Jawa Pos

Presiden Jangan Ikuti Tekanan Politik

Wacana Reshuffle Pengaruhi Kerja Menteri

-

JAKARTA – Isu reshuffle kabinet yang mengalir deras belakangan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Presiden Joko Widodo. Berbagai tekanan politik yang dihadapi agar segera merombak kabinet justru diharapkan menjadi momentum bagi presiden untuk menunjukka­n kualitas leadership- nya.

CEO Saiful Mujani Research and Consulting Djayadi Hanan menegas kan, presiden tidak boleh melaku kan reshuffle hanya berdasar pada te kanan politik

Harus segera ada kepastian. Tidak boleh dibiarkan terlalu lama ketidakpas­tian ini.”

DJAYADI HANAN CEO Saiful Mujani Research and Consulting

Presiden, menurut dia, harus lebih mengedepan­kan kriteriakr­iteria objektif ketika memutuskan merombak kabinetnya.

Sekuat apa pun tekanan politik, kata dia, tetap tidak boleh menjadi pertimbang­an utama ketika hendak menggeser atau mengganti para menteri. ”Oke, presiden kita ini memang orang baru di pentas politik nasional. Tapi, enam bulan saya kira waktu yang cukup untuk bisa memahami,” tutur Djayadi saat dihubungi kemarin (7/5).

Djayadi menambahka­n, situasi saat ini sangat tidak kondusif. Kesimpangs­iuran wacana reshuffle bisamemeng­aruhikiner­japarament­eri. ”Harus segera ada kepastian. Tidak boleh dibiarkan terlalu lama ketidakpas­tian ini,” imbuhnya.

Desakan Partai Saat ini Jokowi berada di luar Jakarta. Hingga 11 Mei 2015, dia melakukan serangkaia­n kunjungan kerja ke sejumlah daerah. Mulai Maluku, Maluku Utara, hingga Papua. Presiden dan rombongan mungkin juga singgah di Papua Nugini.

Rabu lalu (6/5) PDIP membuat gebrakan baru. Mereka mengumpulk­an 33 ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP se-Indonesia ke Jakarta. Para pimpinan partai di daerah itu kemudian diajak menemui Jokowi di istana.

PDIP memang termasuk salah satu elemen di pemerintah­an Jokowi-JK yang aktif bermanuver terkait dengan reshuffle. Belakangan, sejumlah politikusn­ya makin aktif mendorong agar perombakan dilakukan secepatnya.

Slogan ’’lebih cepat lebih baik’’ yang dipopulerk­an Jusuf Kalla pada Pilpres 2009 kembali muncul. ”Daripada membuat kegaduhan politik, untuk apa juga menunggu setelah Hari Raya Idul Fitri, lebih cepat lebih baik,” kata politikus PDIP Falah Amru kemarin.

Rini Cuek Secara terpisah, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, salah seorang yang kerap dituding tidak bekerja efisien, memilih cuek menghadapi­nya. Meski tidak sedikit suara sumbang yang meminta agar dia dicopot sebelum memberikan dampak yang lebih buruk, menteri perempuan di Kabinet Kerja Jokowi-JK itu memilih tidak terlalu memedulika­nnya.

Menurut dia, hanya Presiden Jokowi selaku atasan menteri yang paling tahu kinerja para pembantuny­a. Karena itu, dia tidak mau ambil pusing soal komentar orang lain perihal kinerjanya. ’’Tanggapan saya, nggak ada. Yang menilai adalah atasan saya, yakni presiden,’’ ucapnya.

Lebih lanjut, Rini menjelaska­n, dirinya tidak tahu kenapa disebut memiliki kinerja buruk. Dia perlu tahu untuk menganalis­is tuduhan demi tuduhan secara mendalam. ’’Saya mau tanya, dilihat dari angle mana saya rendah dalam bekerja? Dari sisi apa?’’ imbuhnya. (dyn/ dim/c7/kim)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia