Vietnam-Malaysia Saingi Mebel RI
SURABAYA – Industri mebel, tampaknya, perlu menggenjot kualitas menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sebab, daya saing produk Indonesia kalah jika dibandingkan dengan dua negara tetangga, Vietnam dan Malaysia.
Dari sisi ekspor, misalnya, Indonesia hanya mampu menjual produk mebel ke pasar internasional senilai USD 2 miliar per tahun. Sebaliknya, ekspor mebel Vietnam dan Malaysia masingmasing senilai USD 3 miliar dan USD 5,2 miliar per tahun.
’’Ada tiga faktor yang mengakibatkan industri mebel Indonesia kalah oleh Vietnam dan Malaysia,’’ kata Ketua Asosiasi Mebel dan Keraji- nan Indonesia (AMKRI) Jatim Nur Cahyudi kemarin (7/5).
Pertama, ketergantungan impor aksesori mebel seperti engsel yang masih sebesar 80 persen dari Tiongkok. Bahan pendukung untuk pembuatan mebel seperti cat dan karton juga masih impor.
Nur Cahyudi menyatakan, pemerintah seharusnya mendorong tumbuhnya industri untuk aksesori dan bahan pendukung mebel di Indonesia. Tumbuhnya industri aksesori mebel, karton, dan cat dapat turut meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
Kedua, mesin untuk produksi mebel di Indonesia masih kalah canggih oleh mesin yang digunakan Malaysia maupun Vietnam. ’’Makin canggih mesinnya, kualitas yang dihasilkan makin bagus,’’ ungkap pria yang juga sekretaris Forum Komunikasi Asosiasi (Forkas) Pengusaha Jatim tersebut.
Ketiga, suku bunga kredit yang tinggi berpengaruh terhadap biaya industri mebel. Akibatnya, harga jual mebel Indonesia lebih mahal bila dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam. Suku bunga kredit di Indonesia sebesar 7,5 persen, sedangkan Malaysia 5 persen dan Vietnam hanya 3 persen. Hasilnya, dengan kualitas yang sama, harga jual mebel Indonesia selisih hampir 20 persen atau lebih mahal ketimbang buatan Malaysia dan Vietnam. (vir/c14/agm)