Memarahi Lionel Messi Jadi Kenangan Manis Musim Ini
Jika Barcelona berhasil meraih (tiga gelar) pada akhir musim 2014–2015, itu akan menjadi kado perpisahan yang indah buat Xavi Hernandez. Perpisahan? Ya, Xavi yang menghuni Camp Nou (markas Barcelona) sejak berusia 11 tahun harus hengkang akhir musim nan
treble winners
PENYERAHAN trofi juara Primera Division akhir pekan ini akan menjadi momen paling berkesan bagi Xavi Hernandez. Sebab, itu bukan hanya trofi kedelapan Primera Division sepanjang karirnya bersama Barca, julukan Barcelona. Tetapi juga menjadi gelar Primera Division terakhirnya.
Gelandang 35 tahun itu akan hengkang pada akhir musim. Xavi dikabarkan terbang 5 ribu mil dari Barcelona dan bakal bergabung bersama klub elite Qatar, Al Sadd.
Karena itu, untuk menghormati 24 tahun pengabdiannya di Camp Nou, Barca pun menyiapkan penghormatan khusus bagi Xavi. Menurut AS, Barca sudah mengajukan permintaan kepada Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF). Intinya, mereka meminta restu dari RFEF agar bisa memberikan trofi juara Primera Division kepada Xavi akhir pekan ini.
Tepatnya sebelum pertandingan pemungkas Primera Division mengha dapi Deportivo La Coruna di Camp Nou Sabtu petang waktu setempat ( 23/ 5). Permintaan itu jelas melanggar tradisi. Sebab, biasanya trofi juara di Primera Division diberikan awal musim.
Sama seperti Steven Gerrard yang sudah dilepas Liverpool pekan lalu, Xavi akan mendapat kehormatan serupa. Gelandang bernama lengkap Xavier Hernandez Creus itu menjadi simbol pembinaan di La Masia. Dia bergabung di pembinaan usia dini Barca sejak berusia 11 tahun
Kepastian bakal hengkangnya pemain yang sudah mencatatkan 505 caps bagi Barca tersebut diungkapkan ayahnya, Joaquin Hernandez. Joaquin mengungkapkannya dalam sebuah sesi wawancara di Cope Radio. ’’Walaupun impiannya adalah mengakhiri karir di dunia sepak bola di sini (Barcelona, Red), dia memilih pergi,’’ ujar Joaquin.
Faktor usia menjadi pertimbangan utama. Di usia yang sudah 35 tahun, Xavi akan sulit mengimbangi permainan anak-anak muda Barca. Saat ini rata-rata skuad Barca berusia 26,38 tahun.
Faktor usia pula yang membuat Xavi jarang mendapat kesempatan bermain sebagai starter. Musim ini dia hanya 18 kali menjadi starter. ’’Dari situlah saya merasa bahwa ini saatnya bagi dia (untuk pergi, Red),’’ ujarnya.
Joaquin menilai, Xavi beruntung karena masih ada klub profesional yang bersedia menampungnya di usia senja. ’’Di usianya seperti ini, dia masih memungkinkan untuk terus bermain sepak bola. Semua ini dilakukan sekaligus sebagai jembatan untuk mempersiapkkan diri sebagai pelatih pada masa depan. Atau, mulai merancang waktu untuk beristirahat sejenak dari dunia sepak bola,’’ tuturnya.
Kepergian Xavi pun memunculkan banyak kenangan. Lionel Messi, misalnya. Bintang Barcelona tersebut menyatakan pernah diomeli Xavi. Itu terjadi saat Messi bersitegang dengan pelatih Luis Enrique setelah kekalahan melawan Real Sociedad awal Januari lalu. Saat itu Messi pernah meminta manajemen untuk memecat Enrique. Nah, Xavi pun tampil sebagai penengah. ’’Kita tidak bisa mengulangi kesalahan musim lalu. Apakah kamu mau (Cristiano) Ronaldo kembali memenangi Ballon d’Or ?’’ kecam Xavi kepada Messi saat itu.
Kemarahan terhadap Messi itu disebut-sebut sebagai momen paling manis bagi Xavi sepanjang musim ini. Sebab, siapa pun tahu, Messi adalah superstar. Tetapi, dia toh tetap respek terhadap Xavi. Buktinya, kemarahan tersebut justru melecut motivasinya untuk bermain lebih baik lagi. ’’Kebangkitan Messi sekaligus menjadi salah satu kunci kebangkitan Barca pertengahan musim ini,’’ kata Johan Cruyff, mantan bintang timnas Belanda, kepada De Telegraaf.
Mantan koleganya, Eric Abidal, juga memiliki kenangan manis tentang Xavi. Bek yang pernah setim dengan Xavi pada musim 2007–2013 itu menyebut Xavi sebagai sosok paling berpengaruh dalam Barca. ’’Saya rasa, dia juga orang terpenting dalam ruang ganti. Bukan hanya menghubungkan antara Luis Enrique dan Lionel Messi (ketika dilanda konflik pada Januari lalu, Red), begitu juga antara Enrique dan pemain Barca lainnya,’’ beber pria berkebangsaan Prancis itu dalam wawancaranya kepada Cadena SER.
Dia menyatakan memang tidak mudah mencari sosok penyatu seperti Xavi. Sebelumnya, ada Carles Puyol yang bisa menjadi jembatan. Abidal berharap Xavi bisa menutup karirnya di Barca dengan raihan trofi Eropa. ’’Saya ingin melihatnya mengangkat trofi Liga Champions. Semoga tim bisa mencapai target itu,’’ ujarnya. (ren/c19/bas)