Jawa Pos

Dukung Surabaya Kota Literasi

-

Koleksi komunitas itu mencapai 500 buku. Buku yang mereka tawarkan beraneka ragam. Mulai ensikloped­ia hingga majalah perempuan. Tentu, yang paling banyak adalah buku pengetahua­n anak-anak. ’’Sebab, sebagian adalah koleksi anak-anak yang sudah tidak terpakai,’’ ujar pengusaha travel haji dan umrah yang tinggal di Waru itu.

Mereka yang sedang menikmati CFD bisa membaca di stan tersebut. Sembari beristirah­at, warga bisa memperoleh ilmu pengetahua­n. Semua gratis. Namun, buku atau majalah tersebut tidak boleh dibawa pulang.

Belum ada mekanisme yang pas supaya buku yang dipinjam itu nanti benar-benar dikembalik­an tepat waktu dan dalam keadaan tetap baik. ’’Buku di sini masih banyak yang pinjaman dan pemberian orang. Jadi, kalau rusak, takut nanti yang memberi kecewa,’’ jelas ayah tiga anak tersebut.

Salah seorang pengurus Berkah Mulia Community, Sofi, menuturkan, salah satu tujuan program tersebut adalah berdakwah. Dia menyadari, dengan membaca, masyarakat akan mempunyai pengetahua­n yang luas. ’’Kami kan tidak bisa berdakwah secara lisan. Jadi, mung- kin lewat ini dakwahnya,’’ katanya saat ditemui di SAIM.

Program tersebut juga ditujukan untuk mendekatka­n keluarga. ’’Biasanya, kalau Minggu, anak-anak memilih nonton TV atau asyik main gadget. Daripada demikian, mending kami ajak ke sini,’’ ungkap Najib.

Hal itu diamini Sofi. Dia menambahka­n, dengan adanya jadwal jaga tersebut, tentu silaturahm­i antarkelua­rga bisa terjalin lebih erat. Setiap Minggu, minimal dua wali murid bertugas jaga. Yang tidak bertugas pun sering datang untuk meramaikan.

Perpustaka­an tersebut merupakan salah satu proyek siswa SAIM. Dalam salah satu pelajaran, mereka diminta membuat proyek yang bermanfaat. Salah satu yang digagas adalah perpustaka­an keliling. Tidak disangka, ternyata para wali murid tertarik untuk mewujudkan ide itu. Para orang tua tersebut sebelumnya akrab dalam sebuah kelompok pengajian.

Perpustaka­an itu kini sudah memiliki pelanggan tetap. Stan dibuka setiap pukul 05.30 sampai sekitar pukul 10.00. ’’Bukan hanya anakanak yang datang, terkadang juga orang tua. Salah seorang pembaca setia kami adalah guru SD di daerah Sidotopo,’’ kata Sofi.

Menurut pemilik usaha kecantikan dan kuliner itu, guru terse- but datang untuk mencari referensi buku. Tidak hanya membaca, guru itu juga mencatat. ’’Kata guru itu, dia mencatat untuk diberitahu­kan kepada muridmurin­ya. Sekolahnya tidak memiliki buku seperti yang kami miliki,’’ imbuh perempuan yang menjabat ketua II Berkah Mulia Community tersebut.

Cerita guru itu membuat komunitas tersebut semakin termotivas­i. Mereka kini menggagas mobil perpustaka­an keliling. Menurut Sofi, komunitasn­ya akan berkelilin­g dari satu sekolah ke sekolah lain. Terutama sekolah yang dianggap kurang dengan fasilitas perpustaka­an. ’’Ini merupakan dukungan kami untuk Surabaya sebagai kota literasi,’’ jelasnya.

Namun, niat baik komunitas itu sering mendapat halangan. Sofi dan rekan-rekannya mengeluhka­n tindakan petugas yang sering menggusur stan mereka. ’’Kami memang membuka stan di trotoar. Tetapi, kami tidak mengganggu pejalan kaki,’’ tegasnya.

’’Beberapa minggu lalu, kami menggeser stan karena tidak boleh buka di tempat biasa,’’ ungkap Sofi. Namun, pelanggan mereka ternyata mencari. Sampai ada yang kirim SMS kepada Sofi.

Dia menyatakan, komunitasn­ya membutuhka­n dukungan pemkot. Dia meminta tetap dibiarkan membuka stan di tempat yang biasa mereka tempati. ’’Kami kan tidak berjualan. Kami juga membantu mencerdask­an warga Surabaya,’’ jelasnya.

Selain perpustaka­an, komunitas tersebut memiliki proyek lain. Antara lain, bagi-bagi nasi bungkus dan rumah tahfid. Untuk bagi-bagi nasi bungkus, mereka rutin melakukann­ya setiap Senin.

Mereka berkumpul setelah mengantark­an anak berangkat ke sekolah. Kemudian, mereka berkoordin­asi untuk membagikan nasi bungkus. Sedikitnya ada 150 nasi bungkus yang dibagikan. ’’Rutenya terserah. Sesuai arah rumah atau kantor. Yang penting, satu anggota tidak satu wilayah,’’ kata Sofi.

Perempuan yang tinggal di daerah Pucang Anom tersebut mengungkap­kan, sasaran nasi bungkus itu adalah mereka yang bekerja, bukan peminta-minta. Sofi mencontohk­an tukang becak atau tukang sampah di tempat pembuangan sampah. ’’Kalau anakanak libur, mereka juga kami ajak. Jadi, ini salah satu contoh dari orang tua,’’ imbuhnya.

Sementara itu, rumah tahfid ditujukan untuk belajar Alquran. Mereka mempunyai program satu minggu satu juz. ’’Bukan hanya anak-anak yang belajar, orang tua juga,’’ ujarnya. (*/c5/ayi)

Syamsul ditangkap di rumahnya di Desa Parseh, Socah, Bangkalan, kemarin siang (20/5). Puluhan petugas BNNP Jatim bersenjata lengkap membuat pagar betis dan menyergapn­ya. Pelaku sempat kabur ke arah semak-semak, tapi berhasil ditangkap.

Dalam penyergapa­n tersebut, petugas juga mengamanka­n Rudianto, 25, yang menjadi partner bisnis Syamsul. Selain itu, ada Ida Laila, 24, dan Farid, 28, warga Kali Kedinding, Surabaya, yang ditengarai hendak pesta sabu-sabu.

Kepala Bidang Pemberanta­san BNNP Jatim AKBP Bagijo Hadi Kurnijanto mengatakan, penyergapa­n dilakukan setelah petugas mendapat informasi tepercaya bahwa bandar yang selama ini memasok sabu-sabu ke Surabaya sedang berada di rumahnya. ”Pelaku sudah lama kami cari. Tapi, sangat licin,” katanya.

Pasukan lengkap lalu diberangka­tkan. Petugas yang datang serentak mengepung rumah pelaku. Syamsul dan Rudianto bergegas kabur lewat pintu belakang. Tapi, baru lima langkah akan kabur, dia sudah dicegat petugas. Syamsul pun berlari ke semak-semak. Beruntung, petugas bisa segera menyergapn­ya.

Petugas yang menggeleda­h rumah Syamsul menemukan sabu-sabu dengan berat total 50 gram di laci bufet. Serbuk narkoba itu dibagi dalam jumlah paket kecil. Kemasan paling besar sabu-sabu tersebut seberat 30 gram. Ada juga timbangan dan handphone berbagai merek.

Petugas juga menemukan tujuh senjata tajam beragam bentuk. Ada juga korek api dengan bentuk pistol. ”Alat-alat ini diduga digunakan untuk membela diri kalau tertangkap,” ucapnya.

Perwira dengan dua melati di pundak itu mengatakan, Syamsul merupakan bandar lama. Dia memasok sabu-sabu ke Surabaya. Hanya, setelah bertransak­si, biasanya dia langsung kembali ke rumahnya. Syamsul tidak hanya menjual sabusabu di Surabaya. Dia juga menyediaka­n jasa pemakaian sabu-sabu di rumahnya. Sebagian besar konsumenny­a berasal dari Surabaya.

Ida dan Farid misalnya. Mereka datang ke rumah

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia