Jatim Perbesar Ekspor ke Cile
SURABAYA – Neraca perdagangan Indonesia dengan negara di Amerika Selatan (AS), khususnya Cile, menunjukkan defisit. Untuk itu, Jatim bakal terus mendongkrak ekspor ke negara tujuan nontradisional.
Direktur AS dan Karibia Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Mustofa Taufik Abdul Latif menyatakan, defisit perdagangan dengan Cile cukup besar karena tidak banyak pengusaha dalam negeri yang tertarik memperluas bisnis ke negara tersebut. Keengganan pengusaha berekspansi bisa dimaklumi. ”Seperti dari sisi transportasi, jarak kedua negara ini sangat jauh. Minimal bisa butuh waktu hingga 24 jam. Dan, pengusaha kita juga belum terlalu mengenal Cile,” kata Mustofa di sela temu pengusaha Jatim dan seminar kemarin (27/5).
Dengan demikian, peluang untuk menggenjot perdagangan dengan Cile masih besar. Karena itu, pihaknya berharap pengusaha nasional, khususnya Jatim, bisa melakukan penjajakan dengan Cile. ”Salah satu yang potensial untuk dikembangkan adalah
Karena itu, kami siap memfasilitasi kerja sama Jatim dengan Cile. Kami juga mengusulkan kegiatan
antara pengusaha Jatim dan Cile,” terang dia.
Dubes Cile untuk Indonesia Eduardo Ruiz Asmussen menuturkan, hubungan diplomatik antara Cile dan Indonesia berlangsung sejak 1965. Bukan hanya politik, juga mengarah pada kerja sama perdagangan meski secara geografis jarak kedua negara terpaut hingga 16.000 km. ”Kami berharap hubungan yang positif ini bisa terus berjalan dengan baik dan tidak terkendala jarak yang jauh. Karena sebenarnya, Cile bisa dijangkau dengan mudah dari Amerika Selatan,” terangnya.
Selama ini, Indonesia mengekspor sejumlah komoditas dari Cile. Di antaranya, batu bara, rumput laut, karet, ban kendaraan bermotor, sawit, tekstil dan benang, kendaraan bermotor dan onderdil, alat elektronik, sepatu, pakaian serta beberapa komoditas lain. Sementara itu, impor Indonesia dari Cile meliputi biji besi, tembaga, bubur kertas, ikan salmon, buah-buahan subtropis, dan komoditas lain yang tidak diproduksi di Indonesia.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Fiskal dan Moneter Tommy Kaihatu menuturkan, Cile memberlakukan syarat yang ketat seperti negara pada umumnya atau yang dikenal
Contohnya, produk tertentu harus memiliki standar yang sesuai dengan ketentuan di Cile. Kemudian, produk makanan harus mengantongi sertifikat. ”Asal ketentuan itu dipenuhi, mudah bagi produk kita memasuki pasar Cile,” katanya. Hanya, lanjut dia, belum banyak pengusaha Indonesia yang berekspansi ke Cile. (res/c22/agm)