Jawa Pos

Momen Terbaik Fotografer Olahraga

-

PENGALAMAN ala wu wei saya banyak. Banyak deh. Saya bekerja di media dan dulu pernah bertahun-tahun menjalanka­n tugas sebagai fotografer olahraga. Wu wei ini beberapa kali terjadi saat saya motret pertanding­an sepakbola. Berkali-kali pengalaman, semakin berusaha mati-matian untuk fokus cari foto terbaik, malah jadinya ngga maksimal. Apalagi dari awal digadangga­dang mau dipasang untuk halaman pertama (depan). Duduk, lalu berdiri, duduk lagi, geser pindah posisi, hufft..

Beberapa kali, motret bola sukses banget. Sebelum kenal istilah wu wei, saya sering membatin dalam hati, “los wae” (“nothing to lose” atau “lepas saja” dalam bahasa Indonesia,). Tapi itu juga biasanya bagi saya sukses kalau diikuti beberapa ritual. Kalau motret sepakbola sore misalnya, pipis lalu sholat ashar dulu, minum air putih, bawa permen karet. Entah mengapa, selalu dapat timing tepat saat menekan tombol rana pas action-nya bagus, bukaan diagfragma­nya juga pas, ndilalah-nya juga pas saat mengambil posisi duduk.

Nurrohman S., editor Kedaulatan Rakyat Group, Jogjakarta, nurrohmans­odiq@gmail.com Saya menunggu detik-detik pertanding­an, yang mempertemu­kan saya yang saat itu baru 17 tahun dan berbobot 120 Kg, berhadapan dengan Atlet DKI Jakarta asal Daan Mogot Fight Club yang berprofesi sebagai seorang Body Guard profesiona­l.

Momen kemenangan akhirnya saya dapatkan, indah sekali, pengalaman pertanding­an pertama seumur hidup berbuah manis dengan kemenangan di perempat final.

Tiba di babak semifinal, semangat saya campur aduk, antara gempita dan khawatir rasanya susah dibedakan. Bisikan pelatih saya kala itu terdengar lembut tapi miskin solusi, “habisi”, hanya itu. Musuh saya kala itu, lagi-lagi berasal dari Daan Mogot Fight Club, dan profesinya pun sama dengan lawan di perempat final.

Pikiran saya melayang, saya coba terapkan cara pujaan saya berkelahi, Jacky Chan, ya bertanding tanpa beban, tersenyum mesammesem. Let it flow, alias tidak usah ngoyo. Singkat cerita pertanding­an berdurasi 5 menit itu berakhir dengan kemenangan Tap Out, dan saya pemenangny­a! Wow, kok bisa? Itu pertanyaan yang sama di kepala saya kala itu, menang dengan cara yang sangat kece, berhasil mengunci dalam posisi ground fighting dan musuh menyerah sambil menepukkan tangannya, ya tap out.

Saya pun sempat kebingunga­n, yang saya pikirkan saat itu hanya saya tidak ngoyo dan main santai saja.

Anggi V. Goenadi, Bontang, avgoenadi@gmail.com

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia