Menjadi Kiblat Islam Dunia
INSYA Allah tiga bulan lagi masyarakat Jawa Timur menjadi tuan rumah perhelatan Muktamar Ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang. Tepatnya 1–5 Agustus 2015 atau 15–19 Syawal 1436 Hijriah. Muktamar adalah permusyawaratan tertinggi di organisasi NU. Selain mendengarkan pertanggungjawaban dan pemilihan pengurus, muktamar membahas persoalan keagamaan dan kemasyarakatan. Juga persoalan yang diprediksi menjadi masalah pada masa yang akan datang.
Karena itu, muktamar ke-33 tersebut memiliki nilai yang sangat strategis. Pertama, Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) pun sudah berada di depan mata dan menuntut adanya daya tahan, daya saing, serta kesiapan dalam berbagai bidang. NU merupakan salah satu entitas utama civil society bangsa ini.
Kedua, NU memiliki metode pemikiran dan pemahaman ( manhajul fikri) Islam ahlussunnah wal jamaah yang fondasi gerakan keimanan dan keagamaannya sudah tertanam kuat di bumi pertiwi ini selama ratusan tahun. Akulturasi Islam Wali Sanga mempertemukan antara kesucian risalah Nabi Muhammad dan kearifan lokal Nusantara. Islam Nusantara sekarang telah menjadi fokus perhatian dunia internasional sebagai kiblat Islam dunia. Apalagi, saat ini di Timur Tengah terjadi kerumitan dan konflik berkepanjangan antarfaksi Islam.
Islam ala NU telah diakui dunia dan dijadikan model konsepsi relasi antara agama dan negara. Fakta tersebut tentu membanggakan kita di tengah kompetisi ideologi dunia. NU harus melindungi warganya dari pengaruh perang ideologi, mulai yang ekstrem kanan, puritan, hingga ekstrem kiri yang liberal. Konsepsi sikap bermasyarakat NU yang toleran (tasamuh), moderat ( tawassuth), dan penyeimbang ( tawazun) dengan dasar keadilan ( i’tidal) kali ini menemui elan vitalnya.
Internasionalisasi Islam ahlussunnah wal jamaah (aswaja) itulah yang diperjuangkan PB NU dalam muktamar mendatang dengan mengusung tema Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia.
*) Ketua PW NU Jawa Timur