Sinergi Perkebunan-Peternakan
Populasi sapi di Kabupaten Langkat
merupakan yang terbesar di Sumatera.
Hal itu tidak lepas dari keseriusan Bupati Ngogesa Sitepu dalam memberdayakan dan menstimulasi para
peternak.
KOMODITAS unggulan Langkat adalah pertanian, perkebunan, dan peternakan. Tiga bidang itu bisa disinergikan oleh Bupati Langkat Ngogesa Sitepu. Misalnya, menyinergikan perkebunan dengan peternakan sapi potong. Perkebunan di Langkat mencapai ratusan ribu hektare. Sebagian besar milik PTPN dan sebagian lainnya milik swasta atau perorangan. Mayoritas kebun kelapa sawit.
Menurut Ngogesa, dahulu peternak membawa sapinya ke perkebunan agar bisa makan rumput yang tumbuh di antara pohon sawit. Tidak semua perkebunan sawit menerima dengan tangan terbuka kehadiran peternak dan sapinya ke lahan mereka. Ada yang sampai membuat parit besar agar sapi tidak bisa masuk ke area perkebunan. ”Saya ajak dinas peternakan untuk mencari jalan keluar agar para peternak bisa mendapatkan pakan dengan lebih efektif,” kata Ngogesa saat diwawancarai di rumah dinasnya April lalu.
Ngogesa kemudian mengajak peternak membuat kelompok peternak. Setiap kelompok terdiri atas 15–20 orang dengan jumlah sapi 25–30 ekor. Kelompok peternak itu kemudian difasilitasi untuk membuat
kan dang bersama bagi sapi-sapi mereka. Tempatnya bisa di lahan salah satu peternak.
Bupati kemudian menggelontorkan bantuan Rp 300 juta kepada setiap kelompok peternak. Uang itu digunakan untuk membuat kandang yang representatif, membuat pakan, mengolah pupuk organik, dan sebagainya. ”Setidaknya sudah ada 300 kelompok yang merasakan program ini,” kata bupati dua periode itu.
Dengan kandang bersama tersebut, dinas peternakan lebih mudah untuk memantau dan membina mereka. Misalnya, untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan menghitung populasi.
Untuk urusan pakan, pemkab mendekati pemilik perkebunan di Langkat. Pemkab meminta pihak perkebunan memberikan limbah sawit kepada kelompok peternak untuk digunakan sebagai bahan pembuatan pakan sapi. Limbah sawit itu dicampur rumput dan berbagai bahan lain, lalu dibuat konsentrat yang sangat efektif untuk menggemukkan Lahir: Langkat, 30 September 1962 Istri: Nuraida Pendidikan: S-1, Fakultas Hukum Universitas Medan Area Latar Belakang: Pengusaha Wakil Bupati: Sulistiyanto sapi. Pemkab juga meminta perkebunan membantu petani dan peternak melalui program CSR ( Untuk menambah po
pulasi sapi, dinas
SAPI DI LANGKAT Populasi mencapai 170 ribu ekor sapi potong. Diyakini terbesar di antara kabupaten/kota di Pulau Sumatera. Meningkat drastis bila dibandingkan dengan 2009 yang hanya 70 ribu. Pemkab menggalang kerja sama dengan perkebunan untuk pengadaan bahan pakan ternak dari limbah sawit dan tebu. Inseminasi buatan sudah mencapai 30 ribu ekor. peternakan mengembangkan inseminasi buatan. Setiap tahun dinas peternakan mengirim petugas inseminasi buatan ke Bogor, Semarang, atau Singosari (Malang) untuk berlatih. Petugas inseminasi buatan di Langkat kini berjumlah 85 orang. Dari jumlah itu, 30 orang di antaranya berstatus PNS.
”Untuk inseminasi ini, peternak diminta membayar Rp 30 ribu–Rp 50 ribu per ekor. Uang itu membayar insentif petugas inseminasi buatan,” kata lulusan Fakultas Hukum Universitas Mengirim petugas inseminasi untuk belajar ke Bogor, Semarang, dan Singosari (Malang). Distribusi sapi Langkat ke Aceh, Medan, Binjai, Deli Serdang, dan beberapa kota di Sumatera Utara. Membuat kandang sapi bersama dengan paket bantuan Rp 300 juta per kelompok. Mendirikan rumah potong hewan untuk mengurangi pengiriman ternak hidup. Medan Area itu.
Selain itu, pemkab membangun UPT rumah potong hewan. Ke depan, kata Ngogesa, para peternak menjadi produsen daging. Jadi, peternak tidak lagi menjual sapi hidup, tetapi sudah bisa mengirim dalam bentuk daging.
Inovasi Ngogesa di bidang peternakan membuahkan hasil menggembirakan. Kalau saat awal menjabat pada 2009 populasi sapi di Langkat hanya 70 ribu ekor, tahun lalu populasinya mencapai 170 ribu ekor. ”Target saya pada 2019 melebihi 200 ribu ekor.” (c6/tom)