Tanam Bunga Khas Eropa di Keputih
Pemkot Kembangkan Taman Internasional
SURABAYA – Pemkot semakin mematangkan konsep Taman Harmoni di bekas lahan pembuangan akhir (LPA) Keputih. Wali Kota Tri Rismaharini pun terus memantau perkembangan taman berstandar internasional tersebut.
’’Taman itu memang dibuat khusus untuk bunga. Pohon dan perdu pun harus berbunga,’’ ujar Risma. Dia menyatakan, selama ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa bunga hanya bisa tumbuh dengan baik di daerah tertentu. Misalnya, kawasan dengan suhu dingin di Eropa. Karena itu, Risma ingin membuktikan kepada dunia bahwa Surabaya yang berhawa panas juga bisa menjadi ’’surga’’ ribuan bunga. Menurut mantan kepala dinas kebersihan dan pertamanan (DKP) itu, bunga yang akan ditanam di Taman Harmoni beraneka ragam. ’’Bunga itu semuanya indah. Tinggal bagaimana mengemasnya,’’ ucapnya.
Di sisi lain, Kepala DKP Surabaya Chalid Buhari menambahkan, Taman Harmoni didesain sebagai lokasi display minimal 60 jenis bunga. Kembang-kembang ditanam dari berbagai musim. Blocking warna akan menjadi rahasia keindahan taman tersebut. Misalnya, warna merah, pink, dan kuning dibuat zig-zag.
Menurut Chalid, selama ini Surabaya dikenal dengan Taman Bungkul. Kebun di Jalan Raya Darmo itu populer dengan aktivitas komunitas yang beragam. Nanti Taman Harmoni dibuat berbeda dengan keunggulan bunganya. ’’Bulan depan bunga-bunga itu mulai ditanam,’’ ucapnya.
Chalid mengungkapkan, saat ini tanah di lokasi taman terus diolah. Ada bantuan dari corporate social responsibility (CSR) instansi swasta yang ikut membantu. Rencananya, luas taman mencapai 8 hektare. Penanaman secara keseluruhan diperkirakan tuntas akhir tahun ini.
Menurut dia, Taman Harmoni bakal sema- kin mengukuhkan Surabaya sebagai kota wisata. Sebab, saat ini Kota Pahlawan memiliki 70 taman aktif dan 270 taman pasif. Kondisi taman-taman tersebut bersih. Sebab, petugas dengan rutin membuang rontokan daun dan sampah organik lain di komposter. Selain menjaga kebersihan, sampah tidak perlu dibuang ke TPA. Dengan begitu, pengeluaran angkutan sampah bisa ditekan. ’’Pemeliharaan taman lebih bagus,’’ ujar Chalid.
Dia mengungkapkan, selain menghemat anggaran, pupuk tanaman tidak perlu beli. Sebab, komposter itu mengolah sampah organik menjadi kompos. Dalam sebulan sejak dikumpulkan, kompos sudah matang, kemudian digunakan sebagai pupuk. ’’Surabaya semakin green and clean (bersih dan hijau, Red),’’ kata Chalid.
Di sisi Taman Harmoni, sebelumnya dibangun taman. Taman tersebut milik Terminal Keputih. ’’Kami memang sengaja membentuk terminal berbasis lingkungan di Keputih,’’ ujar Plt Kepala Dishub Surabaya Irvan Wahyudrajat. Di taman itu, bukan hanya terdapat tanaman. Namun, ada pula wahana permainan anak. Misalnya, ayunan dan jungkat-jungkit. Area itu dibuat Dishub Surabaya untuk masyarakat sekitar. ’’Kami juga berusaha agar taman ini menjadi public area yang dinikmati semua kalangan,’’ jelas Irvan. (nir/lyn/c23/c19/oni)