Vaksin Cegah Meningitis
MENINGITIS memang bisa menjangkiti siapa saja. Tengok saja almarhum Olga Syahputra yang akhirnya pergi ke alam baka. Namun, penyakit tersebut sejatinya bisa dicegah. Itu dijelaskan dalam seminar bertema Masih Perlukah Imunisasi untuk Bayi dan Anak: Meningitis Bisakah Dicegah?. Seminar itu diadakan di RSIA Kendangsari MERR pada 25 April.
Dokter Dini Adityarini SpA, narasumber, menjelaskan bahwa meningitis disebabkan bakteri Streptococcus pneumoniae. ”Bakteri itu bahkan ditemukan di tenggorokan dan rongga hidung orang sehat,” ujarnya. Streptococcus pneumoniae masuk ketika seseorang menghirup udara yang mengandung bakteri tersebut. ”Bisa dari batuk atau bersin orang lain juga,” tambah Dini.
Apabila seseorang tidak memiliki daya tahan kuat terhadap bakteri, bakteri akan menyebar dan mengakibatkan penyakit. ”Kalau sampai ke paru-paru menyebabkan pneumonia, ke darah menyebabkan sepsis, dan kalau sampai ke selaput otak menyebabkan meningitis,” jelas Dini.
Dini menambahkan bahwa gejala meningitis awalnya sulit didiagnosis hingga tahap yang lebih lanjut. ”Awalnya mungkin hanya demam, muntah, dan kejang,” ujarnya. Pada tahap yang lebih berat, penderita akan kehilangan kesadaran. Ke depannya, penderita mengalami cacat fisik, gangguan fungsi tubuh, bahkan kematian. ”Untuk lebih amannya, begitu merasa ada yang salah dengan kondisi fisik, segara bawa ke dokter,” ujar Dini.
Berdasar sebuah hasil studi, saeu di antara empat anak meninggal karena meningitis. Golongan usia yang rentan terjangkit 0–1 tahun. Untuk menangani itu, diperlukan vaksin PCV ( pneumococcus vaccine). ’’Untuk pencegahan, anak perlu diberi vaksin PCV tiga kali, yakni pada 2, 4, dan 6 bulan,” ujar Dini. Selanjutnya, anak dapat menerima vaksin sekali lagi pada usia 12 hingga 15 bulan. Bagi yang berusia di atas 2 tahun, vaksin cukup diberikan sekali. Vaksin PCV itu bisa didapatkan di rumah sakit dengan biaya Rp 500 ribu–Rp 800 ribu. (len/c10/dos)