Jawa Pos

PSV Tertolong Barca dan Juve

-

WAKIL Eredivisie atau Liga Belanda kerap menghuni pot ketiga atau keempat dalam drawing Liga Champions. Itu berarti, wakil Belanda tak pernah lagi masuk unggulan utama. Tapi, situasinya berbeda pada musim depan. PSV Eindhoven yang menjadi jawara Eredivisie musim ini masuk pot utama bersama para jawara liga lainnya. Yakni, Barcelona (Spanyol), Juventus (Italia), Chelsea (Inggris), Bayern Muenchen (Jerman), Benfica (Portugal), Paris SaintGerma­in (Prancis), dan wakil Rusia Zenit Saint Petersburg.

Peningkata­n itu bukan tanpa alasan. Posisi PSV terkerek oleh tampilnya Barca dan Juve di final Liga Champions. Karena finalis Liga Champions musim ini sudah menjadi jawara di liga masing-masing, otomatis ada satu slot sisa yang lowong. Yaitu, slot jawara Liga Champions

Sementara itu, Barca akan mengenakan jersey bergaris biru dan merah dengan celana biru dan kaus kaki bergaris merah.

Meski sama-sama bangga bisa mengenakan kostum utama, catatan sejarah menunjukka­n bahwa Nyonya Tua –julukan Juventus– kerap sial jika mengenakan kostum utama di final. Lima kali memakai jersey utama di final, hanya sekali Juve meraih trofi. Yakni, saat mengalahka­n Liverpool di Heysel pada 1985. Empat final lainnya berakhir dengan kekalahan. Yakni, saat melawan Ajax Amsterdam (1973), Hamburg SV (1983), Real Madrid (1998), dan AC Milan (2003). Sementara itu, saat memakai kostum away, Juve pernah sekali menjadi jawara. Yakni, saat mengalahka­n Ajax pada 1996.

Sebaliknya, Barca kerap meraih hasil positif jika memakai kostum utama. Lima kali memakai kostum kandang di final Liga Champions, tiga kali Barca bisa menjadi jawara. Itu terjadi pada 2006, 2009, dan 2011. Dua kekalahan yang diderita saat memakai kostum utama terjadi pada 1994 dan 1961.

Massimilia­no Allegri selaku arsitek Juve tak terlalu memedulika­n mitos soal kostum utama yang tak berpihak pada Nyonya Tua. Sebab, kemenangan ditentukan lewat permainan di lapangan. ’’Jadi, bukan karena faktor jersey,’’ tegas Allegri kepada Forza Italia.

Allegri juga menolak jika dibandingk­an dengan pelatih Juve sebelumnya, Antonio Conte. ’’Saya tidak tertarik pada perbanding­an dengan Conte. Memang, hal yang wajar bagi wartawan membuat sebuah perbanding­an. Tapi, yang benar-benar penting adalah hasil, kerja, dan respek untuk semua orang,’’ paparnya. ’’Membosanka­n jika kita selalu mendapat pertanyaan yang sama. Tapi, saya ulangi lagi, Conte melakukan pekerjaan yang hebat. Saat seorang pelatih mencapai hasil-hasil seperti itu, dia akan tetap menjadi bagian dari sejarah klub,’’ ucapnya. (c17/bas)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia