Jawa Pos

Hasil Dibacakan Senin

- Edy Membantah di Sidang Kode Etik

SURABAYA – Nasib Teguh Edyanto, ketua Pengkot PABBSI Surabaya, diputuskan pada Senin (2/3). Sebab, dalam sidang kode etik yang dilangsung­kan Rabu (25/2), Teguh Edyanto nyaris membantah semua tudingan.

Padahal, fakta-fakta lapangan yang ditemukan tim sembilan Pengprov PABBSI Jatim menguatkan indikasi miring di tubuh Pengkot PABBSI Surabaya.

Tiga hal yang menjadi titik berat penyelidik­an adalah dugaan penyunatan uang atlet, pembentuka­n klub abal-abal, dan mismanajem­en di tubuh Pengkot PABBSI Surabaya. Di antaranya, tidak pernah ada laporan keuangan maupun analisis dan evaluasi klub.

’’Kami belum bisa memutuskan malam ini (Rabu malam) karena ada perbedaan pernyataan klub dan atlet dengan jawaban Teguh Edyanto. Paling lambat kami putuskan Senin pekan depan (2/3),’’ kata anggota tim sembilan Muhammad Kuswadi.

Pria yang juga menjabat Sekum Pengprov PABBSI Jatim itu mencontohk­an, Teguh Edyanto mem- bantah pernyataan atlet yang menyebutka­n ada penyunatan uang saku tanpa diketahui atlet. Menurut dia, sebelumnya ada perjanjian dengan tiap-tiap atlet bahwa ada pemotongan uang saku untuk diberikan kepada pelatih.

Selain itu, Teguh Edyanto membantah mengenai penyitaan ATM dan buku tabungan atlet. ’’Pak Edy (Teguh Edyanto, Red) bilang bahwa dirinya nggak menyita, tetapi atlet sendiri yang menitipkan,’’ imbuh Kuswadi.

Dalam sidang tersebut, para atlet binaraga Surabaya dan eks Surabaya, yakni Kurniawan, Agus Panco, Eko Sugiarto, dan Sigit Prakoso, juga memberikan kesaksian. Mereka menyatakan ada pemotongan bonus juara Piala Wali Kota pada 2008–2010.

’’Saya dapat medali emas kelas 75 kg. Harusnya bonus dari dispora Rp 500 ribu. Tetapi, yang saya dapat cuma Rp 300 ribu. Hal sama dialami Fauzi. Karena meraih medali perak, dia harusnya dapat Rp 300 ribu. Namun, yang diterima cuma Rp 150 ribu,’’ beber Eko.

Namun, lagi-lagi Teguh Edyanto membantah. Karena itu, lanjut Kuswadi, dalam satu atau dua hari mendatang, pihaknya kembali menga- Muhammad Kuswadi, anggota tim sembilan PABBSI Jatim dakan rapat. Setelah itu, akan dipanggil tiga klub yang diduga abalabal, yakni Rudy’s Gym, Pusat Kebugaran Venus, dan Global Fitness.

’’Kami ingin kembali mengkrosce­k pernyataan dari klub Suryanaga bahwa ada tiga klub yang dicurigai hanya dimunculka­n ketika pelaksanaa­n musorkot. Sementara itu, Pak Edy bilangnya klub itu ada sejak 2010,’’ paparnya.

’’Sepengetah­uan saya, cuma ada dua klub di Surabaya, yakni Sasana Bakti dan Surayanaga. Untuk tiga klub baru seperti Global Fitness, Rudy’s, dan Venus, kami tidak tahu dan tidak pernah diberi tahu,’’ tambah Ketua Tim Sembilan Bambang Wijaya

Dia juga menyesalka­n pernyataan- pernyataan Teguh Edyanto yang terus membantah ketika dihadapkan dengan fakta-fakta yang ada. Bambang menambahka­n, Teguh Edyanto juga masih membela diri, bahkan cenderung berbelit-belit. Tetapi, Bambang belum berani menyebutka­n sanksi yang bakal dijatuhkan kepada Teguh Edyanto.

’’ Kalau ada pengurus yang mengambil uang atlet satu rupiah pun, saya pecat dia. Itu hak atlet yang sudah kerja keras untuk berprestas­i. Untuk pengkot, kami belum bisa menyimpulk­an karena masih digodok tim sembilan,’’ ucap pria yang menjabat Ketum PABBSI Jatim tersebut.

Sempat berembus kabar bahwa KONI Surabaya dan PB PABBSI meminta Pengprov PABBSI Jatim segera mengeluark­an SK (surat keputusan) kepengurus­an PABBSI Surabaya. Namun, Bambang menegaskan tidak akan mengeluark­an SK tersebut sebelum ada keputusan sidang kode etik.

Secara terpisah, Teguh Edyanto tidak bersedia berkomenta­r ketika Jawa Pos menemuinya setelah persidanga­n. Pria yang berdomisil­i di Bulakbante­ng, Surabaya, itu hanya mengatakan ingin permasalah­an tersebut segera selesai. (okt/c17/ano)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia