Ekonomi Melambat, Saatnya Investasi
Wapres JK Janjikan Rebound, Tumbuh Lagi di Atas 5 Persen
JAKARTA – Rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi pada Triwulan I 2015 memantik kekhawatiran ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini bakal tumbuh di bawah 5 persen. Namun, Wakil Presiden Jusuf Kalla ( JK) punya kalkulasi lain.
Menurut Wapres, tahun ini ekonomi Indonesia menghadapi tantangan berat dari faktor global. Meski demikian, dia optimistis ekonomi Indonesia akan segera bangkit ( rebound). ”Jadi, tentu (pertumbuhannya) di atas 5 persen,” ujarnya setelah menjadi pembicara dalam Institute International Finance (IIF) Asian Summit 2015 di Jakarta kemarin (7/5)
Sebagaimana diketahui, Selasa lalu (5/5) Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi triwulan I 2015 yang hanya 4,71 persen ( year-on-year/ dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya). Angka itu mengejutkan karena banyak pihak berharap ekonomi Indonesia bisa membaik di era pemerintahan baru Jokowi-JK.
Realisasi 4,71 persen memang bisa membuat kening berkerut. Selain pertumbuhan triwulanan terendah setelah 2009, angka itu berarti mengonfirmasi laju ekonomi Indonesia yang terus melambat sejak triwulan II 2011. Setelah ekonomi tumbuh 6,58 persen pada triwulan tersebut, grafik laju pertumbuhan memang terus turun.
JK yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia bisnis sepertinya paham betul kekhawatiran tersebut. Karena itu, dia berusaha mengajak para pelaku usaha untuk melihat dari perspektif yang berbeda. ”Ekonomi melambat karena harga komoditas melemah, itu justru peluang bagus,” katanya.
Politikus senior yang sukses membangun kerajaan bisnis Kalla Group di sektor otomotif, keuangan, konstruksi, transportasi, logistik, hingga energi itu menyebutkan, harga komoditas yang rendah sama dengan harga bahan baku yang murah sehingga menurunkan komponen biaya produksi. ”Karena itu, inilah saat tepat berinvestasi,” ucapnya mantap di depan ratusan eksekutif dari dalam dan luar negeri.
Menurut JK, dampak keputusan pemerintah yang memangkas belanja subsidi untuk dialihkan ke belanja infrastruktur akan segera terlihat dalam waktu dekat. Karena itu, dia optimistis ekonomi Indonesia akan kembali bergerak naik. ”Tiga empat tahun lagi (ekonomi Indonesia) akan tumbuh pesat.”
Dengan kondisi tersebut, pelaku usaha yang saat ini menggelontorkan modal investasi akan menangguk untung saat investasinya mulai masuk tahap operasional seiring kembali bergairahnya ekonomi domestik. Sebaliknya, pelaku usaha yang menunda investasi akan ketinggalan start. ”Dua tahun lagi kami sudah targetkan (ekonomi tumbuh) 7 persen,” ujarnya.
Belanja Pemerintah JK pun memastikan belanja pemerintah yang sepanjang awal tahun ini masih rendah bakal digenjot melalui pembangunan infrastruktur. Dia mengakui, pada periode Januari–Maret, proyek-pro- yek baru memasuki tahap lelang sehingga belum ada dana yang mengucur. ”Tapi, Mei ini proyekproyek perumahan, jalan tol, irigasi, semua mulai jalan, harus sudah jalan,” ucapnya.
Namun, menggenjot proyek infrastruktur untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi bukan pekerjaan mudah. Karena itu, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro pun mulai realistis bahwa target pertumbuhan ekonomi 5,7 persen yang dipatok dalam APBN Perubahan 2015 akan sangat sulit dikejar. ”Tapi, tetap di level 5 persen ke atas,” ujarnya.
Sementara itu, dalam laporan terbaru, International Monetary Fund (IMF) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia melemah. Menurut Deputi Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Kalpana Kochlar, realisasi 4,71 persen pada triwulan I 2015 mengindi- kasikan ekonomi akhir tahun bisa lebih rendah daripada proyeksi 5,2 persen yang sebelumnya dibuat IMF. ”Sekarang mungkin hanya pada kisaran 5 persen,” ujarnya.
Kochlar mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 di negara-negara yang bergantung pada harga minyak dunia pasti berada di bawah ekspektasi. Salah satunya Indonesia. ”Ini karena faktor turunnya ekspor,” katanya.
Ekonom yang juga Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati mengatakan, pertumbuhan yang hanya mampu menyentuh angka 4,71 persen memang mengejutkan. Sebab, proyeksi awal masih di kisaran 5 persen atau paling rendah 4,9 persen. ”Karena itu, tahun ini akan cukup berat,” ujarnya.
Menurut Enny, saat kinerja eks- por sebagai salah satu mesin pertumbuhan ekonomi belum bisa diandalkan, pemerintah semestinya bergerak cepat untuk menggenjot belanja modal melalui proyek infrastruktur. ”Itu kuncinya. Kalau pemerintah gagal di belanja modal, susah untuk mendorong ekonomi naik lagi,” katanya.
Bambang Brodjonegoro mengakui, sepanjang triwulan I 2015, proyek-proyek infrastruktur memang belum berjalan. Namun, Mei ini berbagai proyek mulai diluncurkan. Misalnya, program sejuta rumah, ruas tol trans-Jawa, tol transSumatera, dan proyek bendungan di berbagai daerah. ”Jadi, belanja pemerintah akan segera naik.”
Selain itu, dalam beberapa bulan lagi ada event besar seperti bulan Ramadan, Lebaran, pemilihan kepala daerah, Natal, dan liburan akhir tahun. ”Itu semua akan mendorong konsumsi rumah tangga,” jelasnya.
Mantan kepala Badan Kebijakan Fiskal itu juga banyak berharap dari investasi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Dia mengatakan, hingga saat ini Indonesia masih menjadi negara yang menarik bagi investor asing.
Apalagi, pemerintah telah mengeluarkan banyak fasilitas yang memudahkan proses investasi di Indonesia. Di antaranya, pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) dan fasilitas tax allowance yang telah diberlakukan pada 6 Mei. ”Saat ini tawaran investasi lebih besar daripada tahun lalu. Masih ada peluang investasi yang besar dari pihak asing.” (owi/ken/c10/kim)