Sepuluh Hari Belum Berani Berjualan
NIATNYA berbagi informasi ke publik. Dewi Septiani mengunggah foto beras plastik ke media sosial. Perempuan yang membuka warung makan di Perum Mutiara Gading Timur/ Ruko GT Grande, Bekasi Timur, itu tidak ingin ada warga lain yang menjadi korban. Bukan pujian, dia malah harus berurusan dengan pihak berwajib karena niat baiknya tersebut.
Sejak kasus itu mencuat pada 18 Mei lalu, warung makan Dewi tidak pernah buka
Termasuk tadi malam, saat Jawa Pos berkunjung ke sana. Pintu tertutup. Bagian dalam warung pun terlihat sepi.
Para penjual yang kiosnya berada di sekitar warung milik Dewi membenarkan bahwa dia tidak pernah buka sejak menjadi buah bibir karena beras plastik. ” Tutup terus,” ucap seorang perempuan penjaga ruko yang memberikan jasa fotokopi.
Tidak dapat ditemui di warungnya, Dewi bisa diwawancarai Jawa Pos melalui sambungan telepon. Dengan cukup lugas, ibu tiga anak itu memberikan jawaban atas pertanyaan yang ditujukan kepadanya.
Dewi memaparkan, sejak dirinya mengunggah foto beras plastik, hidupnya diselimuti ketakutan. Dia harus menjalani pemeriksaan Polsek Bantar Gebang, Bekasi, selama berjam-jam. ”Saya diperiksa pukul 13.00 sampai 21.30,” ujar dia.
Dewi mengaku saat pemeriksaan itu merasa mendapatkan ancaman dari petugas. Saat itu, ungkap dia, petugas mengatakan bahwa perbuatannya justru meresahkan masyarakat. ”Saya pun merasa takut dan shock,” katanya.
Apalagi, saat itu Dewi belum didampingi kuasa hukum. Saking takutnya, Dewi tidak berani membuka warung hingga kini. ”Kurang lebih dua minggu saya nggak buka warung,” lanjutnya.
Tutupnya warung tersebut men- jadi pukulan buat keluarga Dewi. Dia menyatakan, warung merupakan sumber pendapatan kedua setelah gaji dari suami. Menurut Dewi, warung memberikan pemasukan lumayan. ”Saat sepi ya Rp 50 ribu. Jika sedang Rp 200 ribu. Kalau ramai saya bisa dapat Rp 300 ribu,” jelasnya.
Bukan hanya ancaman, terang Dewi, hubungannya dengan pedagang beras langganannya di Tanah Merah, Bekasi Timur, juga sempat merenggang. ”Jadi nggak enak,” ucap dia.
Kasus itu juga membuat perhatian Dewi kepada tiga anaknya berkurang. Dia tidak lagi bisa 100 persen mencurahkan kasih sayang kepada buah hatinya. ”Karena saya pusing dengan kasus ini,” ujar Dewi.
Akhirnya pertolongan pun tiba. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta akhirnya mendampingi Dewi. Sejak saat itu kepercayaan diri Dewi kembali tumbuh. Kini dia mengaku sudah kuat.
Dewi menjelaskan, selain bantuan dari LBH, dirinya mendapatkan dukungan semangat dari teman-teman serta tetangga. Tidak sedikit yang datang ke rumahnya hanya untuk menyampaikan bahwa perbuatan Dewi sangat membantu masyarakat Bekasi.
Lebih lanjut, Dewi berharap kasus tersebut segera selesai. Dia juga berharap penemuan beras plastik itu menjadi cambukan kepada pemerintah agar lebih berhati-hati dalam pengawasan pangan. Khususnya beras yang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia. (aph/c9/ang)