Panas Menuju Etape Neraka
Juara Bertahan Tembus Tiga Besar
BANYUWANGI – Persaingan perebutan juara International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) 2015 semakin panas. Para pembalap yang pada etape pertama belum memamerkan kebolehannya mulai unjuk gigi di etape kedua kemarin (7/5). Sebab, etape kedua yang berlangsung sepanjang 145,7 km (RTH MaronTaman Blambangan) tersebut melintasi dua tanjakan berat.
Dua tanjakan itu adalah tanjakan kategori 4 di Pendarungan dan kategori 2 di Kalibendo. Dua tanjakan tersebut membuat rombongan pembalap terpecah-pecah. Peloton alias rombongan besar pembalap tidak kuasa mengejar para yang melakukan (kabur).
Karena itu, rombongan terdepan didominasi para pembalap berkarakter climber. Mereka terdiri atas 12 pembalap yang berusaha sejak kilometer ke33. Formasi 12 pembalap itu pun mulai kocar-kacir di tanjakan pertama di Pendarungan. Saat mendaki tanjakan yang lebih berat di Kalibendo, formasi 12 rider tersisa hanya tiga orang. Yaitu, Peter Pouly (Singha Infinite), Benjami Reverter (Matrix Powertag), dan Edgar Lemos Pinto (Skydive Dubai).
Mereka pun mampu menjaga jarak dari peloton. Pouly, Reverter, dan Pinto yang saling adu sprint saat balapan menyisakan 500 meter terakhir. Reverter yang lebih memiliki sprint power mengklaim kemenangannya diikuti Pinto dan Pouly.
’’Saya tidak kecewa dengan hasil ini. Kami memang memberikan yellow jersey pada tim lain. Tapi anda tahu, hasil ini sangat menunjang etape selanjutnya. Saya berhasil memotong banyak waktu. Besok (hari ini, Red) merupakan momen terberat dan saya menginginkan kemenangan,’’ ujar Pouly kepada Jawa Pos.
Optimisme Pouly itu berdasar pengalamannya tahun lalu. Pembalap asal Prancis tersebut menjadi juara setelah unggul 55 detik pada etape ketiga di general classification. Karena itu, tidak berlebihan jika juara ITdBI tahun ini bisa dipastikan di etape ketiga yang berlangsung hari ini (8/5).
Mereka menciptakan gap mencapai 49 detik dari para pembalap di belakangnya. Pemegang yellow jersey Cheung King Lok (HKSI) termasuk di rombongan berikutnya. Tetapi, selisih waktu King Lok dengan pembalap berikutnya kini hanya lima detik.
’’Etape besok lebih berat jika dibandingkan dengan etape ini. Hari ini saja saya cukup beruntung bisa menyelesaikan etape ini berkat bantuan rekan setim,’’ terang King Lok pesimistis.
Wajar jika King Lok pesimistis. Queen stage (etape penentuan) di etape ketiga ITdBI merupakan salah satu rute tanjakan balap sepeda tersadis di Asia ( hors categorie). Terlebih, pesaing terdekat King Lok di GC adalah pembalap bertipe climber. (rif/c4/ady)