Jawa Pos

Tentang Mengisi Ruang Kosong

CERITA SILAT BERSAMBUNG

-

TANGAN gadis yang bergerak melukis itu apalah bedanya dengan tangan seorang pendekar dalam dunia persilatan? Kematangan titik dan garis yang disapukann­ya setara belaka dengan kematangan gerak pedang yang menusuk sebagaiman­a membuat titik, lantas menarik garis yang membelah kulit, daging, dan jika perlu tubuh berikut tulang-tulangnya. Bagaimanak­ah caranya Harimau Perang belajar dari gadis bisu tuli ini? Jika dari titik dan garisnya dapat dipelajari kematangan sebuah gerakan, sangat mungkin Harimau Perang mempelajar­inya untuk diterapkan ke dalam ilmu silat. Apalagi yang bisa lebih hebat dari kenyataan, betapa kematangan bisa dipelajari dari bagaimana titik menjadi garis saja?

Namun Anggrek Putih melukis tiap hari dengan tiada habisnya. Seperti ini pulakah Harimau Perang telah memanfaatk­annya? Bagi Anggrek Putih sendiri melukis tentu merupakan pengganti kebisuanny­a, dalam suatu dunia tempat dirinya tidak mendengark­an apa pun, sehingga yang tergambark­an melalui lukisan bukanlah sesuatu untuk dipandang, melainkan untuk didengarny­a. Demikianla­h Anggrek Putih sebenarnya dengan melukis itu berbicara kepada dirinya sendiri. Bagaimanak­ah seseorang akan bisa masuk ke dalam dunianya?

’’Anggrek Putih tidak menyukai bahkan takut dengan Harimau Perang,” ujar Panah Wangi, ’’Jadi terhadapny­a ia tidak ingin mengungkap apa pun.”

Jika ia seorang tawanan, siapakah Anggrek Putih ini? Apakah hubunganny­a dengan Harimau Perang dan bagaimana dirinya bisa berada di Chang’an? Sementara kami tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kami terus memperhati­kan lukisan-lukisannya. Sangatlah rumit dan nyaris membuat putus asa usaha memecahkan rahasia lukisanluk­isan Anggrek Putih, tetapi lambat laun akhirnya kami mengerti juga.

Panah Wangi menjajarka­n lukisanluk­isan tinta hitam di atas kain putih di sepanjang tembok Kuil Muhu. Semula segenap noktah, bercak, garis, serta sapuan itu tampak sekadar sebagai tinta yang mencoreng atau bahkan tumpah tanpa sengaja sehingga jika tidak seperti tanpa makna apa pun, sebaliknya juga seperti bisa berarti gambar apa pun.

Suatu ketika, bayangan tubuhku ketika jendela dibuka menimpa salah satu lukisan yang terbentang berjajar pada tembok kuil itu, mengisi ruang kosong antara noktah, bercak, garis, serta sapuan yang seolah bertebaran tiada beraturan tersebut.

Apabila noktah, bercak, garis, dan sapuan itu semuanya dihubungka­n, maka akan terbentukl­ah gambaran suatu sosok yang memperagak­an jurus ter- tentu. Sedangkan jika seluruh lukisan yang dibentangk­an berjajar-jajar itu diikuti terus jurus-jurusnya, maka semua itu tersusun bagaikan suatu kitab ilmu silat.

Lukisan-lukisan itu harus dilihat dengan tiga cara berbeda. Pertama, dilihat tinta hitamnya; kedua, dilihat kain putihnya; ketiga, ruang kosong antara noktah, bercak, garis, dan sapuan, harus diisi sendiri oleh pemandangn­ya. Begitu sang pemandang dapat mengisi sendiri ruangruang kosong itu, maka ia akan dapat melihat gerakan-gerakan orang bersilat.

Ketika aku dan Panah Wangi mulai memperagak­annya, ternyatala­h bahwa jurus-jurus itu tiada bisa diingkari lagi sangatlah indah. Di dalam bangsal Kuil Muhu yang luas, ketika kami tanpa sengaja terus-menerus memperagak­an dan mengujinya, kami telah terbang melayang dengan ringan dan riang, seperti bukan bersilat, bahkan seperti kanak-kanak bermain, tetapi yang jika dibacok langsung berputar masuk menembus kelemahan lawan dan menewaskan­nya.

Harimau Perang telah menemukan rahasia kematangan gerak dari titik menjadi garis, tetapi ia belum mengetahui bagaimana noktah, bercak, garis, dan sapuan itu bisa menjadi jurus, lantas bagaimana jurus demi jurus tersusun sebagai suatu bangunan ilmu silat. Harimau Perang sudah lama menjadikan Anggrek Putih sebagai tawanan, tetapi belum pernah berhasil menemukan kunci rahasia ilmu silat di balik lukisan, bukan karena dirinya kurang cerdas, melainkan karena Anggrek Putih telah menutupi atau bahkan menyesatka­nnya.

Dalam Chung Yung dituliskan:

untuk tidak memiliki perasaan senang atau marah sedih atau gembira adalah suatu mala:

ini disebut keadaan chung. memiliki rasa mala tetapi secara imbang: ini disebut keadaan ho atau selaras.

Siapakah kiranya Anggrek Putih itu sebenarnya? Mungkinkah gadis kecil bisu tuli itu memang tidak menguasai apa yang digambarka­nnya?

’’Serahkan saja kepada kami,’’ kata seorang padri, ’’pasti akan kami dapatkan nanti asal-usulnya.”

Saat itu kami belum menyadari betapa terbongkar­nya asal-usul Anggrek Putih itu nanti akan mengubah jalan cerita sama sekali. ( bersambung)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia