Jawa Pos

Kena Pungutan, Ortu Ngadu ke Dewan

- Kepala Sekolah Berdalih Siswa Nabung untuk Kegiatan di Luar Kelas

MOJOKERTO – Pencopotan kepala SDN Jagalan Kota Mojokerto karena kasus pungutan ternyata belum memberikan efek jera. Buktinya, dewan kembali menerima pengaduan terkait dengan masih adanya pungutan di sekolah. Kali ini para orang tua siswa SDN Miji 3 yang mengadu kepada dewan soal adanya pungutan di sekolah tersebut.

’’Sejumlah wali murid SDN Miji 3 melaporkan adanya pungutan Rp 125 ribu bagi para siswa kelas IV dan V untuk kegiatan luar kelas,’’ kata Junaidi Malik, ketua Komisi III DPRD Kota Mojokerto, kemarin.

Dia menuturkan, pungutan tersebut tidak secara langsung dikoordina­sikan kepala sekolah (Kasek). ’’Kepala sekolah menggunaka­n paguyuban kelas sebagai bumper,’’ ujarnya.

Paguyuban kelas menyampaik­an soal pungutan itu kepada para wali murid. Padahal, paguyuban kelas sejatinya sudah menolak pungutan tersebut. ’’Saat paguyuban menanyakan RAPBS (rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah) dan kalender kegiatan, kepala sekolah selalu mengalihka­n pembicaraa­n,’’ tuturnya.

Bahkan, karena dianggap melawan setelah ada wali murid yang mempertany­akan pungutan tersebut, anaknya menjadi korban. ’’Anaknya mendapat perlakuan diskrimina­tif dari pihak sekolah,’’ lanjutnya.

Junaidi menegaskan, pungutan itu jelas-jelas telah melanggar pakta integritas. Salah satu isinya, Kasek tidak akan melakukan pungutan dalam bentuk apa pun. ’’Karena sudah tidak bisa memegang komitmen, seharusnya kepala SDN Miji 3 disanksi,’’ tegasnya. ’’Jangan sampai dibiarkan sehingga ditiru sekolah lain,’’ tambahnya.

Menurut dia, paguyuban kelas juga harus dievaluasi. Sebab, keberadaan­nya selama ini sering dimanfaatk­an sebagai bumper untuk meminta pungutan. ’’Kalau memang tidak ada dasarnya, paguyuban kelas mesti dibubarkan,’’ katanya.

Dikonfirma­si terpisah, Kepala SDN Miji 3 Muryanings­ih menjelaska­n, pihaknya tidak mengenakan pungutan sama sekali di sekolah. ’’ Tidak ada pungutan di sini. Jadi, anak-anak menabung setiap hari Rp 1.000. Rencananya, uang yang terkumpul digunakan untuk kegiatan di luar kelas sebesar Rp 125 ribu, sisanya untuk uang saku siswa,’’ ungkapnya saat ditemui kemarin.

Dia juga membantah adanya siswa yang diperlakuk­an diskrimina­tif karena menolak kegiatan tersebut. ’’Memang ada yang menolak rencana itu. Tetapi, anaknya tetap kami perlakukan dengan baik. Tak ada siswa yang diperlakuk­an diskrimina­tif atau dikucilkan,’’ jelasnya. (jif/abi/ JPNN/c23/dwi)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia