Telkom Terbitkan Obligasi Rp 12 Triliun
JAKARTA – PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) memilih menerbitkan surat utang (obligasi) senilai total Rp 12 triliun. Angka tersebut terutama digunakan untuk pengembangan jaringan serta merger and acquisition (M&A). Tahap pertama diterbitkan Rp 7 triliun dan bakal menjadi obligasi korporasi pertama yang memiliki tenor paling panjang, yaitu 30 tahun.
Obligasi tahap pertama ini sudah mendapat pernyataan yang efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan akan mulai penawaran umum pada Juni 2015. Jangka waktu jatuh tempo (tenor) obligasi itu ditawarkan mulai 7 tahun, 10 tahun, 15 tahun, hingga 30 tahun.
Yang bertindak sebagai penjamin emisi adalah PT Bahana Securities, PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Trimegah Securities. ”Untuk Telkom, tenor 30 tahun ini memanglah yang pertama. Dan di Indonesia juga obligasi korporasi pertama yang menawarkan tenor 30 tahun,” kata Direktur Investment Banking Bahana Securities Novita Lubis saat due diligence meeting and public expose di Jakarta kemarin.
Untuk tenor 7 tahun, kupon yang ditawarkan sekitar 8,91 persen hingga 10,16 persen. Tenor 10 tahun menawarkan kupon dengan bunga 8,96 persen sampai 10,31 persen. Tenor 15 tahun ditawarkan di kisaran 9,21 persen hingga 11,01 persen, dan tenor 30 tahun sekitar 9,55 persen sampai 11,55 persen.
Direktur Keuangan TLKM Heri Sunaryadi menyatakan, saat ini perseroan gencar membangun infrastruktur telekomunikasi yang meliputi jaringan Broadband, Backbone, Metro & RMJ, serta IT Application & Support.
Penerbitan obligasi dipilih karena sifatnya jangka panjang sesuai dengan penggunaan hasil dananya yang sebesar 87 persen untuk pembangunan infrastruktur yang juga jangka panjang. ”Kami punya keyakinan dan tentu setelah mempertimbangkan cash flow serta kondisi keuangan secara umum. Investor pasti mempertimbangkan bahwa rating kami triple A (AAA) adalah safe (aman),” ungkap Heri. (gen/c22/tia)
– Tren perdagangan dunia yang menuju ke arah pasar bebas tidak membuat pelaku industri di tanah air khawatir. Mereka justru bertekad mengalahkan dominasi Tiongkok yang saat ini menguasai pasar internasional. Salah satu caranya adalah menerapkan strategi penguatan merek produk Indonesia.
CEO PT Kelola Mina Laut Moch Najikh menyatakan, peredaran produk Tiongkok sangat sulit dibendung di pasar ekspor. Meski begitu, dia yakin produk Indonesia mampu menggeser produk Tiongkok jika pengusaha nasional memiliki strategi yang tepat. ’’Tiongkok tidak bisa dibendung, tapi kita harus bisa lebih kompetitif ketimbang mereka,’’ ujarnya pada sela Indonesia Brand Forum kemarin (20/5).
Caranya, lanjut Najikh, produkproduk ekspor Indonesia harus diproduksi secara masal ( mass production) untuk menurunkan harga jual. Meski begitu, harga jual lebih dulu harus disesuaikan dengan harga pasaran di dunia. ’’Harga dunia dikurangi profit. Nah, itu batasan untuk menentukan biaya produksi. Jangan sampai di atas itu agar masih bisa bersaing dengan Tiongkok,’’ tutur dia.
Selain itu, Najikh meminta pengusaha-pengusaha besar menggandeng pengusaha usaha kecil dan menengah (UKM) dalam menghadapi era pasar bebas. Namun, dia berharap para UKM dapat menjamin kesinambungan produksi. ’’Ba-