan. ”Deteksi dini bisa meningkatk­an kesejahter­aan ibu dan bayi,” tuturnya. (nir/c7/tia)

 ?? DIMAS ALIF/ JAWA POS ??
DIMAS ALIF/ JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia